Pengrajin batik Lasem selama 4 hari, 16 - 19 Nopember mendapat tambahan bekal ilmu membuat desain baru dan teknik pewarnaan menggunakan bahan alami. Pelatihan diadakan di show room rumah batik lasem, atas inisiatif Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa tengah, Dinperindagkop dan UMKM Rembang serta Koperasi Pengrajin Batik Lasem, mendatangkan instruktur pengrajin batik asal Pekalongan dan Solo.
Kabid Pemberdayaan UMKM Dinas Koperasi Propinsi Jawa tengah, Herutomo saat ditemui usai membuka kegiatan menerangkan, pemprov Jateng saat ini fokus pada usaha mikro kecil dan menengah bidang batik dengan memberikan pelatihan mengembangkan desain baru dan teknik pewarnaan kain batik menggunakan bahan alami. “Dua hal tersebut sangat penting karena dianggap batik produk beberapa daerah stagnan pada model dan berwarna monoton menggunakan warna sintetis sehingga kurang laku dipasarkan luar negeri,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala Dinperindagkop Rembang, Waluyo ditemui terpisah menyebutkan, dengan adanya pengembangan desain baru bukan berarti ciri khas batik Lasem hilang, justru diperkaya dengan tambahan motif lain sehingga bisa lebih diterima pasar. “Batik Lasem berciri warna 3 negeri yakni merah, hijau dan biru, harus dikembangkan dengan tambahan warna lain sesuai tambahan motif yang diberikan. Khususnya menggunakan bahan pewarna alami, agar bernilai jual lebih tinggi,” ucapnya.
Sementara itu Hanafi, instruktur pelatihan asal Pekalongan ketika ditanya mengapa cenderung kembali ke bahan alami untuk pewarnan batik mengatakan, jaman nenek moyang dahulu seudah ada batik dan saat itu yang digunakan untuk mewarnai adalah bahan yang diambil dari alam. “Ternyata hingga kain batik berusia ratusan tahun warnanya tidak rusak atau kusam. Itulah mengapa kami ingin kembali menggunakan bahan pewarna alami,” tuturnya.
Ditambahkannya, pengetahuan dari nenek moyang terkait penggunaan bahan alami untuk mewarnai batik patut dilestarikan. “Ini juga sebagai perwujudan menjunjung tinggi semangat kembali pada kultur lama yang tergerus oleh kemajuan jaman, dimana bahan sintetis justru lebih menjadi pilihan utama untuk mewarnai batik,” ungpanya.
Masih kata Hanafi, indigo bahan pewarna biru ubtuk batik sebenarnya ratusan tahun silam merupakan salah satu bahan pewarna tekstil mahal di dunia. Oleh karena itu saat VOC melakukan tanam paksa, salah satu yang disuruh ditanam yakni tanaman perdu yang menghasilkan warna indigo.
“Kegiatan ini sekalgus mengenang bahwa ‘keringat biru’ para leluhur telah membuat penjajah kaya dan mengapa bukan sekarang saja giliran kita yang menikmatinya,” imbuh Hanafi sambil bercanda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar