Bosan Jadi Karyawan, Produksi Ikat Pinggang Sendiri
Sejak puluhan tahun yang lalu, banyak anak muda di desa Jurangjero Kecamatan Sluke yang merantau ke luar kota. Terbanyak mereka merantau ke Jakarta dan Bandung sebagai karyawan industri ikat pinggang. Jika ada yang krasan dan mendapat penghasilan lumayan, mereka lantas membawa teman-temannya untuk turut kerja di sana.
Itu berlangsung bertahun-tahun. Praktis, mereka yang jumlahnya semula hanya satu dua orang menjadi 25-an orang.
Setelah bertahun-tahun, di antara mereka ada yang merasa harus pulang kampung untuk mandiri. Intinya mereka bosan jadi karyawan, ingin mandiri untuk meningkatkan taraf hidup.
Masngut (36) adalah salah satu dari pemuda lain yang berjumlah puluhan, sejak tahun 1997 mencoba peruntungan memproduksi ikat pinggang sendiri. Pengalamannya membuat ikat pinggang di pabrik orang selama 4 tahun cukup menjadikannya pengalaman untuk mandiri.
Setelah berhasil membuat ikat pinggang, produknya dipasarkan pada konveksi pakaian anak-anak di Jakarta, Pekalongan dan Jepara. Memang ikat pinggang produksi Masngut khusus untuk aksesori celana anak-anak.
Awal berdiri, usaha ikat pinggang suami Istiqomah dengan satu putra ini memperkerjakan 3 orang karyawan dari tetangganya sendiri. Kini, UD Bowo Gesper milik Masngut memiliki karyawan 20-an orang.
Sayangnya, dari puluhan pemuda perantauan yang membuat produk ikat pinggang sendiri, hanya tinggal 3 orang yang bertahan hingga sekarang.
Penghasilan Bagus
Memproduksi ikat pinggang jika sudah menemukan kepercayaan akan lancar-lancar saja. Setiap pekan sekali pengiriman Masngut mengirim ke pelangganya 4000 lusin ikat pinggang. Lancarnya usaha Masngut menjadi keuntungan tersendiri bagi tetangga-tetangganya. Karena memproduksi ikat pinggang melibatkan banyak orang, karena untuk memasang pernik-pernik ikat pinggang harus melibatkan banyak tangan. Biasanya pernik-pernik yang kecil dikerjakan oleh ibu-ibu sebagai sampingan.
Sistem kerja yang diterapkan adalah borongan. Sehingga mereka bisa bebas bekerja kapan saja dengan penghasilan yang lebih memadai. Bahkan pekerjaan itu bisa dibawa ke rumah masing-masing.
Rata-rata penghasilan karyawan menurut Masngut berkisar antara Rp.300.000 s/d Rp.350.000,- dibayar mingguan.
Disamping kepercayaan yang diperoleh Masngut, ia juga mencari terobosan konveksi lain. Sehingga produk Masngut mampu bertahan hingga sekarang.
:-) Shodiqin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar