Rabu, 08 Juli 2009

KOPI LELET


Operasi Bodong

Bersama Mbah Sastro, Mas Guru mendapat tugas jaga malam dengan rutinitas mengelilingi perumahan kampoeng baroe yang luasnya hampir satu hektar. Sangat melelahkan memang. Buru-buru aku menuju warung kopi Yu Kasminah yang sudah terkenal dan dikenal masyarakat pantura.
Di dalam warung ternyata sudah ada Lik Diman dan Pak Bowo yang sudah menikmati kopi tubruk duluan.
“Kopi tubruk nduk… biar malam ini Mas Guru tidak ngantuk ?!” pesan Mbah Sastro menggoda Norce yang yang malam ini tampil beda.
“Baru jaga malam Mbah?….. awas jangan terlena banyak maling berkeliaran lho!” komentar Norce yang sedang mengaduk kopi tubruk.
“Kamu tahu kabar dari mana nduk, kok bisa ngomong kalau daerah ini banyak malingnya?” tanya Pak Bowo yang duduk bersila.
“Lho sudah tidak rahasia lagi khan, sekarang ini banyak kendaraan yang hilang, makanya kalau naruh kendaraan hati-hati .” jawab Norce ceplas-ceplos.
“Betul Pak sudah dua kali kendaraan bermotor yang di parkir depan masjid raib, belum yang lainnya,“ imbuh Astri.
“Bukan hanya itu, kabarnya sepeda motor Pak Lurah yang baru, dan Bu Luluk yang kepala sekolah itu juga hilang…. lucunya sepeda motor patrolinya Pak Polisi juga diembat maling,” ceramah Lik Diman membesar -besarkan masalah.
“Ada apa ini kok ribut – ribut… !!” tanya Yu Kasinah yang tiba – tiba muncul bersama Kang Dirman suaminya.
“Ini lho yu, sekarang banyak kendaraan bermotor yang hilang apa ini pertanda dunia akan kiamat ya” celoteh Pak Bowo.
“Dalam kitab agama apapun banyaknya pencuri tidak merupakan pertanda kiamat Pak, tapi kurasa hanyalah keteledoran kita saja, karena tidak adanya lahan pekerjaan… bukankah bagitu Mas Guru?” komentar Mabah Sastro yang minta dukungan Mas Guru.
“Kalau digagas semuanya memang benar terutama yang punya sepeda motor, mobil maupun barang lainya harus hati – hati” jawab Mas Guru sambil nyruput kopinya.
“Bukan begitu Mas, sekarang ini pencuri lebih pintar dari kita. karena sudah mempunyai kunci T, kunci L sampai kunci lainnya sementara kita hanya punya kunci pengaman dari pabrik yang terkadang tidak aman” protes Pak Bowo.
“Makanya kita harus hati- hati… lha wong sudah hati – hati saja masih kecolongan” seloroh Mbah Sastro.
“Selain itu Mbah kepolisian akhir-akhir ini menggelar operasi bodong di segenap penjuru” ucap Mas Guru.
“Operasi bodong itu apa Mas, kedengarannya kok enak di dengar telinga?” tanya Yu Kasminah.
“Sssstt… jangan banyak tanya, nanti kan dijelaskan sendiri. Apa nggak malu sama pembaca pantura pos, yang namanya Kasminah itu kuper” goda Kang Darman pada istrinya.
“Eeee mendingan bertanya daripada bloon seperti sampean…!!!” jawab istrinya emosi.
“Sudah… sudah begitu saja kok marah, yang dimaksud polisi lalu lintas menggelar operasi bodong itu karena disinyalir banyak berkeliaran kendaraan bermotor dan mobil curian di sini, termasuk pengendaranya yang tidak bawa surat – surat kelengkapan seperti SIM, STNK dan yang lainnya… jadi bukan pusarmu yang bodong Yu!?” jawab Mbah Sastro yang sok tahu.
“Operasi – ya operasi Mbah, tapi kalau bisa disogok ya sama aja bohong” celethuk Pak Bowo nyelekit.
“Betul Pak, kemarin aku tidak bawa helem juga di tilang padahal polisinya itu tetanggaku lho!” jelas Lik Diman
“Operasi lalu lintas itu harus tegas Lik. Tidak peduli itu tetangga, saudara atau pun mertua, siapa yang melanggar ya harus ditindak” jawab Mas Guru.
“Lho biasanya khan ada sidang di tempat?” tanya Pak Bowo.
“Sekarang istilah siding di tempat itu sudah dihapus Pak sebagai gantinya… titip uang sidang di kantor atau mendatangi petugas kantor siding yang masih banyak dilakukan” kata Mbah Sastro.
“Kalu begitu nggak ada bedanya Mbah?” seloroh Mas Guru.
“Maksudnya bagaimana Mas?” kali ini tanya Yu Kasminah yang mulai paham.
“Seharusnya yang namanya pelanggaran baik itu perkara kriminal, korupsi maupun pelanggaran lalu lintas disidang. Biar tahu kalau negara kita negara hukum di samping itu biar si pelanggar mempunyai rasa jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya” jelas Mas Guru dengan gamblang.
Semuanya yang mendengar hanya manggut – manggut sebagai tanda setuju kemudian satu persatu meninggalkan warung kopinya Yu Kasinah, sementara Mbah Sastro dan Mas Guru meneruskan jaga malamnya. (Kampoeng Baroe’ 2009 )

Tidak ada komentar: