Minggu, 17 Januari 2010

Atasi persaingan tak sehat, pengrajin kuningan gandeng sejumlah intansi


Pengrajin berbahan kuningan saat ini mengeluh dengan persaingan pasar yang tidak kondusif. Pasalnya hasil produksi kerajinan kuningan berupa miniatur sepeda banyak yang dibajak diperjual belikan dengan harga dibawah standar, sehingga menyebabkan omzet merosot cukup tajam. Keluhan tersebut disampaikan Hasyim, pemilik UD Permadi di desa Pohlandak, kecamatan Pancur, pusat kerajinan miniatur sepeda berbahan kuningan.
Namun dengan kondisi tersebut Hasyim menyatakan tidak putus asa, pihaknya telah mengambil berbagai terobosan termasuk melakukan penawaran ke sejumlah instansi. Hasilnya PT Kantor Pos Jateng pada bulan Nopember memesan 100 unit miniatur sepeda pos kuno lengkap dengan aksesoris boneka tukang pos.
rambah Belanda dan Inggris
Sedangkan untuk mensiasati pasar lokal yang menginginkan produk miniatur berharga murah, pihaknya terpaksa mengganti bahan baku dari kuningan dengan besi bekas. Permintaan pasar lokal per minggu mencapai 100 unit, turun dari semula 200 unit.
UD Permadi sedniri lebih fokuskan di pasar lokal di luar Rembang mengingat pesaing juga semakin bertambah banyak dan melakukan kasi banting harga.
“Produk serupa berupa miantur sepeda onthel nikinan kami dibandrol Rp 80 – 200 ribu, kompetitor menurunkan harga hingga 60 persennya,” ucap Hasyim dengan gemas.
Untuk pasar ekspor ke Inggris dan Belanda sendiri menurut Hasyim cukup stabil. Masing-masing ngara memesan 50 unit per minggu, namun kami belum merasakan penuh keuntungannya karena masih melalui perantara.
Sejauh ini produksi kerajinan miniaturnya berjumlah 13 varian, 9 berbentuk sepeda ontel kuno, 2 sepeda sport modern, becak dan andong.
Secara terpisah, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Dinperindagkop dan UMKM) Rembang, Sudirman, mengatakan, pemerintah sedang mengupayakan para pengrajin besi dan kuningan agar mempunyai daya saing dengan pengusaha-pengusaha daerah lain. Salah satu caranya adalah mendorong perajin membuat produk baru berupa miniatur perahu khas Rembang atau perahu tradisional yang digunakan nelayan Rembang pada zaman Majapahit. ”Sayangnya, mereka belum mau mengembangkan miniatur baru karena takut tidak laku,” ujarnya.

Tidak ada komentar: