Riyadhotut Tholabah, Bermula dari Murid Wajib Belajar, Kini Kelola TK hingga SMA
Yayasan Riyadhotut Tholabah menaungi sekolah satu atap mulai TK, MI, MTs dan MA. Sekolah-sekolah tersebut masuk dalam deretan sekolah yang diperhitungkan di Kecamatan Sedan. Yayasan yang dipimpin KH Adib Munawir ini mendidik setidaknya 1750 siswa. Sebuah jumlah yang cukup besar untuk sebuah yayasan pendidikan yang berdiri di kecamatan. Sarana gedung masih menyebar, namun sebagian besar sudah menempati satu lahan milik yayasan seluas 1,5 Ha.
Riyadhotut Tholabah menganut kurikulum Nasional ditambah kurikulum lokal yang bernuansa pesantren. Kurikulum lokal itu antara lain Qiroatul Kutub (membaca kitab), Hafalan Juz Amma, Nahwu Shorof, dan pelajaran-pelajaran agama yang sudah ada di kurikulum Nasional.
Program extrakurikuler yang sudah berjalan di Riyadhotut Tholabah cukup beragam, antara lain Khitobah, Marching Band, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Pramuka, MTQ, Komputer dan Mading. Perpustakaan milik Riyadhotut Tholabah juga sudah memiliki 10 ribu judul buku.
Sejarah Berdiri
Riyadhotut Tholabah yang saat ini menjadi besar tidak lepas dari peran para mujahid yang merintis pendidikan di Sedan. H Ni’amullah Syuaib, salah satu Pengurus Yayasan menceritakan mula berdiri Riyadhotut Tholabah pada 1 Januari 1948. Saat itu sekolah masih terhitung langka dan anak-anak bangsa yang baru merasakan Indonesia merdeka masih banyak yang terlantar pendidikannya. Kondisi demikian memantik keprihatinan KH Mawardi dan KH Munawir. Dua tokoh da’i ini lantas menggagas sekolah untuk anak-anak di sekitarnya. Maka tercetuslah sekolah yang masih ala kadarnya dengan istilah MWB (Murid Wajib Belajar). Mula pertama berdiri MWB belum mempunyai gedung sama sekali, sehingga siswa dididik di rumah-rumah pengurus.
Sejak tahun 1957, MWB mulai eksis dengan bentuk Madrasah Ibtidaiyah masuk pagi dan memiliki gedung sendiri. Barulah kemudian MWB berubah menjadi nama Riyadhotut Tholabah pada tahun 1960. Selanjutnya sekolah berkembang pesat dengan pendirian MTs untuk menampung lulusan MI. Ujian pertama MTs pada tahun 1970, namun masih bergabung dengan MTs Boyolali.
Tahun 1975 MTs keluar ijin operasionalnya. Tahun 1980 s/d 1992 Ujian Negara pindah bergabung dengan MTs Lasem. Barulah pada tahun 1993 Riyadhotut Tholabah berhak menyelenggarakan Ujian Negara sendiri.
Pasca lulusan MTs, pengurus Yayasan bergerak lagi untuk mendirikan MA, untuk menampung lulusan MTs yang jumlahnya cukup signifikan. Itu terjadi pada 1 Juli 1980. Kini MA telah menjadi sekolah lanjutan yang besar.
Menggagas Perguruan Tinggi
Makin banyaknya siswa yang dibina oleh Riyadhotut Tholabah, mau tidak mau melibatkan banyak pendidik yang berkompeten dibidangnya. Jumlah total ustadz dan ustadzah yang terlibat dalam membimbing siswa-siswi sebanyak 89 guru, ditambah dengan TU 11 orang.
Guru-guru tersebut tersebar di TK yang mendidik siswa sebanyak 135 anak dengan kepala sekolah Ustadzah Qowiyah. Kemudian Edy Yusuf SAg memimpin MI dengan jumlah siswa 480 anak. Sedangkan MTs kini ada 608 siswa dengan kepala sekolah HM Rofiq BA. Dan MA dipimpin oleh Drs Anshory dengan 533 siswa.
Prestasi sekolah-sekolah Riyadhotut Tholabah cukup bagus. Setiap tahun rata-rata lulus UN 98%. Akhir-akhir ini, sejak tahun 2008 hingga sekarang, mulai tingkat SD, MTs hingga MA lulus 100%. Pada moment MTQ Pelajar tingkat Kabupaten Rembang kemarin, seluruh Juara I pada bidang Tilawah, Tartil hingga Tahfidz dengan segala tingkatan adalah siswa-siswa Riyadhotut Tholabah.
Ke depan rencananya Riyadhotut Tholabah akan membuka perguruan tinggi untuk menampung tunas-tunas Rembang yang haus akan ilmu yang lebih tinggi, yang selama ini terasa sangat kurang. Semoga. :-) Shodiqin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar