Mengais Daun Jati, Hidupi Keluarga
Tasmani (65) adalah salah satu contoh orang tua yang tangguh dan sabar dengan pekerjaannya yang terhitung berat ini. Setiap dua hari sekali Tasmani mengayuh sepedanya sejauh 10 Km menuju hutan Sale (Kebonharjo) untuk mencari daun jati. Pekerjaan yang dilakoninya sejak remaja itu adalah mengambil daun-daun jati yang tumbuh di bonggol-bonggol jati, di badan pohon selagi bisa dijangkau dengan tangannya.
Warga Damean Kec Sedan, suami Dasni dengan 6 putra ini mampu mengumpulkan daun jati 3 ikat besar mulai pagi hingga siang pukul 2 atau 3 sore. Tiga ikat jati tersebut dimuat memenuhi sepedanya untuk dibawa pulang.
Selesaikah tugas Tasmani? Ternyata belum. Daun jati yang diperolehnya hari itu tidak begitu saja menjadi uang. Ia mesti membawanya ke pasar Kragan esok harinya. Sistem menjualnya dengan menunggui di pasar dengan dibeli eceran oleh pelangganya. Hasil yang diperoleh Tasmani jika mujur bisa mendapatkan Rp.50.000,- namun jika sepi hanya mendapat Rp.40.000. Berarti untuk dua hari ia mendapat penghasilan antara Rp.20 ribu s/d Rp.25.000,-.
Penghasilan sebesar itu bagi Tasmani terus digeluti hingga sekarang. Walaupun zaman telah berubah modern, penggunaan daun jati masih jalan terus. Tasmani mengaku, daun jati masih laku, dan selama ini tetap laku.
Sebagai orang desa yang hanya pernah sekolah SR kelas satu, seluruh anaknya sekolah minimal tamat SD dan sebagian besar tamat MTs. Untuk sekolah diniyah sore, semua putra-putrinya telah lulus.
Dalam hidup Tasmani juga punya prinsip, bekekerja harus halal. Ia berpesan kepada putra-putrinya, jangan sampai ikut-ikutan ‘nyolong’ kayu di hutan. Biarlah kerja apapun, kuli atau tukang rosok, asal halal. :-) Shodiqin
Rabu, 30 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar