Minggu, 30 Agustus 2009

Dampoawang Beach TRP Kartini Dibanjiri Pengunjung

Dampoawang Beach TRP Kartini Dibanjiri Pengunjung
Taman Rekreasi Pantai Kartini (TRPK) Rembang sejak dikelola pihak ketiga sekar ang namanya menjadi Dampo Awang Beach TRPK. Selama masa libur sekolah kemarin setiap hari lokasi wisata kebanggan orang Rembang itu dibanjiri pengunjung. Per hari rata-rata 1.500-an orang datang menikmati aneka hiburan yang tersedia. Bahkan pada hari Minggu (12/6) saat puncak hari Minggu libur tercatat sekitar 3.000-an orang memenuhi TRPK sejak jam buka hingga tutup.
Sriyono, koordinator pengelola Dampo Awang Beach TRPK menjelaskan, sejak dia dipercaya selaku pengelola pihak ketiga,terus berusaha menambah fasilitas hiburan bagi para pengunjung. Salah satu yang dilakukannya yakni mendatangkan hewan langka ditempatkan di lokasi kolam renang putri duyung. “Tujuannya ingin memberikan hiburan bagi para pengunjung yang ingin meluangkan waktu sejenak setelah usai berenang,”terangnya.
Sriyono menambahkan, mulai bulan Juli ini dari semula kolam renang diisi air sumur yang berasa payau sekarang telah diganti air bersih dari PDAM. Adapun arena hiburan di dampo Awang Beach TRPK sendiri per Agustus ditambah beberapa arena hiburan. ‘Antara lain kolam buaya, persewaan keledai untuk jalan-jalan di bibir pantai, penataan perahu untuk lomban, permainan anak berupa fasilitas outbond dan tokoh-tokoh kartun untuk background foto pengunjung,”ujarnya..
Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Rembang Drs Sadono menjelaskan, pengelolaan TRPK dipihak ketigakan per bulan Februari kemarin dimulai tempat pemandian/kolam renang “putri duyung”. “Selanjutnya per bulan Juli di seluruh lokasi TRPK dengan nilai kontrak Rp 836 juta,”jelasnya.
Untuk mempercantik dan memperindah lokasi Taman untuk tahun ini pihak pengelola telah menyiapkan dana sekitar 300 juta guna melakukan renovasi serta penambahan fasilitas.
Pengelola akan menambahkan beberapa fasilitas tambahan seperti, lapangan foodsal pasir, lapangan volli pantai, kebun binatang mini, lokasi out bond untuk anak-anak serta beberapa fasilitas olahraga air lainnya. Dengan ditambahkan beberapa fasilitas yang disediakan akan memberikan daya tarik baru bagi para pengunjung.
Dengan harapan masyarakat Rembang tidak perlu rekreasi keluar kota saat membutuhkan tempat rekreasi yang nyaman Sriyono menambahkan.
Renovasi akan dilakukan bertahap, untuk tahun ini pengelola telah mulai mendatangkan kebutuhan dalam melengkapi fasilitas layanan, seperti keledai yang akan disediakan bagi pengunjung yang akan mengelilingi pantai serta pasir putih yang akan digunakan untuk mempercantik pantai.
Untuk penambahan nama Dampoawang Beach pengelola bermaksud untuk membedakkan TRP Kartini yang ada di Jepara karena sama namanya pantai Kartini. Karena Dampoawang identik dengan Rembang maka nama itu digunakan untuk penambahan. (miex)

Ditarget 4, Dapat 2 Medali Emas

Ditarget 4, Dapat 2 Medali Emas
Kontingen Kabupaten Rembang yang akan ikut serta ajang pekan olahraga provinsi (PORPROV) tahun 2009 di Solo, Minggu pagi (26/7) dilepas secara resmi oleh Bupati Rembang H Moch Salim di pendopo kabupaten. Selanjutnya kontingen berangkat ke Solo mengikuti rangkaian pertandingan dan lomba yang berlangsung mulai 28 Juli hingga 1 Agustus mendatang.
Bupati Rembang H Moch Salim kepada para atlet dan ofisial berpesan agar mereka menjaga kesehatan dan konsentrasi serta serius saat tampil di cabang olahraga yang diikuti. Para atlet dihimbau tidak terpaku mengejar medali saja, melainkan harus tampil maksimal agar meraih hasil optimal.
Saat ditemui usai melepas kontingen, H Moch Salim diampingi Ketua KONI Rembang Siswadi dan Ketua Kontingen H Sutarjo menerangkan, pihaknya menargetkan perbaikan peringkat dibanding hasil yang diperoleh pada ajang serupa tahun 2005 kemarin.
Bila raihan prestasi pada porprov sebelumnya kabupaten Rembang hanya mampu berada di peringkat 32 meraih 1 emas, 2 perak dan 9 perunggu, tahun ini dipatok 4 medali emas. “Dua dari cabang olahraga senam, satu emas masing-masing dari wushu dan catur,”sebutnya.
Untuk tali asih sendiri KONI Rembang telah menyediakan tali asih sebanyak Rp 25 juta untuk medali emas, peraih medali perak Rp 10 juta dan perunggu Rp 5 juta.
Rita Wulansari, pelajar putri kelas XI SMAN 2 Rembang, atlet Wushu abdalan kabupaten Rembang yang saat inbi berada di peringkat 2 Nasional ditarget meraih medali emas. Dia menyatakan siap bertanding habis-habisan untuk mempersembahkan medali emas bagi kontingen kabupaten Rembang.
Kontingen Rembang sejumlah 55 orang terdiri 40 atlet dan 15 ofisial dan pelatih. Kabupaten rembang mengikuti 8 cabang olahraga yakni tenis meja, catur, atletik, senam, wushu, pencak silat, taekwondo dan panjat tebing.

Naik 1 Peringkat
Kontingen Rembang pada Pekan Olahraga Provinsi ke13 di Surakarta, hanya naik 1 peringkat dari urutan 32 ke 31. Pada Porprov ke 12 tahun 2005 Rembang memperoleh 1 emas 2 perak dan 9 perunggu, kali ini meraih 2 emas 3 perak dan 5 perunggu.
Ketua KONI Kabupaten Rembang Siswadi menerangkan dari 8 cabang olahraga yang diikuti kontingen Rembang, cabang senam menyumbang 2 medali emas, 3 perak, 1 perunggu. Cabang atletik 2 perunggu-wushu dan pencak silat masing-masing 1 perunggu. Menurut Siswadi meski perolehan dibawah target 3 medali emas, pihaknya tidak terlalu merasa kecewa, karena ternyata atlet Rembang di babak semi final atau partai puncak dikalahkan atlet-atlet pelatnas, sehingga hal tersebut dapat dimaklumi.
Ditambahkan oleh Siswadi, menurut rencana minggu depan seluruh atlet akan diterima secara resmi oleh Bupati Rembang H Moch Salim di Pendopo, acara penyerahan tali asih bagi penerima medali. Peraih medali emas mendapat tali asih Rp 25 juta, perak Rp 10 juta dan perunggu Rp 5 juta. Total akan dibagikan dana tali asih sebanyak Rp 105 juta.
Untuk persiapan Porprov ke 14 tahun 2014 yang akan dilaksanakan di kabupaten Banyumas, KONI Rembang mulai sekarang akan melakukan pendataan cabang-cabang olahraga yang termasuk unggulan untuk kemudian dilakukan pembinaan atlet dan pemenuhan sarpras latihan. Diharapkan pada keikut sertaan kabupaten Rembang pada Proprov ke 14 akan mendulang prestasi meraih medali lebih banyak sehingga berada di urutan 15 besar.
Minggu depan KONI akan menggelar rapat koordinasi mengevaluasi hasil yang dicapai kontingen Rembang. Dilanjutkan penyerahan tali asih kepada atlet peraih medali.
:-) Antok

17 ribu peserta pecahkan rekor MURI

17 Ribu Peserta Pecahkan Rekor Gerakan Makan Ikan
Pada kesempatan Bulan Bakti Gotong Royong tingkat Jawa Tengah di Gedangan, juga diserahkan penghargaan Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) kepada Kab Rembang atas ge-rakan gemar makan ikan (Gema Ikan) yang melibatkan sebanyak 17.000 peserta. Jumlah tersebut memenuhi syarat, karena sebelumnya pernah ada di daerah lain yang memecahkan Rekor Muri dengan peserta 16.000 orang.
Penghargaan diterima-kan Gubernur kepada Bupati Rembang H Moch Salim.
Lantas, seperti apakah bentuk gerakan gemar makan ikan tersebut? Dari jumlah 17.000 peserta, yang 2000 ha-dir pada acara BBGR, semen-tara yang lainnya diserahkan ke sekolah-sekolah hingga total berjumlah 17.000 peserta.
Sementara itu, bentuk ikannya pun bukan berupa ikan segar digoreng atau dibakar, namun sudah disiapkan dalam kemasan cantik berbentuk krispi.
Krispi adalah olahan ikan buatan orang Rembang sendiri yang dikemas dengan tekno-logi modern. :-)

Gubernur Dukung Pabrik Semen Di Rembang

Gubernur Dukung Pabrik Semen Di Rembang
Tekad Kabupaten Rembang untuk bangkit dari daerah tertinggal, telah dimulai beberapa tahun yang lalu. Seperti akselerasi pemba-ngunan dengan program 4 pilarnya, pembangunan PLTU, dibangunnya pelabuhan nasional, dll. Berita terkini Bupati Rembang H Moch Salim menggulirkan ide untuk mendirikan pabrik semen.
Pada perhelatan pencanangan Bulan Bakti Gotong Royong tingkat Jawa Tengah di Gedangan yang dihadiri oleh Bupati dan Walikota se Jawa Tengah baru-baru ini, ide brilian tersebut mendapat angin segar dari orang nomor satu di Jawa Tengah. Menurut Gubernur Bibit Waluyo, bahwa Rembang pertanian-nya plus, peri-kanan plus, pertumbuhan disemua sektor baik, kondisi masyarakatnya mendukung, dengan adanya pabrik semen, sangatlah cocok dan lebih bagus. “Rencana Pem-kab Rembang untuk mendi-rikan pabrik semen, akan saya setujui sepenuhnya. Bukan guyonan, tetapi benar serius,“ kata Gubernur disambut tepuk tangan hadirin.
“Sing penting aja ngisin ngisini, wis isin sing pertama aja sing ping pindho,” imbuhnya.
Gubernur merasa bahwa orang disekelilingnya yang turut memikirkan pendirian pabrik semen Jawa Tengah adalah para profesor yang pandai-pandai. Jika kemudian di tengah jalan digagalkan oleh segelintir orang, Gubernur sangat kecewa.
Seperti diketahui, bumi Rembang memiliki kandungan semen melimpah. Bila pabrik semen berdiri di Rembang, maka kelak pendapatan asli daerah semakin meningkat. Menurut Gubernur tentunya sangat tepat jika pabrik semen didirikan di Rembang, karena bahan bakunya ada di tempat.

Bibit Berikan Bantuan
Dalam kesempatan itu, Gubernur juga memberikan bantuan sebesar Rp. 6,4 M lebih untuk desa-desa, lembaga-lembaga, dll.
Gubernur juga akan menggulirkan bantuan per desa Rp. 100 juta. Namun hanya desa-desa yang paling membutuhkan yang dibantu. Setiap kabupaten akan dipilih 10 desa, jadi total 350 desa dari 35 kabupaten.
Gebernur juga hendak mengajari desa-desa memanej keuangan. Jika lurah tidak amanah pasti akan ketahuan, dan nantinya bisa masuk hotel prodeo. Menurut Bibit, bali desa mbangun desa harus ada maknanya, harus ada perubahan. Direncanakan program tersebut tahun 2013 harus sudah rampung.
Rampungnya acara di Gedangan, Gubernur dan rombongan langsung meninjau langsung Pusat Pelelangan Ikan Tasikagung serta Pelabuhan Tasikagung, yang menurut Bupati Salim akan diprogram jadi Pelabuhan Nusantara.

Pabrik Semen, Tunggu Dulu Kepastiannya
Di lain kesempatan, Kabag Humas Suyono SH ketika dikonfirmasi soal pabrik semen membenarkan rencana itu. Bahkan soal pabrik semen tersebut pernah dilontarkan kepada Presiden SBY ketika bersilaturrahim di Rembang sebulan yang lalu, Namun soal kepastiannya tentu tidak bisa ditentukan sekarang. Kita tunggu saja.
:-) Qin-Sant

Pilpres Tahun Ini Lebih Baik Dibanding Tahun 2004

Pilpres Tahun Ini Lebih Baik Dibanding Tahun 2004
Bertempat di pendopo kabupaten, Jumat (17/7) KPUK Rembang menggelar rapat pleno terbuka rekapitulasi manual perolehan suara pilpres. Pada kegiatan tersebut KPUK membacakan hasil rekapitulasi perhitungan suara secara manual dari 14 PPK, disaksikan timses ke-tiga pasangan capres-cawapres.
Ketua KPUK Rembang M Affan pada akhir kegiatan menjelaskan, hasil perolehan suara versi quick count KPUK untuk tiga pasangan capres-capawapres tidak berebeda secara signifikan dengan hasil rekap manual. “Selisihnya cukup sedikit hanya berkisar 1%,”terangnya.
Affan menyampaikan, perbandingan hasil perolehan suara versi quick count dengan rekap manual yaitu dari hak pilih dalam DPT Rembang 464.342 suara pasangan Mega-Pro tetap tertinggi meraup 152.083 suara. Pasangan SBY-Boediono urutan kedua dengan versi quick count 134.879, hasil rekap manual turun menjadi 134.833 suara. Pasangan JK-Win dari 35.361 menjadi 35.358 suara.
“Hasil akhir angka partsispasi warga sejumlah 350.319 atau mencapai kisaran 75,44%. Sedangkan yang tidak menggunakan hak pilihnya 114.023 orang atau berkisar 24,46%,”ungkap Affan.
Ditambahkannya, tingkat partisipasi warga pada pilpres 2009 turun dibandingkan dengan pileg. Dari 83 % turun menjadi 75,44%. Penyebabnya menurut Affan yaitu banyak warga yang bekerja dan sekolah diluar kota tidak pulang menggunakan hak pilihnya dan adanya pengurangan jumlah TPS dari 1.474 saat pileg menjadi 1.068 pada pilpers. “Sehingga ada sebagian warga enggan menggunakan hak pilihnya, karena merasa jauh dari TPS,”imbuhnya.
Affan juga menyatakan, tingkat partisipasi masyarakat pada pilpres 2009 juga kurang dibanding pilpres 2004, baik pada putaran pertama atau ke-dua. Berdasar data di KPUK Rembang, tingkat partsisipasi warga Rembang pada pilpres tahun 2004 cukup tinggi.
Putaran pertama dari DPT 420.781 pemilih yang menggunakan haknya 346.935 orang atau mencapai angka 82,5%. Sedangkan pada putaran ke-dua, dari DPT sama yang menggunakan hak pilihnya 331.957 orang atau sekitar 78,8%. :-) Antok

Manguin, Arkeolog Maritim Asia

Manguin, Arkeolog Maritim Asia
Di mata Profesor Pierre-Yves Manguin (64), sebuah bongkahan papan kapal atau perahu dapat berkisah tentang sejarah maritim suatu kerajaan atau negara. Bongkahan itu juga mampu mengukur sejauh mana kualitas cipta, karya, dan rasa, sebuah bangsa bertumbuh dan berkembang mempertahankan hidup menjelajah pulau-pulau.
Di Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Rabu (24/6), Manguin, arkeolog maritim asal Perancis, membuktikan pernyataannya itu. Bersama Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta, Manguin meneliti perahu kuno yang ditemukan di lahan tambak warga yang berjarak sekitar satu kilometer dari pantai.
Berdasarkan teknologi pembuatan perahu, Manguin mengatakan perahu itu berasal dari zaman peralihan Kerajaan Mataram Kuno ke Sriwijaya, 670 Masehi -780 Masehi. Teknologi pembuatannya masih sederhana, yaitu menggunakan tambuktu atau balok tempat pasak yang diperkuat dengan ikatan tali ijuk.
“Meski begitu, perahu selebar empat meter dan sepanjang 15,60 meter itu mampu mengarungi pulau-pulau. Perahu Punjulharjo merupakan jenis perahu perdagangan,” kata Manguin. Melalui perahu atau kapal itulah sebuah bangsa melepas belenggu isolasi samudera, membuka komunikasi, dan berinteraksi dengan bangsa lain. Mereka saling bertukar pengetahuan, barang, budaya, dan pangan.
Melalui perahu dan kapal, sebuah bangsa membangun politik dan ekonomi maritim. Mereka mengembangkan kekuasaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perdagangan dan aneka hasil laut.”Di bumi Nusantara, Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit telah membuktikan keberhasilan politik dan ekonomi maritim yang dipadukan dengan ekonomi berbasis agraris,” ujar Manguin.
Pierre-Yves Manguin lahir di Portugis, 30 Juni 1945. Ia berasal dari keluarga Perancis yang tinggal di Portugis. Ayahnya yang bekerja sebagai pengusaha ban Michelin bernama Henri Manguin, sedang ibunya, Antoinette Manguin.
Sejak kecil hingga tamat Lycee francais Lisboa atau sekolah lanjutan tingkat atas bagi anak-anak Perancis, Manguin menghabiskan waktu di Portugis. Setiap kali ada waktu senggang, ia pergi bersiar dengan kapal pesiar milik milik ayahnya.
Ia juga kerap mengun-jungi galangan-galangan kapal tradisional di Portugis. Waktu itu, ia sempat belajar membuat perahu berbahan baku kayu sepanjang 6-13 meter. Ketika pindah ke Perancis, Manguin tetap meneruskan kebiasaan itu. Pantai barat Perancis dan galangan perahu di sekitar pantai itu menjadi salah satu bagian hidupnya.
Manguin mulai tertarik dengan Asia ketika perang Vietnam sedang berkecamuk. Media massa banyak menyiarkan berita-berita tentang Vietnam. Aneka macam buku tentang Vietnam juga mudah didapat.
Menurut Manguin, yang menarik dari Vietnam adalah kehidupan masyarakatnya, terutama mereka yang tinggal di sepanjang daerah aliran Sungai Mekong.
Untuk itu, pada 1965, Manguin meninggalkan jurusan kimia dan beralih ke jurusan bahasa di Langues’O, Paris. Di perguruan tinggi bahasa itu, ia belajar bahasa Vietnam, Melayu, dan Jepang. Bersamaan dengan itu, Manguin belajar tentang sejarah antropologi Asia Tenggara di Sorbonne. Namun, ia belum juga mempunyai kesempatan mengunjungi Vietnam.
Pada 1970, setelah merampungkan S2 dan S3 bahasa dan sejarah maritim, Manguin bergabung dengan Ecole francaise d’Extreme-Orient (EFEO). Di lembaga pusat studi Perancis-Asia itu, ia memperdalam pengetahuan tentang sejarah maritim dan perahu tradisional.
Manguin sempat mengunjungi kawasan pesisir di Indonesia dan Malaysia. Setiap kali menemukan industri galangan kapal di kawasan itu, ia selalu mempe-lajari teknik pembuatan perahu.
Manguin mengenal Indonesia pada 1977. Waktu itu, EFEO bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional membuka cabang EFEO di Indonesia. Pada 1981, mereka menggarap program penelitian perahu Bukit Jakas di Pulau Bintan.
Manguin mengatakan waktu itu tim peneliti hanya mendapat bongkahan-bongkahan perahu. Dari tek-nologi pembuatannya, perahu itu buatan abad XVI dan ada pengaruh China. Penyambung papan menggunakan pasak dan paku besi, tidak lagi menggunakan tali ijuk.
Delapan tahun kemudian, Manguin bersama Profesor Wolters, pakar Sriwijaya Universitas Cornel, mengadakan penelitian di situs Sriwijaya, Palembang. Ia meneliti sebuah kolam di Bukit Seguntang dan sempadan Sungai Musi di bawah Jembatan Ampera.
Di kolam Bukit Seguntang, ia menemukan bongkahan-bongkahan perahu Sriwijaya. Perahu dari abad V itu menggunakan teknik tambuku dan ikatan tali ijuk. Adapun di sempadan Sungai Musi, ia menemukan sisa-sisa kampung rakit.
Perahu itulah yang menjadi bukti pertama keberadaan perahu Nusantara yang pernah disebut-sebut pendeta Budha yang pernah berkunjung ke Sriwijaya. Dalam sebuah literatur abad VIII, pendeta itu menyatakan perahu papan yang diikat dengan tali ijuk, bertiang tiga, lain dari perahu China, panjangya sekitar 40 meter, dan muat 500 orang.
“Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dan negara maritim. Sriwijaya memperluas kekuasaan hingga Asia Tenggara dan pernah berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil dengan kapal,” kata Manguin.
Selain itu, Manguin menemukan situs Kota China dan bongkahan perahu abad XI-XII di Medan dan galangan perahu tradisional serta kemudi perahu abad VII di Sambirejo, Palembang. Pada 1996-2002, Manguin mengadakan penelitian di situs Oc Eo (dahulu negara Funan), di Ho Chi Min, Vietnam. Ia menemukan kota kuno, candi, dan kanal, di delta Sungai Mekong.
Pada 2006, Manguin bersama Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional meneliti situs Batujaya, di daerah aliran Sungai Citarum, Kerawang, Jawa Barat. Di dalam makam masyarakat Buni, ia menemukan pecahan tembikar sezaman dengan Kerajaan Tarumanegara, abad I - X.
“Temuan itu membuktikan bahwa sebelum zaman Sriwijaya warga Nusantara sudah melakukan kontak dengan India melalui hubungan laut,” kata Manguin. :-) Antok

Sumur Kono Gegerkan Rembang

Sumur Kuno Gegerkan Warga Sarang
Sumur berdinding gerabah masih utuh menggegerkan warga Kecamatan Sarang Rembang. Sumur kuno yang pertama kali ditemukan oleh sejumlah santri Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba ‘al Ulum as-Syari’ah (MUS) di sebuah lahan kososng dusun Gondang desa Kalipang.
Sumur tersebut nampak berbentuk aneh karena berdinding bahan gerabah dan dangkal, namun sumber air tak habis meski banyak warga yang mengambilnya. Kedalamannya sekitar 1,5 meter dengan diameter 60 cm. Diduga berumur ratusan tahun sehingga memancing ratusan warga untuk menyaksikan dari dekat.
Menurut pengasuh Ponpes MUS KH Muhamad Adib Abdurrohim (Gus Adib) sumur berdinding gerabah itu pertama kali ditemukan santrinya pada Selasa malam (14/7). Saat itu, katanya sejumlah santri yang dipimpin Sutrisno berencana untuk mengambil tanah dari lahan itu untuk mengurug gudang milik M. Said (Gus Said). ‘’Salah satu cangkul santri membentur gerabah. Karena merasa aneh, santri mengali pelan-pelan gerabah itu dan akhirnya menemukan gerabah yang menyerupai sumur, gerabah itu juga mengeluarkan sumber air’’ terangnya.
Tak urung karena temuan aneh itu, warga sekitar akhirnya menganggap sumur dan airnya bertuah. Warga berbondong-bondong mengambil air sumur itu untuk diminum dan cuci muka. Bahkan beberapa warga ada yang membawa pulang air sumur itu dengan maksud untuk mengobati kerabatnya yang sakit. ‘’Sampai saat ini memang belum ada yang terbukti sembuh setelah meminum air ini. Namun, warga juga tidak bisa melarang mereka yang mempercayai air ini,’’ jelas warga.
Selain air yang dianggap bertuah, warga sekitar juga mendengar adanya temuan penutup sumur dari gerabah serta keris kuno di sekitar sumur. Namun hal itu dibantah Ustaillah, 23, salah satu santri yang menjaga sekitar sumur. ‘’Kami hanya menemukan sumur dan potongan tulang saja. Tidak ada benda lain yang ditemukan disekitar sumur,’’ katanya.
Ketika dihubungi untuk diminta keterangan terkait penemuan sumur tersebut, Novida Abbas dari Balai Arkeologi Jogjakarta mengutarakan dirinya belum bisa meyakinkan karena belum sempat melihat meupun datang ke lokasi. Nemun menurutnya jenis sumur berdinding gerabah akrab disebut sebagai jobong. Dia mengatakan sumur berdinding gerabah banyak ditemukan di situs Majapahit di Trowulan.
“Karena belum melakukan penelitian secara rici, saya belum bisa memastikan apakah jobong yang ditemukan di Sarang itu sama dengan yang ada di Trowulan,”ungkap Novida Abas melalui telepone selularnya. :-0 Antok

Duta Wisata Kab. Rembang


Duta Wisata Kab Rembang
Luthfy Avian Ananda warga Jl P Sudirman pelajar putra SMAN 2 Rembang dan Cahyaning Gita S pelajar putri SMAN1 Rembang asal Jl KH Bisri Mustofa pada malam grand final Duta Wisata tahun 2009 yang digelar Jumat malam (24/7) di pendopo kabupaten dinyatakan oleh dewan juri sebagai juara I. Luthfy dan Cahyaning Gita tak mudah meraih gelar juara mesti bersaing ketat dengan 32 kandidat lain. Hadiah, piala dan slempang diserahkan Kepala Dinbudparpora Rembang Drs H Sadono.
Bupati Rembang H Moch Salim saat membuka secara resmi lomba antara lain menyebutkan, juara lomba Duta Wisata tidak semata-mata di tentukan oleh ganteng dan cantiknya peserta, tetapi juga harus di dukung dengan kemampuan nonfisik yang lain yang juga menjadi materi seleksi. Oleh karena itu dipesan agar dewan jri memberikan penilaian seobjektif mungkin. “Juri harus objektif, karena pemenang harus benar-benar qualyfield, capable dan berwawasan luas dalam pengetahuan umum dan pariwisata,”harap Bupati Rembang .
Adapun kepada pemenang dihimbau jangan hanya berhenti merasa puas diri setelah merebut gelar Mas dan Mbak Duta Wisata, karena banyak tugas berat menanti mereka. Selain akan dikirim ajang serupa tingkat propnsi, mereka juga akan menjadi duta kabupaten Rembang manakala ada kunjungan tamu dari luar.
“Siapa yang menang jangan cukup hanya merasa bangga dan puas saja. Harus lebih banyak menambah wawasan dan pengetahuan wisata khususnya yang asli Rembang karena mereka nanti akan menjadi guide para tamu khuusnya dari luar negeri yang datang ke Rembang ingin mengetahui potesni wisata yang ada,”pesan H Moch Salim
Sementara itu usai kegiatan Sadono menyebutkan, Luthfy dan Canyaning Gita nantinya akan mewakili Rembang pada lomba sama tingkat Jateng yang akan dilaksanakan bulan Nopember mendatang. Atas prestasi yang diraih, ke-duanya juga berhak atas hadiah uang pembinaan dan hadiah dari sponsor.
“Kami tahu pesaing lomba Duta Wisata di Tingkat Jateng sangat berat, karena mereka jujga para juara di masinmg-masing daerah seluruh Jateng. Tetapi jika wakil Rembang mau belajar dengan baik, kami yakin hasilnya tidak mengecewakan, “cetus Sadono.
Selain memilih juara Duta Wisata 1-3 putra dan putri, panitia juga memilih juara lomba jenis intelegensia, pariwisata dan kebuadayaan putra dan putri. Juara jenis intelegensia putra direbut Wibawa Bagus Pradana penduduk Perumahan Puri Mondoteko dan dibagian putri disabet oleh Dita Ayu Kusumawati pelajhar SMAN I Rembang. Untuk jenis Pariwisata putra dimenangkan oleh Tatit Dharma W asal Desa Turus Gede dan untuk putrid di rebut Ayu Handayaning Widowati dari Desa Dresi Kaliori. Sedang juara jenis kebudayaan putra di raih Ropy Agus Setiawan dari Soditan Lasem dan untuk putri dimenangkan Lia Rizki Farida dari Jl Pemuda Rembang.
Luthfy maupun Cahyaning Gita sendiri ditemui usai lomba mengatakan, ke-duanya akan berusaha dan beekerja keras untuk bisa berbicara banyak dalam lomba yang sama tingkat propinsi. “Kami memang masih harus belajar banyak untuk lebih menguasai materi lomba dan liku-likunya kontes ditingkat lebih tinggi,” ujar Luthfy.
Hasil lengkap lombga Duta Wisata Rembang 2009, Juara I putra di rebut Luthfy Avian Ananda, II M Idam Yon Arif dan juara III Ahmad Fahimuridlo. Untuk putri juara I diraih Cahyaning Gita S, II Rizki Kusumadika dan juara III direbut Lana Gargernia. :-) Antok

Duta Wisata Kab. Rembang

Duta Wisata Kab Rembang
Luthfy Avian Ananda warga Jl P Sudirman pelajar putra SMAN 2 Rembang dan Cahyaning Gita S pelajar putri SMAN1 Rembang asal Jl KH Bisri Mustofa pada malam grand final Duta Wisata tahun 2009 yang digelar Jumat malam (24/7) di pendopo kabupaten dinyatakan oleh dewan juri sebagai juara I. Luthfy dan Cahyaning Gita tak mudah meraih gelar juara mesti bersaing ketat dengan 32 kandidat lain. Hadiah, piala dan slempang diserahkan Kepala Dinbudparpora Rembang Drs H Sadono.
Bupati Rembang H Moch Salim saat membuka secara resmi lomba antara lain menyebutkan, juara lomba Duta Wisata tidak semata-mata di tentukan oleh ganteng dan cantiknya peserta, tetapi juga harus di dukung dengan kemampuan nonfisik yang lain yang juga menjadi materi seleksi. Oleh karena itu dipesan agar dewan jri memberikan penilaian seobjektif mungkin. “Juri harus objektif, karena pemenang harus benar-benar qualyfield, capable dan berwawasan luas dalam pengetahuan umum dan pariwisata,”harap Bupati Rembang .
Adapun kepada pemenang dihimbau jangan hanya berhenti merasa puas diri setelah merebut gelar Mas dan Mbak Duta Wisata, karena banyak tugas berat menanti mereka. Selain akan dikirim ajang serupa tingkat propnsi, mereka juga akan menjadi duta kabupaten Rembang manakala ada kunjungan tamu dari luar.
“Siapa yang menang jangan cukup hanya merasa bangga dan puas saja. Harus lebih banyak menambah wawasan dan pengetahuan wisata khususnya yang asli Rembang karena mereka nanti akan menjadi guide para tamu khuusnya dari luar negeri yang datang ke Rembang ingin mengetahui potesni wisata yang ada,”pesan H Moch Salim
Sementara itu usai kegiatan Sadono menyebutkan, Luthfy dan Canyaning Gita nantinya akan mewakili Rembang pada lomba sama tingkat Jateng yang akan dilaksanakan bulan Nopember mendatang. Atas prestasi yang diraih, ke-duanya juga berhak atas hadiah uang pembinaan dan hadiah dari sponsor.
“Kami tahu pesaing lomba Duta Wisata di Tingkat Jateng sangat berat, karena mereka jujga para juara di masinmg-masing daerah seluruh Jateng. Tetapi jika wakil Rembang mau belajar dengan baik, kami yakin hasilnya tidak mengecewakan, “cetus Sadono.
Selain memilih juara Duta Wisata 1-3 putra dan putri, panitia juga memilih juara lomba jenis intelegensia, pariwisata dan kebuadayaan putra dan putri. Juara jenis intelegensia putra direbut Wibawa Bagus Pradana penduduk Perumahan Puri Mondoteko dan dibagian putri disabet oleh Dita Ayu Kusumawati pelajhar SMAN I Rembang. Untuk jenis Pariwisata putra dimenangkan oleh Tatit Dharma W asal Desa Turus Gede dan untuk putrid di rebut Ayu Handayaning Widowati dari Desa Dresi Kaliori. Sedang juara jenis kebudayaan putra di raih Ropy Agus Setiawan dari Soditan Lasem dan untuk putri dimenangkan Lia Rizki Farida dari Jl Pemuda Rembang.
Luthfy maupun Cahyaning Gita sendiri ditemui usai lomba mengatakan, ke-duanya akan berusaha dan beekerja keras untuk bisa berbicara banyak dalam lomba yang sama tingkat propinsi. “Kami memang masih harus belajar banyak untuk lebih menguasai materi lomba dan liku-likunya kontes ditingkat lebih tinggi,” ujar Luthfy.
Hasil lengkap lombga Duta Wisata Rembang 2009, Juara I putra di rebut Luthfy Avian Ananda, II M Idam Yon Arif dan juara III Ahmad Fahimuridlo. Untuk putri juara I diraih Cahyaning Gita S, II Rizki Kusumadika dan juara III direbut Lana Gargernia. :-) Antok

Maftuh Basyuni Soal Vaksin Meningitis

Maftuh Basyuni Soal Vaksin Meningitis dan Diberlakukannya Kembali Paspor Hijau
Menteri Agama H Maftuh Basyuni menegaskan, jika tidak ada kesepakatan antara Departemen Kesehatan (Depkes) dengan MUI menyangkut meningitis bagi calon jama’ah haji pihaknya akan mengikuti keputusan Depkes yaitu seluruh jama’ah haji harus menjalani vaksin meningitis sebelum berangkat menunaikan ibadah haji.
Menurut Menteri Agama, vaksin mengitis merupakan persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah Saudi Arabia sejak tahun 2006. Dimana jama’ah haji seluruh dunia tidak terkecuali dari Indonesia harus menjalani test kesehatan dan mendapat vaksin untuk mencegah menigitis (pengeringan otak). Dalam waktu dekat, akan ada pertemuan antara MUI dengan Depkes untuk membahas soal meningitis. Jika tetap tidak ada kesepakatan, kami selaku penyelenggara haji akan ikut keputusan Depkes.
Seperti diketahui, sekitar tiga bulan lalu MUI mengeluarkan pernyataan kontroversial yang membingungkan calon jama’ah haji menyangkut meningitis. Yaitu bahwa menigitis yang di datangkan dari Belgia diindikasikan mengandung enzym babi. Sehingga MUI tidak setuju calon jama’ah haji menjalani tes meningitis. Pernyataan pertama soal itu datang dari MUI Sumsel.
“Sebenarnya baru pernyataan, belum fatwa. Dan pernyataan itu sendiri belum mendasarkjan pada hasil laboratorium, melainkan sebatas informasi dari membaca. Namun begitu, itu sudah cukup membuat resah sebagian umat Islam yang akan menunaikan ibadah haji.,” kata, Maftuh Basyuni.
Oleh karena itu, bagi calon jama’ah haji yang ikut MUI, silahkan mundur dan memberi tahu, pihaknya akan mengganti calon haji lainnya yang masuk daftar tunggu. Saat ini calon haji Indonesia yang masuk daftar tunggu mencapai 700.000 orang lebih,” ujar H Maftuh Basyuni, menjawab pertanyaan wartawan disela-sela acara haul KH Basyuni Maskur ayahanda Menag H maftuh Basyuni di desa Sidowayah, kecanatan Rembang Kota, Sabtu malam (27/6).
Pada kesempatan itu KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang juga adik ipar Menag H Maftuh Basyuni menyampaikan sambutan sebagai wakil keluarga. Sedang KH Buchori Masruri menyampaikan mauindhoh hasanah. Menag H Maftuh Basyuni pada kesempatan itu menyampaikan ucapan terima kasih. Tampak hadir Kakanwil Depag Jateng Drs H Mashudi MM, Sekda Rembang H Hamzah Fatoni SH M. Kn, Kakagepag Rembang Drs HM Subchi MM, ketua MUI Rembang KH Tamamudin yang sekaligus bertindak sebagai rois tahlil haul.
Menyangkut paspor haji yang juga terjadi perubahan cukup drastis terkait dengan persyaratan yang diterapkan pemerintah Saudi Arabia, Menag H Maftuh Basyuni mengutarakan, sebagai tamu yang baik, kita harus mengikuti peraturan ruan rumah (pemerintah Arab Saudi). Pemerintah Saudi Arabia mulai tahun ini menerapkan penggunaan paspor internaisonal atau paspor hijau bagi seluruh jama’ah haji.
Padahal selama ini jama’ah haji Indonesia selalu menggunakan paspor khusus bernama paspor haji berwarna coklat. Itu sudah diatur dalam UU mengenai haji. Sehingga jika kita mengikuti aturan pemerintah Saudi Arabia, maka kita harus merevisi UU tentang haji.
“Oleh karena itu kami sebagai penyelenggara haji sekarang harus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah paspor ini secara cepat. Karena jama’ah haji kita akan berangkat bulan Oktober 2009,” tutur Maftuh Basyuni.
Dia menambahkan, beberapa hari lalu pihaknya sudah membicarakan soal paspor haji ini bersama Menkum dan HAM. Dan Dephum dan HAM siap membantu menyelesaikan soal paspor hijau bagi 207.000 jama’ah haji Indonesia. Karena memang pembuatan paspor hijau adalah wewenang Imigrasi di bawah Dephum dan HAM. “Untuk regulasinya, kemungkinan kita akan menggunakan Perpu,”tambahnya.
:-) Antok

Perbup Ramah Anak Diteken

Perbup Desa Ramah Anak Diteken
Setelah bagian Hukum Setda Rembang mengadakan uji publik draft Perbup Desa-Kelurahan Ramah Anak bebe-rapa waktu lalu dilanjutkan membahas secara serius meli-batkan SKPD terkait, akhirnya pada upacara hari jadi Kabu-paten Rembang ke 268 di halaman pendopo kabupaten Senin (27/7) ditetapkan sebanyak 30 desa dari 5 kecamatan sebagai pelaksana tahap awal Perbup Desa/Kelurahan Ramah Anak.
Adapun perinciannya yakni 8 di kecamatan Gunem meliputi desa Kajar, Timbra-ngan, Tegaldowo, Pasucen, Trembes, Suntri, Dowan dan Gunem. Di kecamatan Sale 6 desa yaitu Ukir, Rendeng, Pakis, Bitingan, Tengger dan Sidomulyo. 6 di kecamatan Sedan meliputi desa Candimulyo, Ngulahan, Pacing, Lemah Putih, Kumbo dan Dadapan. Kecamatan Sluke di 6 desa meliputi Sanetan, Labuhan Kidul, Sendang Mulyo, Bendo, Langgar dan Rakitan. Sedangkan sisanya 4 desa di kecamatan Kragan yakni Woro, Sumur Tawang, Sudan dan Sendangmulyo.
Terkait dengan penetapan 30 Desa Ramah Anak di 5 kecamatan tersebut Bupati Rembang H Moch Salim menyampaikan desa/kelurahan ramah anak adalah strategi pembangunan desa/kelurahan yang mengintegrasikan komit-men dan sumberdaya peme-rintah kabupaten, masyarakat dan dunia usaha yang terencana, menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak.
Dasar hukum diterbit-kannya perda mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Kebi-jakan Kabupaten/Kota Layak Anak.
Menurut H Moch Salim sifat perda nantinya non diskriminasi, tidak membe-dakan suku, ras, agama, jenis kelamin, status sosial, status ekonomi, asal daerah, kondisi fisik maupun psikis anak.
“Intinya memberikan kepentingan terbaik untuk anak, yaitu menjadikan kepentingan yang terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama dalam setiap pengam-bilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten, kecamatan, peme-rintah desa / kelurahan dan lembaga lainnya yang ber-hubungan langsung mau-pun tidak langsung dengan anak,” papar H Moch Salim. :-) Qin

Perbup Ramah Anak Diteken

Perbup Desa Ramah Anak Diteken
Setelah bagian Hukum Setda Rembang mengadakan uji publik draft Perbup Desa-Kelurahan Ramah Anak bebe-rapa waktu lalu dilanjutkan membahas secara serius meli-batkan SKPD terkait, akhirnya pada upacara hari jadi Kabu-paten Rembang ke 268 di halaman pendopo kabupaten Senin (27/7) ditetapkan sebanyak 30 desa dari 5 kecamatan sebagai pelaksana tahap awal Perbup Desa/Kelurahan Ramah Anak.
Adapun perinciannya yakni 8 di kecamatan Gunem meliputi desa Kajar, Timbra-ngan, Tegaldowo, Pasucen, Trembes, Suntri, Dowan dan Gunem. Di kecamatan Sale 6 desa yaitu Ukir, Rendeng, Pakis, Bitingan, Tengger dan Sidomulyo. 6 di kecamatan Sedan meliputi desa Candimulyo, Ngulahan, Pacing, Lemah Putih, Kumbo dan Dadapan. Kecamatan Sluke di 6 desa meliputi Sanetan, Labuhan Kidul, Sendang Mulyo, Bendo, Langgar dan Rakitan. Sedangkan sisanya 4 desa di kecamatan Kragan yakni Woro, Sumur Tawang, Sudan dan Sendangmulyo.
Terkait dengan penetapan 30 Desa Ramah Anak di 5 kecamatan tersebut Bupati Rembang H Moch Salim menyampaikan desa/kelurahan ramah anak adalah strategi pembangunan desa/kelurahan yang mengintegrasikan komit-men dan sumberdaya peme-rintah kabupaten, masyarakat dan dunia usaha yang terencana, menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak.
Dasar hukum diterbit-kannya perda mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Kebi-jakan Kabupaten/Kota Layak Anak.
Menurut H Moch Salim sifat perda nantinya non diskriminasi, tidak membe-dakan suku, ras, agama, jenis kelamin, status sosial, status ekonomi, asal daerah, kondisi fisik maupun psikis anak.
“Intinya memberikan kepentingan terbaik untuk anak, yaitu menjadikan kepentingan yang terbaik bagi anak sebagai pertimbangan utama dalam setiap pengam-bilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten, kecamatan, peme-rintah desa / kelurahan dan lembaga lainnya yang ber-hubungan langsung mau-pun tidak langsung dengan anak,” papar H Moch Salim. :-) Qin

Intisari Ramalan Jaya Baya

Intisari Ramalan Jayabaya
Oleh : Mutaqin
Intisarine Ramalan Utawa Jangka Jayabaya bisa kapilah dadi 56, yaiku :
1. Besuk yen wis ana kreta mlaku tanpa jaran. Tanah Jawa kalungan wesi, prau mlaku ing dhuwur awang-awang. Kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange; iku tandha yen tekane jaman Jayabaya wis cedhak.
2. Bumi saya suwe saya mengkeret, sekilan bumi dipajeki. Jaran doyan sambel. Wong wadon nganggo pakaian lanang. Iku tandhane yen wong nemoni wolak-walike jaman.
3. Akeh janji ora ditepati, akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe.
4. Manungsa padha seneng nyalah, ora ngindhahake Hukum Allah. Barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci.
5. Akeh manungsa mung ngatamakake dhuwit lali kamanungsan, lali kabecikan, lali sanak lali kadang.
6. Akeh bapa lali anak, akeh anak wani nglawan ibu nantang bapa. Sadulur padha nyidra menyidra, kulawarga padha curiga mencurigai, kanca dadi mungsuh, akeh manungsa lali asale.
7. Ukuman Ratu ora adil, akeh pangkat jahat lan jail, akeh kelakuan sing ganjil. Akeh wong apik-apik padha kepencil.
8. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin, luwih utama ngapusi. Wegah nyambut kepingin urip mewah, ngumbar napsu angkara murka, nggedhekake duraka.
9. Wong bener thenger-thenger. Wong salah bungah-bungah. Wong apik ditam[ik-tampik. Wong jahat munggah pangkat.
10.Wong agung kesinggung. Wong ala kepuja.
11. Wong wadon ilang kewirangane. Wong lanang ilang kaprawirane.
12.Akeh wong lanang ora duwe bojo, akeh wong wadon ora setya marang bojone. Akeh ibu padha ngedol anake, akeh wong wadon ngedol awake. Akeh wong ijol bojo.
13.Wong wadon nunggang jaran, wong lanang linggih dhingklik.
14.Randha sauwang loro, prawan saiga lima, dhudha pincang payu sangang uwang.
15.Akeh wong ngedol ngelmu, akeh wong ngaku-ngaku, njabane putih njerone dhadhu. Ngakune suci nanging palsu. Akeh bujuk akeh lojo.
16.Akeh udan salah mangsa, akeh prawan tuwa. Akeh randha nglairake anak, akeh jabang bayi lair nggoleki bapake.
17.Akeh sing nentang agama, prikamanungsan saya ilang. Omah suci dibenci, omah ala saya dipuja. Wong wadon lacur ing ngendi-endi.
18.Akeh laknat akeh pengkhianat. Akeh anak mangan bapak, sadulur mangan sadulur. Kanca dadi mungsuh. Guru disatru. Tangga padha curigmencuriga. Kana-kene saya angkara murka.
19.Sing weruh kabubuhan, sing ora weruh katutuh.
20.Besuk yen ana peperangan teka wetan, kulon, kidul lan elor, akeh wong becik padha sengsara. Wong jahat saya seneng.
21.Wektu iku akeh dhandhangang diunekake kuntul, wong salah dianggep bener. Pengkhianat saya nikmat. Durjana saya sempurna, wong jahat munggah pangkat, wong lugu keblenggu.
2.2Sing curang garang, sing jujur kojur. Pedagang akeh sing keplanggrang, wong main akeh sing dadi.
23.Akeh barang haram, wong wadon nglamar wong langang, wong lanang ngasorake drajat.
24.Akeh barang-barnag mlebu luwang, akeh wong kaliren lan wuda.
25.Wong tuku nglnik sing dodol, sing dodol akal-okol.
26.Wong golek pangan kaya gabeh diinteri. Sing kebat kliwat, sing telat sambat. Sing gedhe kesasar, sing cilik kepleset. Sing anggak ketunggak, sing wedi mati. Sing nekat mbrekat, sing jirih ketindhih. Sing ngawur makmur, sing ngati-ngati ngrintih, sing ngedan keduman, sing waras gagas. Wong tani ditaleni, wong dora ura-ura.
27.Ratu ora netepi janji, musna kekuwasakane.
28.Bupati dadi rakyat, wong cilik dadi priyayi, sing mendek\le dadi gedhe, sing jujur kojur.
Sumber: Damar Jati
Panulis *) : Guru Basa Jawa SMP Tegaldowo (Http://demangwaru.blogspot.com/)

Status Ta'awudz Dalam Shalat

Status Ta’awudz Dalam Shalat
Jawab :
Membaca Ta’awudh sangat dianjurkan. Bacaan Basmalah termasuk bagian dari Surat Al Fatihah. Surat Al Fatihah, bagian dari Rukun solat. Maka membaca surat Al Fatihah harus membaca basmalah. Boleh dengan suara keras boleh dengan suara pelan. Membaca surat Al Qur’an ketika solat ataupun diluar sholat , seyogjanya dimulai dengan Ta’awudh. Bacaan Ta’awudh tertulis didalam Al Qur’an Surat An Nahl Ayat 98.
“Apabila engkau hendak membaca Al Quran maka mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
Dengan dasar ayat ini Syaikh Al-’Utsaimin menyatakan bahwa salah satu adab membaca Al Quran adalah dengan membaca ta’awwudz terlebih dulu. Beliau berkata, “Hendaknya meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk…” kemudian beliau menyebutkan ayat ini. Beliau juga berkata, “Adapun basmalah, maka apabila dia mengawali bacaannya di tengah-tengah surat maka tidak perlu membaca basmalah. Dan apabila di awal surat maka membaca basmalah kecuali di awal surat At-Taubah karena di awalnya memang tidak ada basmalah…” (lihat Majalis Syahri Rahmadhan). Wallahu a’lam.
Kedudukan basmalah dalam Alquran, ada dua tempat. Basmalah dalam surat Fatihah dan basmalah dalam surat-surat yang lain. Ada pula yang berpendapat, sekalipun Fatihah itu dimulai dari basmalah tetapi karena ada riwayat yang menyatakan bahwa Nabi dalam membaca Fatihah itu memulainya dari alhamdulillah — maka membaca basmalahnya pelan, dan barulah membaca alhamdulillah-nya dengan keras. Masing-masing pendapat itu sebenarnya mempunyai dasar-dasar dari hadis. Dengan demikian tidak perlu dirisaukan sehingga kita menganggap imam yang memulai bacaan Fatihahnya dari basmalah dengan keras ataupun pelan, tidak akan mengurangi arti dan sahnya salat. Mengenai bacaan surat-suratnya selain surat Al Fatihah, karena bacaan basmalah pada surat itu tidak termasuk bagian dari surat, maka juga tidak ada masalah dan tidak perlu dipermasalahkan bagi yang tidak membacanya.
Dalam pada itu, dapat dikemukakan bahwa pada saat membaca Fatihah itu ada pula pemahaman yang menyatakan sebelum membaca surat Fatihah memulainya dengan membaca taawudz, yaitu a’udzubillahi minasy-syaithanir-rajim secara pelan. Pemahaman ini didasarkan pada firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 98, dan juga hadis dari Abu Said Al-Khudri
Nabi Muhammad memerintahkan, apabila engkau membaca alqur’an berlindunglah dari syitan yang terkutuk (ta’awudz).....begitulah. Bacaan taawudz, adalah bacaan doa yang diajarkan Rosulullah kepada kita untuk menghindari godaan setan.
Adapun bacaan taawudz sebelum basmallah, itu adalah petunjuk rosulullah, namun bacaan basmalah dibaca tidak harus setiap kali mau baca ayat Al-Qur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang basmalah yakni apakah basmalah itu bagian dari surat atau pembatas antar surat dan bagian dari surat Al Naml.
Kita sebagai muslim dalam beragama selain berpedoman pada Al Qur’an juga harus berpedoman pada sunnah-sunnah nabi, karena tanpa sunnah nabi kita tidak akan dapat memahami agama Islam.
Kalo mau jawaban secara logika ya Mas... itu kan dalam bahasa Arab, klo diterjemahkan ke bahasa Indonesia kan artinya minta perlindungan dari syaitan.. ya apa salahnya sih manusia sebelum melakukan sesuatu yang baik/suci kita minta perlindungan dari syaitan ke Tuhan-nya???
Lagipula itu salah satu kebiasaan baik yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.. kebiasaan baik kan ngga ada salahnya ditiru??

Status Ta'awudz Dalam Shalat

Status Ta’awudz Dalam Shalat
Jawab :
Membaca Ta’awudh sangat dianjurkan. Bacaan Basmalah termasuk bagian dari Surat Al Fatihah. Surat Al Fatihah, bagian dari Rukun solat. Maka membaca surat Al Fatihah harus membaca basmalah. Boleh dengan suara keras boleh dengan suara pelan. Membaca surat Al Qur’an ketika solat ataupun diluar sholat , seyogjanya dimulai dengan Ta’awudh. Bacaan Ta’awudh tertulis didalam Al Qur’an Surat An Nahl Ayat 98.
“Apabila engkau hendak membaca Al Quran maka mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
Dengan dasar ayat ini Syaikh Al-’Utsaimin menyatakan bahwa salah satu adab membaca Al Quran adalah dengan membaca ta’awwudz terlebih dulu. Beliau berkata, “Hendaknya meminta perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk…” kemudian beliau menyebutkan ayat ini. Beliau juga berkata, “Adapun basmalah, maka apabila dia mengawali bacaannya di tengah-tengah surat maka tidak perlu membaca basmalah. Dan apabila di awal surat maka membaca basmalah kecuali di awal surat At-Taubah karena di awalnya memang tidak ada basmalah…” (lihat Majalis Syahri Rahmadhan). Wallahu a’lam.
Kedudukan basmalah dalam Alquran, ada dua tempat. Basmalah dalam surat Fatihah dan basmalah dalam surat-surat yang lain. Ada pula yang berpendapat, sekalipun Fatihah itu dimulai dari basmalah tetapi karena ada riwayat yang menyatakan bahwa Nabi dalam membaca Fatihah itu memulainya dari alhamdulillah — maka membaca basmalahnya pelan, dan barulah membaca alhamdulillah-nya dengan keras. Masing-masing pendapat itu sebenarnya mempunyai dasar-dasar dari hadis. Dengan demikian tidak perlu dirisaukan sehingga kita menganggap imam yang memulai bacaan Fatihahnya dari basmalah dengan keras ataupun pelan, tidak akan mengurangi arti dan sahnya salat. Mengenai bacaan surat-suratnya selain surat Al Fatihah, karena bacaan basmalah pada surat itu tidak termasuk bagian dari surat, maka juga tidak ada masalah dan tidak perlu dipermasalahkan bagi yang tidak membacanya.
Dalam pada itu, dapat dikemukakan bahwa pada saat membaca Fatihah itu ada pula pemahaman yang menyatakan sebelum membaca surat Fatihah memulainya dengan membaca taawudz, yaitu a’udzubillahi minasy-syaithanir-rajim secara pelan. Pemahaman ini didasarkan pada firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 98, dan juga hadis dari Abu Said Al-Khudri
Nabi Muhammad memerintahkan, apabila engkau membaca alqur’an berlindunglah dari syitan yang terkutuk (ta’awudz).....begitulah. Bacaan taawudz, adalah bacaan doa yang diajarkan Rosulullah kepada kita untuk menghindari godaan setan.
Adapun bacaan taawudz sebelum basmallah, itu adalah petunjuk rosulullah, namun bacaan basmalah dibaca tidak harus setiap kali mau baca ayat Al-Qur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang basmalah yakni apakah basmalah itu bagian dari surat atau pembatas antar surat dan bagian dari surat Al Naml.
Kita sebagai muslim dalam beragama selain berpedoman pada Al Qur’an juga harus berpedoman pada sunnah-sunnah nabi, karena tanpa sunnah nabi kita tidak akan dapat memahami agama Islam.
Kalo mau jawaban secara logika ya Mas... itu kan dalam bahasa Arab, klo diterjemahkan ke bahasa Indonesia kan artinya minta perlindungan dari syaitan.. ya apa salahnya sih manusia sebelum melakukan sesuatu yang baik/suci kita minta perlindungan dari syaitan ke Tuhan-nya???
Lagipula itu salah satu kebiasaan baik yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.. kebiasaan baik kan ngga ada salahnya ditiru??

Bagaimanakah Hukum Kepiting?

Bagaimanakah Hukum Kepiting?
Tanya :
Assalamu’alaikum. Pak Ustadz Pantura Pos, Bapak sebagai guru agama di SMK Pelayaran Rembang ya? Kami warga nelayan, mau tanya hal kepiting Pak Ustad. Menurut kami kepiting itu enak dan lezat. Tapi bagaimanakah hukum kepiting sebenarnya ? Halal atau haram? (Komunitas nelayan Kragan) 085225596449

Jawab :
Rasa sayang Allah kepada umat manusia ini semakin nampak ketika kita melihat apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan olehNya. Semua ketentuan Allah tersebut tentu saja membawa kebaikan (mashlahah) bagi manusia. Allah menghalalkan sesuatu yang baik, dan mengharamkan sesuatu yang kotor dan buruk, sebagaimana firmanNya dalam QS. Al-A’raf[]: 157.
Selain karena menilai dalil-dalil tentang haramnya hewan amphibi kurang kuat, mereka berdalil bahwa kepiting itu bukan termasuk hewan amphibi. Sehingga kalau pun bisa diterima pendapat bahwa hewan yang hidup di darat dan di air itu haram, toh kepiting tidak termasuk di dalamnya.
Pendapat bahwa kepiting itu bukan hewan dua alam dikemukakan oleh banyak pakar di bidang perkepitingan. Umumnya mereka memastikan bahwa kepiting bukan hewan amfibi seperti katak. Katak bisa hidup di darat dan air karena bernapas dengan paru-paru dan kulit.
Tetapi tidak demikian halnya dengan kepiting. Kepiting hanya bernapas dengan insang. Kepiting memang bisa tahan di darat selama 4-5 hari, karena insangnya menyimpan air, sehingga masih bisa bernapas. Tapi kalau tidak ada airnya sama sekali, dia mati. Jadi kepiting tidak bisa lepas dari air.
Penjelasan bahwa kepiting bukan hewan amphibi disampaikan oleh ahli dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Sulistiono.
Walhasil, tidak ada alasan untuk mengharamkan kepiting, sehingga hukumnya kembali ke asalnya yaitu halal. Dan kehalalannya dikuatkan oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Stop Bullying

Stop Bullying!
Stop Bullying! Demikian sebuah peringatan ter-tulis pada sebuah stiker yang dibagikan Plan Indone-sia di Rembang. Ini terkait dengan lokakarya yang dia-dakan Plan Rembang di SMP 5 Rembang baru-baru ini.
Dalam tulisan stiker ter-sebut dilanjutkan dengan penjelasan: Bullying (baca: buliying) adalah perilaku yang sengaja dilakukan se-cara verbal, fisik ataupun psikologis untuk menekan, mengintimidasi dan mena-kutnakuti seseorang / seke-lompok orang sehingga kor-ban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.
Lokakarya yang meng-ambil tema ‘Pendidikan Tan-pa Kekerasan’ ini mengha-dirkan pembicara Sudiyo, learning specialist dari Plan Indonesia. Kemudian Dan-dung Dwi Sucahyo Kabid Kurikulum Dinas Pendidikan Kab Rembang, A Ratih Kusuma Wardani seorang psikolog, Dwi Martopo dari BPMKB.
Plan Indonesia meng-undang orang-orang yang terlibat langsung terhadap pendidikan yaitu Ka UPT dan Pengawas se Kabupaten Rembang. Diharapkan pesan -pesan tentang pendidikan yang menyenangkan dan bebas dari rasa takut ini bisa kembali ditularkan kepada kepala-kepala sekolah dan guru di Kab Rembang.

Kekerasan terhadap siswa
Kekerasan pada siswa adalah suatu tindakan keras yang dilakukan terhadap siswa di sekolah dengan dalih mendisiplinkan siswa.
Kekerasan yang ditim-pakan siswa bisa macam-macam, antara lain keke-rasan fisik yang dapat meng-akibatkan luka atau cedera pada siswa, seperti memu-kul, menganiaya, dll. Ada pula kekerasan psikis yang dilakukan secara emosional, misalnya menghina, meleceh-kan, mencela atau melontar-kan perkataan yang menyakiti perasaan, melukai harga diri, menurunkan rasa percaya diri, membuat orang merasa hina, kecil, lemah, jelek, tidak berguna dan tidak berdaya.
Kekerasan defensive dila-kukan dengan dalih tindakan perlindungan, bukan tindakan penyerangan. Kekerasan agresif yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu seperti merampas, dll. Kekerasan seksual, suatu bentuk pemak-saan untuk melakukan hu-bungan seksual atau sejenis-nya.

Target juara
Kekerasan bisa dari guru, itu terjadi karena kurangnya pengetahuan bahwa keke-rasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai harga diri siswa. Terkadang kekerasan dari guru akibat tekanan kerja seperti target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi kurikulum, materi maupun prestasi juara yang ditargetkan kepada siswa didiknya sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan maksimal cukup besar.
Saatnya katakan “tidak” pada kekerasan dan menen-tang segala bentuk kekerasan. Ciptakan pendidikan yang menyenangkan, bebas dari rasa takut. Dalam menanam-kan pendidikan tanpa keke-rasan di sekolah, guru dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa, menge-nali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa.

Dari mana saja
Kekerasan terhadap anak bisa dari mana saja. Bisa dari temannya sendiri, dari orang tuanya dan juga dari ling-kungannya. Anak yang selalu dimanja akan menjadikannya keras dan suka berlaku kasar kepada orang lain jika keinginannya tidak dituruti. Atau orang tua yang selalu marah dan membandingkan anak, bisa menimbulkan rendah diri yang memancing orang lain mengganggu.
Dari lingkugannya juga bisa menimbulkan kekerasan, seperti adanya kekuatan kelompok yang memancing kekerasan sehingga kekerasan dianggap wajar. Termasuk kekerasan senior kepada yunior (anak baru). Tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan juga bisa menjadi pemicu untuk dicontoh.
Seringkali kekerasan terhadap anak dilakukan tidak sengaja. Segeralah mawas diri, sudahkah orang tua dan guru telah bersikap yang benar terhadap anak? :-) Shodiqin

Qaryah Thayyibah, Sekolah Kampung Yang Tidak Kampungan


Catatan Ali Shodiqin
SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah, Sekolah Kampung yang Tidak Kampungan
Sebelum berangkat ke Salatiga, yang ada di benak penulis adalah rasa penasaran. Kebetulan penulis pernah berangan-angan ingin melihat langsung SLTP Qaryah Thayyibah (Q-tha) karena sering menjumpai berita tentang mereka.
Penulis juga mendapat informasi dari rekaman liputan televisi. Siswa Q-tha tidak terikat oleh peraturan sebagaimana sekolah. Tidak wajib memakai seragam. Iurannya hanya Rp.10.000/bulan. Boleh memilih pelajaran yang disu-kai. Belajar seperti di rumah sendiri, semacam hoom schooling. Jika jenuh dengan pelajaran tertentu, boleh usul untuk mengganti kegiatan lain. Intinya anak-anak belajar dengan enjoy dan menyenangkan. Berangkat sekolah jam 08.00 pagi, pulang jam 00.11 WIB. Setiap pagi di Q-tha mengawali pelajaran dengan ngobrol memakai bahasa Inggris. Sepulang sekolah antar siswa bisa atur kesepakatan untuk belajar ekstrakurikuler, entah itu olahraga, musik, menulis atau internetan yang bisa diakses gratis 24 jam. Mereka boleh ikut UN boleh tidak. Ada juga program yang cukup unik dan harus dilakukan, yaitu ngobrol bareng-bareng. Ngobrol apa saja, antar siswa atau siswa dengan guru. Walaupun mereka bebas merdeka, ternyata nilai ujian nasional mereka sangat baik.
Bikin penasaran saja.
Ketika saya dan rombongan sampai di kompleks Q-tha, nuansa desa sangat kental. Sepi. Suasana seperti kampus yang ramai seperti yang saya bayangkan sebelumnya sirna. Hanya ada sebuah gedung tingkat 3 yang berdiri di antara rumah warga dan sebuah masjid desa. Tampak anak-anak remaja pada sibuk ngobrol di teras. Rupanya pembelajaran sudah selesai, anak-anak sudah pada pulang. Menilik gedungnya yang be-lum sempurna, tidak menam-pakkan Q-tha sebagai sekolah yang menjadi buah bibir.
Rombongan langsung diterima pengurus Q-tha dan beberapa pejabat dari Pemkab Salatiga. Di aula Q-tha rom-bongan dipertontonkan re-kaman terbaru tentang Q-tha. Setelah itu diskusi panjang yang melelahkan dengan Ahmad, salah satu guru yang bertugas sebagai mediator sekaligus tutor. Guru lain juga menimpali yang intinya, Q-tha adalah sekolah biasa, sekolah masyarakat sejenis KBM yang mengedepankan kebebasan berkreativitas.
Usai diskusi rombongan di-persilahkan melihat-lihat lang-sung ke lokasi. Saya dan Chafid, teman dari Humas mencoba mencari-cari di mana saja lokasi belajar Q-tha yang berdiri sejak 2003 ini. Saya tidak menemukan sebuah lokasi sekolah yang luas dengan murid yang semula 12 anak menjadi 100-an siswa. Saya hanya menemukan satu kelas kosong karena siswanya sudah pada pulang. Sebuah kelas yang memanfaatkan ruangan milik Bahrudin, kepala sekolah. Saya baru ingat, bukankah kelas siswa Q-tha bisa di mana saja? Bisa di aula, di rumah warga, di lapangan, di kebun, dll.
Saya coba naik ke lantai dua. Di sana ada dua anak Ahadi dan Gilang namanya. Keduanya tengah sibuk berlatih musik. Ketika saya tanya kepada Gilang, apa dia suka pelajaran matematika?
“Tidak. Saya lebih suka Komputer, bahasa Inggris dan musik.”
Saya berpikir, mereka rata-rata jago matematika, ternyata tidak. Kebebasan memilih pelajaran yang mereka mampu dan disenangi adalah hak mereka.
Gilang anak Kebumen kelas 2 SMP Q-tha. Di Kalibening ia kost pada warga. Gitar elektrik yang dimainkannya dibawa sendiri dari rumah. Demikian juga dengan Ahadi, alat drum komplit dibelikan orang tuanya.
Sesaat kemudian di lantai dua ‘gaduh’ oleh permainan musik mereka berdua.
Gedung Q-tha adalah pusat belajar, demikian mereka menyebut. Kelas-kelas baru bisa mereka ciptakan sesuai kesepakatan.
Agar tidak capai, lebih baik nimbrung saja ke anak-anak remaja ABG yang asyik ngobrol di teras. Di sana ada Nurul, Ula, Maia, Emi, Zulfa, Muna, Arin dan Khusnul. Rupanya mereka adalah siswa senior Q-tha.
“Mbak Maia sudah lama di sini ya... berarti sudah senior?” tanya saya pada Maia yang tampak paling vokal.
“Ya... enggak juga sih. Di sini tidak ada senior dan yunior. Tapi kalau dirunut ya... seperti kelas 2 SMA!” Jawab Maia.
“Di SMP nya ikut UN?”
“Tidak! Saya tidak perlu ujian. Kalau bisa di sini tidak ada ujian-ujian segala!” Jawab-nya tanpa ba bi bu.
Batin saya “Capek deh.....!”
Saya diam sejenak. Mikir berat, cari ide pertanyaan.
Tiba-tiba temannya nyeletuk ingin sekolah di luar negeri.
Maia pun nyerocos: “Untuk apa sekolah di luar negeri kalau pulang tidak melakukan perubahan? Lebih baik sekolah di Kalibening, tapi bisa melakukan perubahan!”
Maia dan kawan-kawannya pernah mewakili Q-tha atas permintaan Plan Indonesia untuk mendampingi anak-anak Aceh pasca Tsunami selama dua bulan. Kisah anak di Aceh ditulis menjadi sebuah buku.
Maia dan kawan-kawannya juga kru teater ‘Gedhek’ yang mereka dirikan. Mereka memiliki kemampuan macam-macam. Maia sudah menulis beberapa buku, seperti ‘Tarian Cinta’, ‘Sekolahku bukan Sekolah’. Yang lain juga menulis ‘Just For U, Ustadz’ dan ‘Pemuja Rahasia’ karya Fina Az Zahra. Ada yang lebih extrim berjudul ‘Lebih Asyik Tanpa UAN’ karya Zafika. Sementara Ula juara I Wushu tingkat Nasional. Gadis manis ini sekaligus pandai menyanyi dan sudah rekaman segala.
Siswa Q-tha sejak dini dibimbing menulis. Disamping bahasa Indonesia, juga menulis dengan bahasa Inggris. Tulisan karya siswa dipajang di mading atau di kelas masing-masing. Di antaranya ada yang memenangi lomba tingkat Kabupaten.
Bahrudin sendiri tidak menduga jika siswa-siswanya pandai menulis. Yang dilakukannya adalah memberi kesempatan mereka untuk terus berkarya. Karya-karya mereka dihargai. Salah satu cara untuk menghargai karya mereka adalah dengan memajangnya di mading atau di papan-papan dalam kelas agar dibaca orang lain.
Ada kisah menarik dari lahirnya sebuah buku. Pernah terjadi kesepakatan antar siswa SMP Q-tha kelas 3 untuk tidak ikut ujian nasional. Di tempat lain UN bikin mumet, di Q-tha hanya jadi ‘rembugan’ anak-anak ingusan. Namun tahu-tahu salah satu siswa bernama Zafika dan seorang kawannya lagi ngotot ingin ikut UN. Kenapa? Karena ia hendak mengarang buku tentang ujian nasional. Sementara seorang temannya lagi kelak ingin melanjutkan ke sekolah lain. Pilihan beda harus dihargai, begitu prinsip mereka. Maka jadilah Zafika ujian nasional. Tak lama setelah UN usai, terbitlah judul buku karya Zafika dengan judul ‘Lebih Asyik Tanpa UAN’ yang menghebohkan itu.
Saya kemudian teringat ucapan Ahmad. Menurutnya anak-anak mesti dilepas dengan dunianya, tidak boleh didikte orang dewasa. Jika didikte itu sama artinya mereka jadi foto-copy kita, sedangkan dunianya masa depan yang jelas berbeda.
Saya berpikir, mungkinkah ‘kenekatan’ insan-insan Q-tha bisa diterapkan di tempat lain? Saya tanyakan kepada kawan-kawan andaikan anaknya sekolah di Q-tha berani melepas? Rata-rata jawabnya tidak! Tapi mereka sepakat bahwa membebaskan anak-anak berpikir dan berkreativitas layak ditiru. Ketua rombongan H Muthohir berujar, kalau ada yang bisa meniru adalah KBM, bukan sekolah formal. Program sema-cam Q-tha akan bertabrakan dengan sistem sekolah formal yang sudah berjalan lama yang mengharuskan siswa lulus UN.
Ada catatan penting yang saya peroleh, bahwa belajar bisa kapan saja dan di mana, dengan cara apa saja. Apalagi Pemerintah menerima segala macam bentuk pendidikan non formal dan dianggap setara penddikan formal. Di non formal pun bisa membuka peluang luas untuk menjadi lembaga pendidikan murah namun unggulan.
Sayangnya, kualitas selalu diindetikkan dengan biaya mahal. Jika sudah dianggap demikian, komersialisasi sekolahpun dianggap sah. Akibatnya banyak anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena biayanya mahal, meski hanya sekolah biasa.
Pendidikan bermutu itu mahal, sebuah persepsi yang tidak selalu benar. Di tengah maraknya sekolah mahal, Q-tha seakan ingin menunjukkan inilah sekolahku, inilah rumahku. Pendidikan altenatif Qaryah Thayyibah murah, tapi bukan murahan. Qaryah Thayyibah memang di kampung, tapi jelas mereka bukan kampungan. Mereka sangat bonafid dan maju. Nah, KBM ala Qaryah Thayyibah bisa menjadi alternatif. Bagaimana menurut Anda? :-)

Study Banding di SLTP Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga dan Surakarta

Study Banding di SLTP Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga dan Surakarta Kota Layak Anak: Memberikan Hak Anak Secara Maksimal
Sekolah bermutu itu mahal, sebuah persepsi yang tidak selalu benar. Di SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kali-bening Salatiga, perbulan siswa hanya iuran Rp.10.000. Belajar menyenangkan dan bebas berkreativitas serta bisa internetan. Nilai mereka dalam Ujian Nasional sangat baik.
Di Surakarta, lepas Magrib petugas membunyikan sirene, pertanda saatnya anak-anak belajar. (Laporan Ali Shodiqin)

Pertengahan Juli lalu dipimpin oleh Drs Muthohir mewakili Dinas Pendidikan Kab Rembang, serta dari Bappeda, Badan KBPM, Dinas Kesosnakertrans, Bagian Humas, TP PKK, Plan Rembang, FPPSMD, Dewan Pendidikan, Forum Anak OBOR dan wartawan Pantura Pos sebagai pers, mengadakan study banding di Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga serta di Pemkot Surakarta selama dua hari.
Kegiatan study banding berkat kerjasama antara Pemkab Rembang dan Plan Indonesia yang tak terasa telah berkiprah di Rembang memasuki tahun kelima.
Hari pertama rombongan study banding yang berjumlah 25 orang langsung meluncur ke SLTP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. Sayang-nya rombongan tidak bisa bertemu langsung dengan Kepala Sekolah Bahrudin. Rupanya Kepala Sekolah tengah menjadi pembicara di sebuah work shop tingkat asia tenggara di Semarang selama tiga hari.
Rombongan dari Rem-bang diterima oleh para peng-urus Qaryah Thayyibah dan langsung mengadakan perte-muan di aula yang sekaligus sebagai perpus-takaan. Turut menyambut pula pejabat dari Pemkab Salatiga yang diwakili oleh Sukadi, PNF Dinas Pendidikan dan staf.
Peserta study banding langsung terlibat diskusi dengan para guru Qaryah Thayyibah. Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa sekolah Qaryah Thayyibah adalah sekolah alternatif yang dikelola oleh masyarakat. Pengelola berupaya membebaskan anak-anak dari belenggu sistem yang birokra-tis. Siswa diberi semangat untuk bebas berkreativitas. Sekolah alternatif berpihak kepada keluarga miskin, kare-na pendidikan adalah hak anak. Pengelola juga berupa-ya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Untuk mencapai itu semua sangat diperlukan partisipasi masyarakat sekitarnya, terutama wali murid.
Banyak karya yang diha-silkan siswa Qaryah Thayyi-bah. Ada puluhan buku dan novel yang telah diterbitkan. Beberapa diantaranya telah diterbitkan oleh penerbit terkenal dan menghasilkan royalti jutaan rupiah. Mem-buat film dokumenter, fiksi maunpun nonfiksi. Membuat video klip dangdut pendidikan. Banyak pula yang menjuarai berbagai lomba.

Kota Layak Anak
Setelah menginap semalam di hotel Berigin Salatiga, rombongan study banding menuju ke Surakarta. Di Pemkot Surakarta diterima oleh pejabat yang berwe-nang, antara lain dari Baper-nas, Unicef, Kesra, Hukum, Dinas Kesehatan dan Dishub.
Kristiana, salah satu penanggungjawab program Kota Layak Anak di Surakarta menuturkan Kota Surakarta (Solo) ditunjuk oleh Kemen-terian Negara Pemberdayaan Perempuan RI sejak tahun 2006, sebagai salah satu kota yang dipilih untuk Uji Coba Model Kota Layak Anak. Dua tahun lamanya Surakarta berproses untuk mencari model kota layak anak. Surakarta memulai programnya dari kota terlebih dahulu, baru kemudian mengalir ke desa-desa. Saat ini Pemkot Surakarta berkomitmen untuk mengembangkan kebijakan Kota Layak Anak dengan pendekatan Kelurahan Layak Ank, dengan pilot project lima kelurahan.
Dengan kota layak anak diharapkan bisa mengurangi KDRT terhadap anak, mengentas anak-anak jalanan, mengupayakan pendidikan setiap anak dengan semaksimal mungkin. Di kampung-kampung didirikan perpustakaan dan pusat kegiatan untuk anak-anak. Di Surakarta setiap usai Magrib di seluruh penjuru Surakarta dibunyikan sirene, tanda anak-anak harus berada di rumah untuk belajar.
Setelah lelah berdiskusi, rombongan diajak melihat langsung ke salah satu kelurahan yang sudah menerapkan program Kelurahan Layak Anak. :-)

Bupati Larang Sekolah Memungut Dana Apapun dari Keluarga Tidak Mampu

Pada pertemuan antara Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah SMA Sederajat di ruang kerja, Bupati Rembang mengintruksikan agar sekolah melakukan hal-hal prosedural saat melaksanakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2009-2010. Ditegaskan oleh Bupati rembang agar proses pendaftaran dan daftar ulang PPDB tidak dicederai oleh tindakan yang nantinya dicap negatif oleh masyarakat.
Dalam pertemuan tersebut beberapa kepala sekolah memberikan keterangan bahwa sekolah tidak melakukan pungutan, melainkan menyampaikan penawaran untuk menitipkan dana Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang besarannya akan diputuskan melalui rapat komite dan orang tua atau wali siswa, pasca pelaksanaan PPDB.
Mendengar keterangan tersebut, H Moch. Salim mengarahkan agar para kepala sekolah saat memberlakukan SPI atau pungutan dana lain supaya membebaskan siswa dari kelurga kurang mampu dari pungutan dalam bentuk apapun.
Seperti diketahui, pada tahun pelajaran baru ini pemkab Rembang melalui Dinas Pendidikan menggulirkan program sekolah gratis untuk siswa kelas X SMA sederajat. Pemkab Rembang mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 3,6 milyar untuk membiayaai program tersebut, dengan sasaran sejumlah 40% anak berasal dari keluarga kurang mampu se-kabupaten Rembang. :-) Antok

Sasaran Program Pendidikan Gratis SLTA, Disusun By Name

Terkait dicanangkannya pendidikan gratis untuk pelajar kelas X SMA sederajat bertepatan dengan Upacara Hari Jadi Kabupaten Rembang ke-268 di halaman pendopo kabupaten, Senin 27 Juli 2009, Kepala Dinas Pendidikan Rembang Drs Noor Effendi melalui Sekretris Drs Muthohir menerangkan, sasaran program penerima program disusun by namem berdasar pendataan dari pihak sekolah berdasar KK miskin dari BPS. Namun sebelum siapa saja ditentukan sebagai penerima bantuan, terlebih dahulu akan didata oleh sekolah dan diverifikasi serta divalidasi oleh Dinas Pendidikan.
Dijelaskan oleh Muthohir, nama-nama penerima bantuan yang diusulkan sekolah akan diumumkan secara terbuka di satu tempat masing-masing sekolah, untuk dinilai kelayakannya oleh masyarakat dan komite sekolah. Apabila ada nama yang tidak layak dan ada anak dari keluarga kurang mampu belum tercantum, maka data akan diverifikasi oleh Dinas Pendidikan. “Setelah data fix dan valid, baru diajukan ke Bupati Rembang untuk diterbitkan SK nama-nama penerima bantuan,”ungkapnya.
Menurut Muthohir, dana pendidikan gratis untuk pelajar kelas X SMA sederajat nantinya akan diserahkan kepada sekolah, digunakan untuk membiayaai investai pendidikan, biaya operasional sekolah dan pelajar. “Tidak termasuk uang saku, sepatu, tas dan kebutuhan pribadi lainnya,”ujarnya.
Lebih lanjut Muthohir menyebutkan, jumlah siswa kelas X SMK tahun 2008 ada 1.582 pelajar, tahun ini meningkat menjadi 1.997 atau bertambah 415 pelajar. Sedangkan SMA dari 2.329 turun menjadi 2.233 pelajar. Untuk sementara diketahui total pelajar kelas X SMK dan SMA sebanyak 4.230 anak. Dimana 40% diantaranya menjadi sasaran program pendidikan gratis
Untuk pelajar Madrasah Aliyah kami belum menerima data dari Depag Rembang,”tukas Muthohir
Anggaran yang disiapkan untuk program pendidikan gratis sebanyak Rp 3,6 miliar, masuk dalam APBD Perubahan 2009 Rp 1,8 miliar, sisanya dianggarkan pada APBD induk 2010.

Plat Merah

Kopi Lelet: Plat Merah
Warung Kopi Yu Kasminah yang terletak di pertigaan jalan Kampoeng Baroe dari dulu sampai sekarang kian laris saja. Selain di dukung Noorce dan Astri yang cantiknya di atas rata-rata membuat pecandu kopi ingin mencoba dan mencoba kopi tubruk buatan neng guelis tersebut.
“Ada kejadian apa lagi ya, mataku sebelah kiri ini kok kedutan terus,” komentar Lik Diman seperti ahli nujum.
“Yaah… bulan Juli ini ada pergantian penggede pemerintah yang dibarengi pergantian menteri dan diikuti pejabat-pejabat tinggi yang lain,” jawab Pak Bowo sambil membolak balik koran bekas.
“Ah itu bukan jawaban strategis Pak, karena berbau politikus,” sergah Lek Diman.
“Anu Lik…, bulan Juli ini akan ada upacara besar-besaran yang diikuti orang sak tanah air,” jawab mas Gum yang duduk disampingnya.
“Apa itu mas kok mengejutkan bulu romaku!?” sahut Yu Kasminah dari meja kasir.
“Apa sampean-sampean pada lupa kalau di bulan Juli itu ada Hari Koperasi di Negara kita tercinta ini?” jawab mas Gum.
“Kalau itu sudah tau mas… tapi meski di peringati besar-besaran harga-harga di pasar masih membumbung tinggi,” celoteh lek Diman lagi .
“Lho… kalau Lik Diman mau tahu, selama ini harga sepatu dan sandal selalu turun sedangkan harga topi, peci dan bandu selalu naik naik terus,” ujar mas Gum banyol.
“Itu jawaban dagelan mas…, masa sepatu naik kepala dan topi turun ke tanah…” jawab Lek Diman ketawa ngakak.
Sebelum debat kusir ini berkepanjangan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan Mbah Sastro yang kali ini di dampingi Pak RT Kampoeng Baroe.
“Wah… tumben Pak RT mau blusukan di warung kopi… mangga-mangga Pak mau pesan kopi tubruk, kopi suzu atau kopi nasgithel selalu ada lho Pak,” ujar kang Diman di samping Yu Kasminah agak santun.
“Ya... jelas mau ngopi to yo… masak mau sepak bola,” ujar Mbah Satro kesal.
“Ada apa to ini kok gayeng sekali?” Tanya Pak RT yang baru kali ini ngopi di warungnya Yu Kasminah.
“Ini lho Pak membicarakan masalah harga yang berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya, selalu naik, naik dan naik terus, mana turunnya….. ?” kata Pak Bowo.
“Iya Pak dulu waktu aku masih buruh tandur dan matun uang lima rupiah sudah biasa mencukupi kebutuhan sehari. Sekarang sampai mana uang segitu?” komentar yu Kasminah mewakili perempuan se-Indonesia
“Sekarang memang tidak seperti dulu ya…, orangnya dari tahun ke tahun bertambah otomatis kebutuhannya juga bertambah,” jawab Pak RT .
“Apa yang dikatakan Pak RT memang benar, meski semuanya serba mahal tapi masyarakat juga serba kecukupan, yang PNS gajinya dinaikan ditambah gaji ke-13 tujuannya untuk memajukan Bangsa ini, sedangkan yang miskin tidak punya pekerjaan juga diberi BLT apa nggak huenak itu….” tegas mas Gum.
“Oh ya…..omong-omong kakinya Pak RT kenapa kok dibalut?” Tanya Yu Kasminah .
“ O… ini to, kemarin siang di serempet mobil yang sopirnya ugal-ugalan,” jelas Pak RT.
“ Apa sudah lapor ke pihak berwajib Pak?” Tanya Pak Bowo
“ Percuma lapor Pak, wong yang nabrak itu mobil plat merah,” jawab Pak RT
“ Berarti Pak RT korban tabrak lari to? “ Tanya Yu Kasminah sambil melihat lukanya Pak RT
“ Iya Yu, sudah di tabrak, jatuh dan tidak di tolong,” ujar Pak RT memelas.
“Mestinya Pak RT lapor Polisi karena siapapun yang nabrak dan sampean terluka baik mobil pribadi maupun plat merah itu namanya salah,” jelas mas Guru.
“Makanya semuanya harus hati-hati dan lewat forum ini aku mengarahkan agar mobil Dinas yang dipakai saat Dinas saja bukan dipakai keluyuran anaknya, menantunya ataupun dipakai rombongan ke luar kota. Jelas menyalahi aturan. Bukankah begitu kang Diman?” Komentar mas Guru lagi sambil menyentil Kang Darmin yang sudah mengantuk.
“Iya …. Iya …..iya …… ya dong !!?! “ jawab kang Diman gelagapan ditertawakan pelanggan.
(Kampung Baru, Juni 2009)

Saling Jatuh Cinta Gara-Gara Gerabah

Saling Jatuh Cinta Gara-Gara Gerabah
Pasangan suami istri lansia yang kian uzur, Ratiban (62 th) dan istrinya Kasmi (58 th) sepanjang hidupnya hanya mengenal satu pekerjaan saja, membuat kuali dan jabah (grabah ukuran lebih besar sedikit dibanding kuali). Saat pagi datang dan mata mulai terbuka, mereka tanpa merasa bosan mengerjakan pesanan kuali dan jabah yang harus diselesaikan secepatnya untuk selanjutnya mengerjakan order pesanan dari para pelanggan.
Saat Ratiban ditanya mulai kapan akrab dengan grabah jenis kuali dan jabah, dia menjawab sejak berusia 10 tahun telah terlibat langsung berproduksi, meski saat itu sebatas membantu orang tuanya mengambilkan tanah lempung dari sawah. “Anake tiyang boten gadhah, boten sekolah nopo. Ngewangi pak kalih mak mendet lempung saking sabin, didamel kuali kalih jabah,”terangnya dalam bahasa Jawa medhok.
Seiring meningkat usianya, dia diberi pelajaran terlibat langsung memproduksi barang gerabah tersebut. Mulanya merasa sulit namun lambat laun terbiasa, dan di kemudian hari justru menjadi kehliannya. “Kulo angsal mbok wedok nggeeeh mergo kiyambake kesengesem kepinteran kulo ndamel kuali kalih jabah,” tutur Ratiban dengan bangga.
Kasmi sendiri tidak menampik penjelasan suaminya. Menurutnya kepiawaian Ratiban membuat kuali dan jabah membuatnya tertarik sehingga mau saja ketika dilamar Ratiban untuk menjadi istrinya. “Bapake jago ndamel grabah. Wekdal semanten tiyang estri seneng menawi dipek bojo tiyang sing pinter ndamel kuali kalih jabah,”ujar Kasmi tanpa malu-malu.

Tinggal segelintir
Menurut Ratiban, sekitar 40 tahun silam di kawasan kelurahan Sidowayah terkenal sebagai sentra kerajinan gerabah. Ada yang memproduksi kuali, jabah dan jun. Bahkan hampir 75 % warga berprofesi sebagai perajin gerabah. “Waah nggeeh kathah rumiyin sing ndamel gerabah. Jaler, estri jumlahe atusan,’terangnya.
Ayah enam anak bercucu 15 itu lebih lanjut menyebutkan saat ini hanya tinggal segelintir saja yangmasih bertahan memproduksi gerabah. Sebagian perempuan setenmpat menikah dan mengikuti suaminya pindah ke luar kota, sedangkan yang laki-laki alih profesi sebagai nelayan atau tukang batu. “Sami boten kiat, sepi boten wonten pesenan, terus sami merdamel sanes,’kilah Ratiban.
Kasmi sendiri menambahkan, dahulu banyak menerima pesanan kuali sdari warga Tasikagung, Jarakan, kabongan, Pasarbaggi dan Punjulharjo. Namun lambat laun nampaknya banyak pemindang ikan yang beralih profesi sehingga berimbas pada perajin gerabah. “Kuali niku kangge mindang iwak cilik-cilik, lha jabah kangge mindang tongkol. Rumiyin kathah sing pesen duko sak niki kok sepi,”keluhnya.

Hanya cukup untuk bertahan hidup
Berbeda dengan dahulu manakala pesanan datang selalu tanpa putus. Kini dalam satu uklan paling banyak pasangan suami istri lansia itu hanya menerima sekitar 500 potong saja dengan harga jual per potong dibandrol Rp 1.000 Mereka membatasi paling sedikit menerima pesanan 100 potong agar tidak terlalu merugi.
Membuat pesanan 100 kuali atau jabah sedikitnya membutuhkan waktu 5 hari, dilanjutkan membakarnya selama setengah hari. Setelah dingin baru dibersihkan dari abu dan sisa pembakaran, baru selanjutnya dikirim kepada pemesan. “Pesenan satus ndamele nggeeeh diluwihi, njagani nek onten sing pecah. Paling boten mbakare ditambah telung puluh iji,”tukas Ratiban.
Pendapatan bersih memenuhi pesanan 100 potong menurut Ratiban dan Kasmi, hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk membakarnya butuh kayu bakar sebanyak 25 ikat seharga Rp 1.000 atau dikeluarkan uang Rp 25.000, membutuhkan jerami 1 ikat seharga Rp 15.000 dan grajen satu karung seharga Rp 25.000. Total mereka harus mengeluarkan dana sejumlah Rp 65.000 belum termasuk pengeluaran sehari-hari selama mengerjakan pesanan tersebut.
Ketika penulis bertanya kepada ke-duanya apakah tidak terbersit pemikiran mengerjakan selain kuali dan jabah, keduanya menyahut dengan kompak “Ajeng nopo maleh, sagete nggeeh ndamel kuali kalih jabah.” :-) Antok

Lapak Garam Grosok Ditulisi "Khusus Garam Ternak"

Lapak Garam Grosok Ditulisi “Khusus Garam Ternak”
Tim Gakkum ( Penegakan Hukum) Berbekal Peraturan Daerah kabupaten Rembang nomor 12 tahun 2007 tentang pelarangan dan pengendalian peredaran garam tidak beryodium di kabupaten Rembang, Tim Gakkum aktif melakukan operasi peredaran garam tidak beryodium di sejumlah pasar dan produsen garam. Operasi diketuai tim Gakkum dari Polres Rembang, melibatkan Bappeda, Bagian Hukum Setda Rembang, Dinas Kesehatan, Dinperindakop dan UMKM serta Satpol PP.
Ketua tim Gakkum Aiptu Sunandar SH mengatakan, dari hasil operasi di beberapa pasar/ masih ditemui adanya pedagang garam grosok. Untuk mengurangi peredaran garam grosok dikarenakan pada perda ada pengecualian khusus dimana garam grosok hanay digunakan untuk pakan ternak dan industri maka ditempuh langkah me,batasi peredarannya.
Menurut Sunandar, langkah mengurangi dan membatasi peredaran garam grosok dipasaran yakni dengan menyemprot lapak yang dipakai pedagang grosok, diberi tulisan khusus untuk pakan ternak.
“Harapannya masyarakat yang akan mengkonsumi malu atau enggan membeli karena dilapak tertulis untuk pakan ternak,”ungkapnya.
Ditambahkan oleh Sunandar, pada kali ke-dua operasi tahun ini dilaksanakan di pasar Sedan, Gandri, Pamotan dan Penthungan Rembang. Sedangkan operasi di beberapa produsen garam dilakukan di PT Garam Mas, Apel merah, UD Dangdut dan UD Sukamaju.
“Dari hasil pemeriksaan dan pengawasan hasilnya dinilai bagus, karena rata-rata garam yang beredar dipasaran sudah memenuhi standar yodium diatas 30 ppm sesuai Perda Kabupaten Rembang. Produk garam beryodium layak dikonsumsi masyarakat, sesuai standar SNI,”tandas Sunandar. :-) Antok

Budidaya Wijen Hasilkan Jutaan Rupiah

Budidaya Wijen Hasilkan Jutaan
Wijen (sesamum idicum L atau sesamum orrientale L) adalah tanaman sejenis palawija, hampir mirip dengan tanaman cabe, bisa tumbuh didaerah tropis. Daunnya kecil, bijinya : pipih, kecil, licin dan berwarna kuning, akarnya serabut. Banyak orang mengatakan wijen adalah sama dengan lengong, lenga, lengu, bijan, merasi, nene, lena dan wije. Tanaman ini jarang dijumpai di Rembang, karena masyarakat lebih senang menanam palawija seperti jagung, kacang, kedelai dan lainya , dibanding wijen. Menurut beberapa petani, tanaman wijen di Rembang belum bisa diandalkan, karena belum punya pasar yang jelas, lebih baik menanam melon, karena keuntungan yang didapat bisa 2 kali lipat dari modal. Anggapan petani tersebut sangatlah kurang tepat, karena banyak manfaat dan rupiah yang diperoleh ketika menanam wijen. Tetapi dengan syarat, supaya digarap dan dikerjakan dengan baik.
Wijen sebenarnya tanaman yang mudah didapat, mudah perawatanya, tidak banyak membutuhkan air, modal kecil, dan ternyata menghasilkan rupiah yang lumayan. Wijen memang belum sepopuler melon, jagung tongkol dan lainya. Belum adanya petani yang serius dalam budi daya wijen, akibatnya wijen sangat tidak dikenal di Rembang. Sangat butuh kepedulian dari masyarakat dan Pemda Rembang, untuk mengenalkan wijen kepada para petani, supaya wjen bisa popular seperti buah melon.
Setelah diteliti, tanaman wijen sangat bermanfaat bagi orang banyak dan selalu menghasilkan rupiah..
Hal inilah yang membuat beberapa petani di Ds Logede Sumber, mencoba budidaya wijen sampai sekarang. Meskipun digarap dengan cara yang sederhana, tetapi sedikit demi sedikit sudah mulai kelihatan hasilnya ketika mulai panen.
Menurut Parman salah satu petani wijen mengatakan, menanam wijen sebenarnya tidaklah sulit dan rumit. Tetapi sangat mudah dan tidak butuh biaya besar.Menurutnya, modal kecil dan mudah dalam perawatanya.
“Alhamdulillah, dari hasil menanam wijen, bisa untuk kebutuhan dapur dan kebutuhan lain “ kata Parman. Saat ini dia hanya menanam 0,25 ha wijen ditegalan miliknya, dengan menebar 3 kg bibit wijen. Bila tidak ada serangan hama /penyakit, panen hampir mencapai 1 kuintal wijen. Sekarang ini, harga wijen mencapai Rp 8000/kg.

Mudah
Siapkan lahan, dan ratakan tanah dengan dengan garu/traktor supaya mudah ditanami.Kondisi tanah harus dalam keadaan basah (bukan kering/ terlalu banyak air). Setelah lahan disiapkan, ambilah biji wijen. Sebarlah biji wijen secara merata keseluruh luas lahan yang ditanami, atau buatlah lubang-lubang seperti menanam jagung. Dan biarkan benih sampai tumbuh agak besar, kemudian berilah pupuk. Semprotlah tanaman dengan insektisida. Biarkan wijen tumbuh kira kira 3 bulan. Bila wijen sudah tua dan saatnya panen, potonglah tanaman wijen seperti memotong padi(dipotong semuanya). Jemurlah wijen sampai kering, kemudian ambilah bijinya. Selanjutnya, wijen bisa dijual ke Pasar. Menurut terapis (pengobatan tradisional), biji wijen dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, karena dalam biji wijen mengandung vitamin A, B, C. Dan dalam wijen terkandung zat zat, seperti zat saponin, flavonoid, dan polifenol. Wijen dapat didigunakan untuk menyembuhkan : luka, obat batuk, obat perut nyeri, obat mata kabur atau lelah serta menguatkan organ hati dan ginjal. :-) Sant

Rembang Expo Bisa Menjadi Agenda Nasional

Bisa Menjadi Agenda Promosi Nasional
Saat Bupati Rembang H Moch Salim membuka secara resmi ajang promosi dan pameran hasil pembangunan perkenomian kabupaten Rembang yang biasa disebut Rembang Expo hari rabu (22/7) pihaknya merasa gembira dan bangga karena setiap kali kegiatan dilaksanakan animo pengusaha maupun pengunjung terus meningkat. Seperti halnya penyelenggaran tahun ini, jumlah peserta tahun ini naik dari 88 menjadi 110 pengusaha. Stand bertambah dari 186 menjadi 195 tempat dan peserta dari luar kota naik dari 10 menjadi 15 pengusaha.
“Ke depan nanti Rembang Expo saya harapkan tidak sekedar menjadi agenda regional saja. Perlu ditingkatkan agar menjadi even tingkat nasional,”cetus H Moch Salim.
Sementara itu terkait dengan pelaksanaan Rembang Expo tahun 2009, Kepala Dinas Peridagkop Rembang Drs H Waluyo menerangkan/ kegaiatan diselenggarakan mulai tanggal 22-27 Juli di Balai Kartini Rembang. “Baik di dalam gedung maupun diluar balai Kartini dan sebagian halaman parkir kantor Setda Rembang,”terangnya.
Pihaknya sendiri menargetkan kenaikan nilai transaksi maupun oreder padapelaksnaan Rembang Expotahun 2009. Membandingkan pelaksanaan tahun ini dan tahun lalu, nilai transaksi tunai Rp 3,4 milyar dan oder pesanan Rp 4,5 milyar, ditargetkan naik menjadi Rp 4,4 milyar untuk transaksi tunai dan oder pesanan antara Rp 5 - 5,5 milyar.
Seperti biasa, Rembang Expo dimanfaatkan oleh aneka pengusaha UMKM menampilkan produk terbaiknya agar meraup transaksi tunai dan oredr pesanan sebanyak-banyaknya. Ajang promosi dan hasil pembangunan tahun ini diramaiakan dealer sepeda motor, koperasi dan perbankan serta konter telepon selular.

Tidak penuhi target
Saat penutupan Rembang Expo hari Senin (27/7), Kepala Diperindagkop dan UMKM melaporkan pada pelaksanaan kali ini hasil yang dicapai tidak sebaik tahun sebelumnya. Transaksi tunai dan order pesanan justru tutun, namun tidak signifikan. Tahun lalu transaksi tunai dibukukan Rp 3,4 miliar, kali ini dicapai Rp 3,1 miliar. Sedangkan order pesanan dari Rp 4,5 miliar hanya diraup Rp 2,4 miliar.
Lebih lanjut Waluyo menjelaskan, kurang maksimalnya hasil pelaksnaan rembang Expo tahun 2009 karena ada 3 faktor. Pertama, waktu penyelenggaraaan lebih singkat dibanding sebelumnya, dari 8 hari menjadi 6 hari. Ke-dua, Tidak ada booming harga tanaman hias seperti tahun lalu sehingga order pesanan turun drastis. Ke-tiga, tidak hadirnya dealer mobil mempengaruhi animo pengunjung dan calon pembeli datang ke even Rembang Expo.
Mebanggapi permasalahan tersebut, Bupati Rembang H Moch Salim saat secara resmi menutup Rembang Expo tahun 2009 menyatakan, ke-depan nanti Diperindagkop perlu mencari terobosan baru menampilkan produk unggulan yang bersebtuhan langsung dengan masyarakat.
“Seperti menampilkan produk batu bata dan genteng. Ini tentu akan lebih menarik pengunjung karena mengetahui bila di Rembang sendiri ada produk unggulan yang kualitasnya tidak kalah dari daerah lain,”cetusnya.
:-) Qin

Geliat Ekonomi Perajin Sapu Kelud


Geliat Ekonomi Perajin Sapu Kelud
Satu buah sabut kelapa seharga Rp.300,- bisa disulap dan menghasilkan uang Rp.3900,- Jika sudah berpindah tangan bisa menghasilkan uang Rp.7500 s/d Rp.9000,- Seperti apa caranya? Warga desa Kenongo Kecamatan Sedan sudah bertahun-tahun memproduksi barang dari bahan sabut kelapa menjadi sapu. Bukan untuk sulap, apalagi untuk terbang, tapi dari disana mengalir kehidupan yang layak disyukuri. Dari usaha sapu tersebut kemakmuran mengalir kepada siapa saja di desa Kenongo. Wartawan Pantura Pos Ali Shodiqin melaporkan.

Memasuki desa Kenongo Kecamatan Sedan, mata akan langsung tertuju pada beberapa warga yang tengah sibuk mengolah sabut kelapa. Nuansa industri rumah tangga tergambar jelas dengan sibuknya seorang ibu muda dengan sapu-sapu setengah jadi, sementara balitanya sibuk bermain di sampingnya. Ia tidak sendirian, tetangga yang masih famili juga bergelut dengan sabut kelapa.
Makin masuk ke desa, sabut kelapa yang masih utuh atau sudah berbentuk setengah jadi banyak ditemukan di depan rumah warga. Yang diproduksi mereka bukanlah barang aneh-aneh, orang menyebutnya sapu kelud. Dan ternyata sapu dari sabut kelapa produksi Kenongo sudah berjalan turun temurun.
Jangan dibayangkan, masuk desa Kenongo akan terlihat banyak pohon kelapa berjajar-jajar. Justru di Kenongo jarang sekali pohon kelapa. Itulah uniknya. Sentra kerajinan sabut kelud desa Kenongo justru mendatang-kan bahan baku dari desa-desa lain di Sedan. Bahkan terbanyak dari desa Lodan Kecamatan Sarang.
Kepala Desa Kenongo, Mansur, ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa usaha membuat sapu sudah lama dan hampir merata di seluruh desa Kenongo. Setidaknya setengah dari 526 KK warga Kenongo adalah perajin sapu kelud.
Kades Mansur menambahkan, dari usaha membuat sapu kelud ini, disamping untuk menyam-bung hidup, banyak diantara-nya untuk meningkatkan taraf hidup warganya. Antara lain untuk membangun rumah yang bagus, membayar kredit kendaraan sepeda motor, disamping untuk membiayai anak sekolah.
Menurut pengamatan Pantura Pos, membuat sapu melibatkan banyak anggota keluarga. Remaja-remaja yang sudah bisa membantu bisa mengerjakan yang ringan-ringan saja. Untuk yang berat-berat dikerjakan orang tua. Seperti menggepuk bahan mentah dan memotong kayu untuk gagang.
Bahkan menurut Kades, menggepuk bahan mentah banyak diborongkan ke desa lain. Karenanya Kades sempat mengusulkan kepada Bupati Rembang ketika ada Dinamika agar Pemkab bisa membantu mesin pengolah sabut kelapa.
Ahsan dan Sri Lestari, pasangan muda warga Kenongo yang tempat tinggalnya bergeser sedikit ke desa Bogorejo, hari-harinya hanya membuat sapu. Rumah sebelahnya Nahari dan Agus Hariyadi juga demikian. Praktis mereka bersemangat bekerja karena sapu kelud hasil karya mereka selalu ada yang menampung.
Tengkulak yang menampung produk mereka siap membayar kontan. Satu sapu dari warga dikulak seharga Rp.1300. Oleh tengkulak dilempar ke luar kota dengan harga antara Rp.2000 s/d 2500. Kalau sudah sampai ke toko di kampung-kampung harga bisa mencapai Rp.3500/biji.
Bahan baku didatangkan dari desa lain dan harganya bervariasi. Satu biji sabut kelapa, memilih sendiri, Rp.300,-/biji. Satu sabut bisa diolah menjadi tiga buah sapu kelud.
Jika satu colt, tidak bisa memilih, Rp.150.000,-/colt. Sabut kelapa yang memiliki sabut yang baik, seperti seratnya rata dan halus, akan menjadi sapu yang baik. Jika sabutnya buruk, mudah patah dan rontok, lebih sulit memprosesnya.
Per hari satu orang bisa membuat 100 biji sapu, asal bahan-bahan siap olah. Seperti sabut yang sudah digepuk dan disisir rapi, kayu tunggakan yang sudah dipotong untuk gagang, serta tali. Alat-alat antara lain bendo, pisau, sisir dari bahan besi dan jarum siap ditempat. Namun, jika dari awal bahan mentah semua, perhari hanya mampu membaut 10 biji sapu.
Jika dihitung-hitung, tampaknya penghasilan mereka tidak begitu besar. Tapi, mengingat pekerjaan itu selalu ada, tidak begitu menguras tenaga, bisa dikerjakan di rumah sambil mengerjakan pekerjaan lain, serta bisa ditimbun dalam jumlah besar, maka akan menjadi penghasilan yang lumayan.
Perhari, menurut cerita warga kurang lebih seribu biji sapu diangkut tengkulak dari desa Kenongo. Pasarannya sudah mencapai Pati, Blora, Semarang hingga Tuban.
Proses Membuat Sapu
Membuat sapu itu mudah. Jika mau bisa untuk tambahan penghasilan.
Bahan baku sabut yang masih utuh direndam dulu dalam air selama semalam. Esoknya sabut digepuk dengan kayu tunggakan di atas batu. Maksudnya agar sabut jadi gepeng, kulit serta daging serabut yang tidak diperlukan juga rontok. Jika sudah menjadi sabut yang halus dan rata lalu dijemur hingga kering.
Sabut yang sudah kering lantas dibentuk sapu dengan gagang dari tunggakan, dan tali plastik yang warna-warni. Jika sudah jadi mesti difinishing dengan menyikat sapu bagian dalamnya untuk mengurangi material sabut yang rontok.
Jika sapu kelud diperlakukan lebih baik, akan meningkatkan harga. Yang paling umum adalah membuat sapu seperti proses di atas. Jika ingin lebih baik, sebut disikat lebih bersih hingga rontokannya se minimal mungkin. Ikatan tali pada pada ujung kelud dibalut dengan kain perca hingga tampak lebih rapi dan elegan. Dan harga jualnya bisa meningkat dua kali lipat. :-)