Minggu, 30 Agustus 2009

Plat Merah

Kopi Lelet: Plat Merah
Warung Kopi Yu Kasminah yang terletak di pertigaan jalan Kampoeng Baroe dari dulu sampai sekarang kian laris saja. Selain di dukung Noorce dan Astri yang cantiknya di atas rata-rata membuat pecandu kopi ingin mencoba dan mencoba kopi tubruk buatan neng guelis tersebut.
“Ada kejadian apa lagi ya, mataku sebelah kiri ini kok kedutan terus,” komentar Lik Diman seperti ahli nujum.
“Yaah… bulan Juli ini ada pergantian penggede pemerintah yang dibarengi pergantian menteri dan diikuti pejabat-pejabat tinggi yang lain,” jawab Pak Bowo sambil membolak balik koran bekas.
“Ah itu bukan jawaban strategis Pak, karena berbau politikus,” sergah Lek Diman.
“Anu Lik…, bulan Juli ini akan ada upacara besar-besaran yang diikuti orang sak tanah air,” jawab mas Gum yang duduk disampingnya.
“Apa itu mas kok mengejutkan bulu romaku!?” sahut Yu Kasminah dari meja kasir.
“Apa sampean-sampean pada lupa kalau di bulan Juli itu ada Hari Koperasi di Negara kita tercinta ini?” jawab mas Gum.
“Kalau itu sudah tau mas… tapi meski di peringati besar-besaran harga-harga di pasar masih membumbung tinggi,” celoteh lek Diman lagi .
“Lho… kalau Lik Diman mau tahu, selama ini harga sepatu dan sandal selalu turun sedangkan harga topi, peci dan bandu selalu naik naik terus,” ujar mas Gum banyol.
“Itu jawaban dagelan mas…, masa sepatu naik kepala dan topi turun ke tanah…” jawab Lek Diman ketawa ngakak.
Sebelum debat kusir ini berkepanjangan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan Mbah Sastro yang kali ini di dampingi Pak RT Kampoeng Baroe.
“Wah… tumben Pak RT mau blusukan di warung kopi… mangga-mangga Pak mau pesan kopi tubruk, kopi suzu atau kopi nasgithel selalu ada lho Pak,” ujar kang Diman di samping Yu Kasminah agak santun.
“Ya... jelas mau ngopi to yo… masak mau sepak bola,” ujar Mbah Satro kesal.
“Ada apa to ini kok gayeng sekali?” Tanya Pak RT yang baru kali ini ngopi di warungnya Yu Kasminah.
“Ini lho Pak membicarakan masalah harga yang berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya, selalu naik, naik dan naik terus, mana turunnya….. ?” kata Pak Bowo.
“Iya Pak dulu waktu aku masih buruh tandur dan matun uang lima rupiah sudah biasa mencukupi kebutuhan sehari. Sekarang sampai mana uang segitu?” komentar yu Kasminah mewakili perempuan se-Indonesia
“Sekarang memang tidak seperti dulu ya…, orangnya dari tahun ke tahun bertambah otomatis kebutuhannya juga bertambah,” jawab Pak RT .
“Apa yang dikatakan Pak RT memang benar, meski semuanya serba mahal tapi masyarakat juga serba kecukupan, yang PNS gajinya dinaikan ditambah gaji ke-13 tujuannya untuk memajukan Bangsa ini, sedangkan yang miskin tidak punya pekerjaan juga diberi BLT apa nggak huenak itu….” tegas mas Gum.
“Oh ya…..omong-omong kakinya Pak RT kenapa kok dibalut?” Tanya Yu Kasminah .
“ O… ini to, kemarin siang di serempet mobil yang sopirnya ugal-ugalan,” jelas Pak RT.
“ Apa sudah lapor ke pihak berwajib Pak?” Tanya Pak Bowo
“ Percuma lapor Pak, wong yang nabrak itu mobil plat merah,” jawab Pak RT
“ Berarti Pak RT korban tabrak lari to? “ Tanya Yu Kasminah sambil melihat lukanya Pak RT
“ Iya Yu, sudah di tabrak, jatuh dan tidak di tolong,” ujar Pak RT memelas.
“Mestinya Pak RT lapor Polisi karena siapapun yang nabrak dan sampean terluka baik mobil pribadi maupun plat merah itu namanya salah,” jelas mas Guru.
“Makanya semuanya harus hati-hati dan lewat forum ini aku mengarahkan agar mobil Dinas yang dipakai saat Dinas saja bukan dipakai keluyuran anaknya, menantunya ataupun dipakai rombongan ke luar kota. Jelas menyalahi aturan. Bukankah begitu kang Diman?” Komentar mas Guru lagi sambil menyentil Kang Darmin yang sudah mengantuk.
“Iya …. Iya …..iya …… ya dong !!?! “ jawab kang Diman gelagapan ditertawakan pelanggan.
(Kampung Baru, Juni 2009)

Tidak ada komentar: