Sabtu, 28 November 2009

Sepasang Tuna Rungu Taklukkan Dunia


Agung (37) )
Tika (27)
Bita (3) Play group
Desa Pancur Dk. Tiyang Kec. Pancur
Agung sekolah luar biasa (SLB) Don Bosco Wonosobo selama 15 tahun.
Tika sekolah SLB Dena Upakara Wonosobo selama 15 tahun
Mereka sekolah benar-benar dari nol sampai lulus dan trampil menjahit
Agung senang olahraga sepakbola. Pernah memperkuat tim kesebelasan desa Pancur dan mendapat Juara I pada tahun 1990.
Mereka menikah tahun 2005
Agung putra dari M Adnan (Alm) dan Sekarningsih warga Pancur
Tika putra dari Raban Priyono dan Sri Wahyuni (Alm) Banjarnegara

Pesan mereka pada generasi muda penyandang cacat di Rembang adalah: “Jangan meratapi nasib kita sendiri, tetapi tertantang untuk menjadi yang terbaik. Kecacatan fisik yang kita punya justru membuat kita terpicu untuk berusaha mencapai cita-cita yang kita inginkan.
Buat orang yang berpendengaran normal, jangan ada diskriminasi apapun terhadap tunarungu. Kami tunarungu bisa melakukan apa saja kecuali mendengar.

Agung ahli menjahit dan laris. Saking banyaknya pesanan sampai-sampai membutuhkan seorang tenaga lagi.

Agung menyayangkan bahwa sudah terbentuk opini di masyarakat bahwa tunarungu tidak bisa apa-apa.

Agung tunarungu sejak kecil, Tika tunarungu sejak umur 3 tahun karena jatuh.

Agung kecil sering mengalami cemoohan orang lain karena tunarungu sehingga menyebabkan ia membalas cemoohan dengan memukul atau melempar batu. Akibatnya Agung sempat dijuluki anak nakal.
Kami punya harga diri tidak suka dianggap remeh.

Buat Bapak Bupati Salim, tolong memperhatikan pendidikan anak-anak SLB yang ada di Rembang.

Agung pertama kali buka profesi menjahit tahun 2006, setahun setelah menikah. Tahun pertama sudah ada pelanggan dari desanya sendiri. Setelah tiga tahun berjalan pelanggannya sudah merambah dari kecamatan-kecamatan lain. Saat ini ia mengerjakan seragam dari SMK NU Pamotan dan TK Wuwur Pancur.
Pelanggannya terdiri dari umum, guru, PNS dan sekolah-sekolah.

Alat yang dimiliki kini mesin jahit dua buah, obras 1 buah, dan border 1 buah.

Meniru Gaya Minimarket, Kenapa Tidak?

Tahun 2009 ini mungkin tahun yang pahit bagi bisnis toko kelontong atau peritel di kampong-kampung. Sejak merebaknya minimarket yang menyebar di jalur-jalur strategis di segala penjuru kota Rembang, mau tidak mau membuat pelanggan toko kelontong di kampong-kampung menjadi berkurang pelanggannya.
Perilaku masyarakat terhadap belanja yang sifatnya konsumtif memang tidak bisa diduga. Jauh-jauh sudah akrab dengan toko kelontong yang berbaur di masyarakat bisa dengan diam-diam ‘ditelikung’ untuk ‘menjajal’ belanja di minimarket. Sikap seperti ini memang tidak salah. Watak manusia yang selalu ingin mencoba-coba tidak bisa dipungkiri lagi. Dan psikologi seperti ini sudah dipahami betul dengan peritel yang bergerak ala minimarket yang tidak bisa disebutkan namanya disini. Maka jangan heran, begitu peritel ala franschise ini berdiri, dengan gencarnya menyebarkan brosur-brosur yang berisi produk dengan harga yang terbilang miring, atau setidaknya sama dengan yang ada di kampong-kampung plus hadiah menarik. Menggenjor hadiah ini tidak hanya sekali dua kali. Setiap moment penting terutama berbau keagamaan akan selalu dibarengi dengan iming-iming hadiah. Entah itu hari raya Idul Fitri atau Natalan.
Yang membuat pelanggan balik lagi tidak semata ketika ada iming-iming itu. Ada factor kenyamanan yang secara diam-diam mengambil hati pelanggan. Hal inilah yang terus akan diingat oleh pelanggan. Kenapa mereka nyaman? Bisa jadi karena mereka jarang balik karena barang yang dibutuhkan selalu tersedia. Minimarket buka paling pagi dan tutup paling malam sehingga di hati pelanggan selalu memikat. Penataan ruangan yang apik dan teratur. Lampu penerangan yang memadai dan tidak bikin mata sepat. Kebersihan yang selalu dijaga. Tempat parker yang cukup, dll.
Harapannya adalah, begitu masyarakat yang mulai mencoba-coba ini merasa cocok, maka secara tidak sadar untuk mengulang. Jika pengulangan itu berkali-kali, jadilah pelanggan setia. Akibatnya toko-toko milik saudaranya di kampong terpaksa gigit jari.
Marah dengan maraknya peritel kaya dari ibukota tentunya tidaklah bijak. Bagaimana jika ditiru saja gaya dan penampilan mereka? Siapa tahu ada gunanya. Dibawah ini kurang lebihnya keunggulan minimarket yang sedikit banyak bisa ditiru.
1. Lengkap. Tampaknya saran ini mudah namun tidak semua orang bisa. Untuk bisa lengkap seperti minimarket yang modalnya raksasa tentu tidak mudah. Namun setidaknya lengkap disini menurut kadar kemampuan dan disesuaikan dengan lingkungan. Lingkungan kampung kenapa gula mesti tidak tersedia karena alasan habis? Buatlah warga sekitar toko kebutuhannya tercukupi. Misalnya beras, gula, minyak goreng, minyak tanah (sekarang elpiji), minyak kayu putih, bedak bayi, jajan anak-anak, dan lain-lain. Kiranya toko lebih tahu akan kebutuhan lingkungannya
2. Praktis. Kepraktisan disini barometernya adalah pelanggan bukan pemilik toko. Kemasan gula 1 kg mungkin lebih praktis daripada mengemasi ¼ kg. Tapi bagaimana jika pelanggan menghendaki yang ¼, bukan yang 1 Kg? Toko yang malas mengemasi gula kecil-kecil cenderung dijauhi pelanggan. Andaikan ada dua toko, yang satu dekat tapi malas sehingga hanya mengemasi 1 kg gula, sedangkan toko yang agak jauh siap dengan gula ¼ kg. Bisa dipastikan pelanggan lebih senang yang lebih jauh tapi siap dengan kemasan kecil. Begitu pula dengan minyak goreng. Praktisnya dikemasi dulu, dari yang ukuran besar hingga kecil. Demikian pula dengan barang-barang yang lain. Di minimarket, hampir tidak ada barang yang ketika membeli mesti harus nimbang dulu.
3. Penataan yang baik. Penataan di minimarket biasanya dengan lajur yang mudah untuk lewat dan memilih barang. Terkadang kita mendapati toko tetangga dengan penataan yang malang melintang dan semrawut.
4. Selalu buka. Manajemen pemasaran dimanapun selalu menekankan yang satu ini. Jangan sampai pelanggan menjadikan toko langganannya kadang ada kadang tidak karena sering tutup. Atau buka kesiangan, tutup lebih cepat. Jika ada pilihan, pelanggan akan mudah lari karena jengah dan kecewa.
5. Pelayanan yang baik. Pemilik toko yang ogah-ogahan melayani pelanggan jadi pemicu yang paling tidak menyenangkan bagi pelanggan untuk mau kembali lagi. Pelanggan bisa kapok dengan sikap yang tidak ‘nguwongke’ ini.
6. Penerangan memadai. Penerangan bisa mempengaruhi suasana hati pelanggan. Jika terang benderang suasana pemilik toko dan pelanggan terang, biasanya suasana hati bisa menjadi terang dan senang. Kesan gelap dari pertama masuk, menjadikan pelanggan hatinya sumpek karena sudah merasa tidak nyaman dari awal.
7. Tempat parkir yang memadai. Hampir tidak ada minimarket yang tidak menyediakan parkir luas, gratis pula. Parkir yang sempit, apalagi di jalan trotoar yang membayar menjadikan harga barang yang dibeli menjadi lebih mahal. Karena ada tambahan ongkos parkir. Parkir gratis walaupun hanya beberapa rupiah menjadi pertimbangan tersendiri bagi pelanggan, karena ini menyangkut kenyamanan.

Masih banyak sebenarnya pelajaran yang bisa diambil dari minimarket. Silahkan cari sendiri.

Mangga, Untuk Awet Muda dan Terhindar Jantungan

Rembang adalah gudangnya mangga gadung. Saat ini panen melimpah ruah sehingga di pasar buah gadung bisa ditebus hanya dengan uang Rp.500/buah. Buah musiman ini ternyata menyimpan potensi gizi yang sangat dibutuhkan oleh manusia yaitu antikoksidan dan beta-karoten.
Setiap orang membutuhkan antioksidan untuk mencegah kerusakan tubuh akibat radikal bebas yang dapat mencetuskan penuaan, penyakit degeneratif, dan kematian dini. Buah mangga termasuk pemasok antioksidan beta-karoten sekaligus penyedia provitamin A yang unggul. Kabar gembira ini disampaikan seorang Peneliti Pusat Litbang Gizi dan Makanan Departeman Kesehatan RI, Nurfi Arfiansyah MSC, dan diekspos Kompas 16/3/07 tentang manfaat buah.
Mangga adalah sumber penting beta-karoten, salah satu jenis karotenoid (pigmen tanaman yang berwarna kuning hingga merah) yang memiliki aktivitas provitamin A.Artinya, ketika dikonsumsi, beta-karoten dalam mangga akan diubah menjadi vitamin A. Disamping juga mangga mempunyai aktivitas antioksidan.
Aktiokisidan adalah senyawa penetral radikal bebas. Sebuah molekul tak stabil yang terus-menerus menyerang tubuh dari luar (karena sinar matahari, polusi, asap rokok) dan dari dalam (disebabkan oleh metabolisme dan kehidupan normal).
Molekul ini mengalami suatu reaksi berantai yang menimbulkan jutaan radikal bebas baru yang merusak protein, sel, jaringan, dan organ tubuh. Ia menyebabkan penuaan, perubahan degeneratif, radang, dan penyakit yang membuat lama hidup lebih singkat. Sederhananya, cara radikal bebas merusak sel tubuh sama dengan proses oksigen membuat kertas putih berubah warna menjadi kuning atau mentega menjadi tengik.
Mangga tergolong buah yang sarat beta-karoten dan vitamin A. Penelitian yang dilaporkan oleh Setiawan dan tiga koleganya memperlihatkan bhwa mangga mengandung beta-karoten sebanyak 553.ug per 100 gr bagian segar yang dapat dimakan, “Cuma kalah” dari salak (2997 .ug), jambu biji (984.ug), dan semangka merah (592.ug).
Sebagai penyedia vitamin A, mangga juga termasuk yang layak diandalkan sebab dengan mengonsumsinya sebanyak 6-7 buah besar sehari, kebutuhan vitamin A orang dewasa tiap hari dapat tercukupi.
Karena kaya akan beta-karoten dan vitamin A, makan mangga diduga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat menurunkan risiko penyakit jantung. Itu didasarkan riset yang dilakukan the Institute of Nutritional Science, the University of Potsdam, Jerman, yang menemukan bahwa bayi tikus percobaan yang makanannya diberi tambahan beta-karoten dan vitamin A ternyata memiliki kadar protein pembentuk sistem kekebalan lebih tinggi, studi-studi epidemiologis menunjukkan, tingginya asupan (intake) karotenoid berhubungan dengan rendahnya risiko penyakit jantung.
Jika Anda ingin makan buah mangga sesuai harapan di atas, pilihlah mangga dengan kualitas baik, yaitu yang tua/matang, berwarna hijau kekuning-kuningan atau kuning kemerah-merahan dengan aroma harum. Hindarilah memilih mangga yang terlalu keras atau terlalu lembek, ada goresan, memar, atau berbau fermentasi. (*)

Belajar Matematika dengan Mudah

Oleh : Lilik Herawati, S.Pd (Guru SMK Negeri 1 Sedan)
Seringkali beberapa orang mengatakan bahwa matematika itu tidak ada gunanya dan untuk apa ilmu yang tidak berguna bahkan membingungkan itu dipelajari segala? Padahal disadari atau tidak matematika itu sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan kita sehari-hari. Bayangkan saja jika seseorang yang tidak bisa membilang angka tiga akan melaksanakan shalat Maghrib niscaya ia akan kesulitan melaksanakannya. Ia akan “jungkar-jungkir” terus menerus karena tidak tahu sebenarnya ia sudah melakukan rakaat yang keberapa. Kita sehari-hari melakukan transaksi jual beli menggunakan uang yang tertuliskan nominal uang tersebut. Jadi bagaimana mungkin matematika itu tidak berguna?
Mungkin memang benar ada orang yang mengatakan bahwa matematika itu sulit, “bikin pusing”, bahkan ada yang mengatakan matematika itu “momok” bagi para murid. Suatu hari saya pernah berbincang-bincang dengan beberapa guru tentang mapel apa yang tidak mereka sukai pada waktu sekolah. Dua diantara tiga teman saya itu mengatakan bahwa matematika itu yang paling sulit dengan berbagai alasan diantaranya ada yang mengatakan kalau mereka takut kepada gurunya adapula yang mengatakan dari awal pelajaran memang sudah tidak suka dan sebagainya. Dari pengalaman yang pernah saya peroleh, sebenarnya ada beberapa cara untuk bisa mempelajari matematika dengan mudah, diantaranya adalah:
1. Niat untuk belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
Dalam Hadits disebutkan “Innamal a' malu binniyati” yang artinya sesungguhnya amal/perbuatan tergantung niatnya. Jika kita ingin mengerjakan sesuatu kebaikan berniatlah dengan sungguh-sungguh untuk melakukannya. Niscaya Allah akan membukakan pintu kemudahan bagi kita. Seperti halnya pepatah arab yang mengatakan “ Man Jadda Wa Jadda” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang diharapkan.
2. Yakinkan diri bahwa matematika itu mudah dan Anda pasti bisa menyelesaikan soal-soal matematika. Segala sesuatu mudah atau sulit itu pertama kali bersumber pada keyakinan kita sendiri. Untuk memulai sesuatu yakinkan diri Anda bahwa pekerjaan itu mudah kita lakukan. Jika kita sudah yakin mudah melakukan maka kita akan mempunyai rasa percaya diri untuk melakukannya.
3. Senang kepada guru matematika
Ingatkah Anda pada suatu iklan yang mengatakan bahwa “kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda”. Jika kita sebagai murid usahakan bahwa kita menyukai guru matematika kita bagaimanapun bentuknya. Karena jika pertama kali kita sudah tidak suka pada guru tersebut maka usaha apapun yang dilakukan guru supaya kita paham tetap saja sulit membuahkan hasil. Sebaliknya jika kita bertindak sebagai guru maka jadilah guru yag disenangi oleh murid sehingga murid-murid tidak bosan terhadap kita. Bagaimanapun juga guru pernah menjadi murid dan sewaktu menjadi murid tentunya mengidolakan guru yang sesuai keinginan kita. Jadi bertindaklah dengan memperhatikan keinginan murid dengan tanpa mengurangi wibawa sebagai seorang guru.
4. Perbanyaklah latihan soal
Untuk mengerjakan soal matematika dengan cepat dan benar maka diperlukan banyak latihan. Semakin sering latihan mengerjakan soal maka kita akan semakin hafal prosedur-prosedur matematika yang harus dilakukan. The formula of succes is simple: practice and more concentration. Rumus keberhasilan itu simpel saja yaitu praktik dan konsentrasi kemudian praktik dan meningkatkan konsentrasi.
Kerjakan soal dengan menemukan rumus singkat/shortcut.
Seringkali dibeberapa lembaga Bimbel menarik siswanya dengan penyelesaian beberapa soal menggunakan smart solution atau the king of fastest solution, dan sebagainya untuk menyelesaikan soal dengan cepat dan benar. Langkah tersebut tentunya menarik bukan? Untuk itu cobalah dari latihan-latihan yang telah Anda lakukan, Anda coba temukan rumus-rumus singkat tersebut. Atau pelajari buku-buku tentang rumus singkat tersebut.
Demikian uraian dari saya, semoga berguna bagi pembaca pada umumnya.
Nah, dalam rangka persiapan Ujian Nasional maka mulai bulan depan Pantura Pos akan mencoba menampilkan ”Rubrik Matematika” yang berisi tentang tanya jawab soal-soal matematika. Saya akan mencoba menjawab problem Anda mengenai matematika dengan menggunakan beberapa metode(sesuai prosedur matematika dan menggunakan cara singkat).

2010 Perbankan Daerah Harus Bebas Kasus Hukum

Memberikan sambutan dan pengarahan pada acara halal bihalal keluarga besar PD BPR.BKK Lasem dan PD BKK se-kabupaten Rembang, Sabtu (9/9)/ di Sanggar Budaya, Bupati Rembang, H Moch Salim menegaskan, tahun 2010 mendatang pemkab Rembang tidak ingin ada lagi kasus hukum menimpa perbankan milik pemerintah daerah, khususnya penyelewengan yang dilakukan internal perusahaan.
Menurut Bupati Rembang, pembinan sumber daya manusia harus terus dilakukan di semua lini dan bidang yang ada di lingkungan perusahaan perbankan milik pemerintah daerah. Seluruh divisi harus profesional harus bekerja secra prosedural. “Kurun waktu dua tahun terakhir masih saja ada pegawai PD BPR.BKK Lasem yang terjerat kasus hukum, khsusunya korupsi. Saya ingin tahun depan sudah harus tidak ada lagi,”tegasnya.
Terpisah Direktur Utama PD BPR.BKK Lasem H Sutarjo SE MM saat disinggung penanganan kredit macet yang melibatkan pihak Kejakssaan Negeri Rembang dalam upaya penagihan kredit macet menerangkan, sampai saat ini hasilnya kurang maksimal karena diketahui dari pinjaman yang dilakukan ternyata tanpa agunan. “Sehingga sulit kejaksaan melakukan upaya hukum atas kredit macet yang terjadi. Dikemudian hari diketahui ada penyelewengan oleh pegawaui kami, menyalurkan kredit tanpa agunan,”terangnya.
Ditambahkan oleh H Sutarjo, dari target laba bersih yang dipatok pemkab Rembang sebesar hampir Rp 9 milyar, sampai September sudah tercapai Rp 6 milyar. Pihaknya optimis sampai tutup buku akhir tahun kekurangan Rp 3 milyar dapat tercapai. Adapun untuk kredit macet yang dialami perusahaan perbankan daerah yang dipimpinnya sekitar 6,2 %, masih di atas ambang batas dari Bank Indonesia yakni sebesar 5 %.
“Sampai akhir tahun nanti kami terus melakukan upaya penagihan kredit macet agar dapat memenuhi kekurangan target laba yang dibebankan,”tambahnya.

Kesadaran Inseminasi Buatan Tinggi, Populasi Sapi Meningkat

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kecamatan Sedan, Subiyanto menerangkan, tumbuhnya kesadaran pemilik ternak sapi di daerah binaannya untuk melakukan inseminasi buatan (IB) makin meningkat kurun waktu 3 tahun terakhir. Hasilnya, populasi sapi di kecamatan Sedan meningkat signifikan.
Disebutkan oleh Subiyanto, tiga tahun lalu permintaan dari seluruh pemilik ternak sapi melakukan IB hanya sekitar 30 kali per bulan, namun tahun ini mencapai 200 permintaan per bulannya. Hal tersebut berdampak jumlah populasi sapi meningkat dari 5.000 ekor di tahun 2007-sekarang mencapai 7.000 ekor. “Animo jenis pilihan bibit unggul Limosin dan Simental, terangnya.
Menurut Subiyanto, tingginya keinginan masyarakat melakukan IB didasari kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman jagung di lahan mereka. Per hektar per tahun pemuilik lahan pertanian membutuhkan 24 ton pupuk kandang, dimana sekitar 60 % harus didatangkan dari luar. “Sekarang, hampir 80 % kebutuhan pupuk kandang terpenuhi dari bertambahnya populasi sapi di kecamatan Sedan,”cetusnya.
Ditambahkan Subiyanto, pendapatan warga kecamatan Sedan kurun waktu setahun terakhir meningkat seiring berkurangnya biaya pembelian pupuk kandang. Sedangkan anakan sapi hasil IB saat berusia 4 - 5 bulan sudah layak jual di pasaran dihahargai antara Rp 4 - 5 juta. “Biaya melakukan IB sebesar Rp 35 ribu, biaya merawat hingga usia jual kurabng dari Rp 1 juta, pemilik sapi meraup untung jutaan rupiah,”imbuhnya.

Kabupaten Rembang Rebut Juara I Pokdarwis

Kabupaten Rembang diwakili Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Karangjahe Beach menyabet juara I kegiatan lomba pokdarwis se-wilayah bakorwil I yang berlangsung di pendopo kabupaten Rembang belum lama ini. Disusul juara II pokdarwis YTC dari kabupaten Semarang dan Juara III Pokdarwis Nusa Indah Dari kota Salatiga. Juara pertama mendapat uang pembinan Rp1,5 juta, juara II Rp 1,250 dan juara III Rp 1 juta.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Rembang, Drs Sadono menyampaikan, lomba Pokdarwis diikuti 9 kabupaten/kota se wilayah Bakorwil I meliputi kabupaten Rembang, Pati, Blora, Jepara, Demak, Semarang, Kendal, Demak dan kota Salatiga. Dimaksudkan untuk memilih sosok Pokdarwis sebagai duta yang akan mewakili lomba tingkat propinsi secara profesional dan proporsional, dengan tujuan mengoptimalisasikan peran Pokdarwis secara berkelanjutan. “Sehingga dapat memacu dan menggairahkan sektor pariwisata didaerah dengan mengambil langkah-langkah konkrit,’paparnya.
Menurut Sadono, tahun ini dimana kabupaten Rembang dipercaya sebagai tuan rumah maka peluang tersebut oleh Dinbudparpora dimanfaatkan untuk memperkenalkan potensi di 5 desa sebagai konsep percontohan Pokdarwis dengan kegiatan demo kuliner dan produk kesenian desa. “Dari kegiatan ini diharapkan terbangunnya kemitraan dalam kepariwisataan kabupaten Rembang sebagai daerah wisata dan persamaan persepsi untuk memajukan dan mengembangkan pariwisata di Jawa tengah,”ungkapnya.
Ditambahkan oleh Sadono, diharapkan pemenang dari kabupaten Rembang diharapkan tidak berhenti pada sekedar meraih juara saja. “Pokdarwis Karangjahe Beach hendaknya dapat diarahkan menjadi pemandu bagi wisatawan berkunjung ke obyek wisata,’imbuhnya.

Bupati Rembang Terima Penghargaan Manggala Karya Kencana

Dari pelaksanaan program empat pilar strategis pembangunan kabupaten Rembang tahun 2006-2010, dalam dua tahun terakhir ini Pemkab Rembang telah menerima berbagai penghargaan. Diantaranya menerima Penghargaan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai juara I Peningkatan Produksi Padi se Jawa Tengah, Penghargaan Kabupaten Tuntas Buta Aksara tingkat Pratama dari Menteri Pendidikan Nasional, Juara I tingkat Jawa Tengah dan Juara III se Indonesia penegak Hukum Bidang Pemberantasan Korupsi, Juara I tingkat Propinsi dalam lomba Penegak Hukum bidang Garam Beryodium, Juara I Peningkatan Raman se Jawa Tengah, Penghargaan sebagai juara II bidang Perumahan dari Menteri Perumahan Rakyat.
Belum lama ini, Selasa (6/10) di Asrama Haji Donohudan pada acara temu kader KB Desa dan Pencananangan Kesatuan Gerak PKK-KB dan Kesehatan tingkat Propinsi Jawa Tengah, Bupati Rembang H Moch Salim menerima penghargaan Manggala Karya Kencana dari Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Demikian disampaikan Kabag Humas Setda Rembang, Suyono SH.
Disebutkan oleh Suyono, penghargaan tersebut selain diberikan kepada Bupati Rembang H.Moch Salim, juga kepada Kholiq Arif Bupati Wonosobo, Sri Mulyanto Bupati Boyolali, Kusmiati Sri Mulyanto Ketua Tim Penggerak PKK Boyolali dan Siti Markesi Bupati Kendal. “Penghargaan diberikan atas karya yang menonjol dalam kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan, khususnya dedikasi dalam mendukung keberhasilan Program KB Nasional untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera,”sebutnya.
Keberhasilan yang diperoleh Bupati Rembang, H Moch Salim tersebut menurut Suyono, tidak terlepas dari pelaksanaan program empat pilar strategis pembangunan kabupaten Rembang 2006-2010 yang terdiri dari Peningkatan Infrastruktur Pelayanan Publik sebagai pilar pertama, Pendidikan Gratis Bermutu dari tingkat SD sampai dengan SLTP. Bahkan tahun ini sampai tingkat SMA Klas X sebagai pilar kedua, dan Pengobatan Gratis sebagai pilar ketiga serta Peningkatan Ekonomi Rembang sebagai pilar ke empat.
“Ke empat pilar tersebut saat ini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh warga di kabupaten Rembang,”kilah Suyono.

Gaplek Zebra dari Pamotan


“Memanfaatkan Lahan Tidur Untuk Menggugah Pola Pikir Yang Tidur”
Judul di atas sengaja penulis pilih sebagai penghargan kepada sosok yang di usia tergolong muda mampu mendiri, bahkan melibatkan puluhan warga sekitar menjadi tenaga kerja ikut mengelola usahanya yang mungkin di mata orang lain terlihat sepele, membudidayakan ketela pohon untuk diproduksi menjadi gaplek. Filosofinya memanfaatkan ‘lahan tidur’ ternyata mampu menggugah pola pikir masyarakat yang ternyata selama ini ikut ‘tertidur’.
Abdullah Zamzami, anak kedua pasangan Yahya dan Kowasi’ah, warga desa Bangunrejo, kecamatan Pamotan, semula juga tidak akan menyangka apabila rasa ingin tahunya yang berlebihan semenjak kecil justru memberikan arti bagi kehidupannya sekarang. Ketika setahun silam Zam (nama panggilannya) usai lepas SMA sering bertanya kesana kemari seputar apa yang buisa dikerajakan sesuai kemampuannya bidang pertanian yang diwarisinya dari orang tuanya.
Saat pabrik gula mini milik pemkab Rembang dikunjungi dirjen pertanian setahun silam, dia mendengar bahwa di pabrik tersebut juga akan mengembangkan bio etanol berbahan baku ketela pohon. Terbetiklah pikiran dia akan membudidayakan ketela pohon untuk memasok kebutuhan pabrik. Teman-temanya yang tinggal di Pati, selama ini telah terjun budidaya ketela pohon segera dikontak, diajak berdiskusi atas keinginannya menanam ketela pohon.
Dari pembicaraan dengan beberapa teman akhuirnya mereka sepakat membudidayakan tanaman berumbi tersebut, hanya saja giliran kini mereka bingung karena tidak memilki lahan sendiri. Sam-pun lantas hunting lokasi untuk media tanam. Akhirnya dari beberapa informasi yang diterimanya, bahwa banyak lahan kawasan KPH Kebonharjo yang belum dimanfaatkan. Akhirnya muncul keberaniannya mendatangi Adm KPH Mantingan, mengajukan proposal sewa pakai lahan untuk budidaya tanaman ketela.
Adm KPH Mantingan, Ibrahim yang menjabat waktu itu, begitu mengetahui gigihnya semangat seorang pemuda berusia 20 tahun, segera meluluskan proposal, dilanjutkan pembahasan seputar sewa lahan. Akhirnya disepakati harga sewa Rp 200 ribu/hektar untuk masa tanam 3 kali. Total lahan yang disewa pinjam untuk media tanam seluas 50 hektar lebih, berada di kawasan Lodan kecamatan Sarang.
Zam lantas mengumpulkan teman-temannya membicarakan masalah permodalan. Hasil pertemuan akhirnya dipastikan mereka ber-6 secara patungan mngumpulkan dana masing-masing tiotal mencapai Rp 225 juta. Pada kesempatan tersebut juga dibahas pembaguian keuntungan disesuaikan proporsi modal yang digabung.
Januari 2009, saat para kawula muda tidur lelap usai menghabiskan malam panjang memperingati tahun baru, Zam dan 5 rekan serta puluhan tenaga kerja pria dari desa sekitar Lodan mulai menggarap area yang akan digunakan menanam ketela pohon. Sekitar seminggu bekerja keras akhirnya lahan siap ditanami. Masih mengajak warga sekitar mulailah mereka beramai-ramai menanam ketela pohon.
Diterangkan oleh pemuda yang kini duduk di semester 3 jurusan Manajemen Industri STIE YYPI Rembang itu, masa tanam berkisar 8 bulan. “Terhitung kita menanam pada bulan januari, maka panen dilakukan bulan Agustus,”jelasnya.
Berbinar-binar mata Zam dan 5 rekannya saat masuk bulan Agustus. Dari sampling satu hektar saat panen, diketahui diperoleh 18 ton. Sdengkan total biaya yang dikeluarkan per hektar mulai menggarap, merawat, memupuk hingga tenaga panen serta angkut sudah mereka perhitungkan mencapai Rp 6,5 juta. “Keuntungan membayang di depan mata kami,”ujarnya.
Namun apa mau dikata, proyek bio etanol ternyata tertunda sehingga akhirnya mereka kelimpungan mencari calon pembeli. Bahkan yang menyesakkan dada, harga pasaran ketela pohon setahun silam Rp 1000/kg ternyata saat mereka panen anjlok hanya berkisar Rp 400. “ini jelas membuat kami kelimpungan,”ucap Zam dengan nada sedih.
Beruntung dari salah satu kenalan mereka akhirnya dipertemukan dengan salah satu pengusaha exportir gaplek dari Surabaya, Jawa timur. Hanya saja pengusaha tersebut bersedias membeli apabila ketela berwujud irisan/rajangan tanpa membuang kulit. “Pengusaha yang nama dan perusahaannya minta dirahsaiakan itu sanggup membeli berapapun banyaknya gaplek zebra (istilah si pengusaha menyebut gaplek berkulit-red). Harganyapun cukup menggiurkan dibeli Rp 1.000 per kilonya,”cetus Zam.
Akhirnya permintaan tersebut dipenuhi dan dilanjutkan dibuat koontrak beli. Pengusaha mengikat perjanjian per bulan membeli 50 ton gaplek sesuai harga yang tercantum dalam surat perjanjian. Perubahan harga di pasaran bulan berikutnya juga disanggupi oleh si pengusaha agar ke-duanya tidak merasa rugi. “Ya apa boleh buat. Daripada terbuang sia-sia maka kami penuhi saja perjanjian kontrak itu. Penyusutan ketala pohon basah yang dirajang menjadi gaplek dan dikeringkan mencapai 30 %. Jadi dari 1 ton ketela pohon, saat menjadi gaplek sekitar 700 kilo saja,”ungka Zam.
Nasib baik berpihak pada mereka, ketika hasil panen ratusan ton terdengar para pemilik petrernakan yang kembali juga berasal dari Jawa timur. Mereka sanggup melakukan aksi borong ketela pohon, berapapun yang dipoanen. Zamzami dan 5 rekannya akhirnya menyatakan bersedia dengan catatan harga beli seharga Rp 700. Nampaknya permasalahn harga tidak diperhatikan oleh para pemilik peternakan, mereka menyanggupi bahkan juga membuat perjanjian mengikat kontrak pembelian. “Ini benar-benar anugerah yang kita bersama syukuri. Ternyata Allah memberikan jalan yang tak terduga. Semangat kami tumbuh lagi,”kilahnya.
Dari estimasi hasil penjualan gaplek dan ketela pohon, mereka ber-enam kemudian menyusun kembali perencanaan. Dari ingin menikmati seluruh hasil usaha yang sempat membuat mereka was-was, kemudian muncul ide memperluas arena budidaya ketela pohon pada musim tanam tahun depan. Selain keuntungan yang sudah tergambar akan diraup, mereka juga berpikir dengan menambah arena tanam tentu akan makin banyak melibatkan tenaga kerja, sehingga saat musim kemarau tiba banyak tenaga kerja yang terserap.
“Akhirnya kami memutuskan lanjutkan......Insya Allah tahun depan akan menambah lahan seluas 30 hektar. Selain berpikir keuntungan, kami juga ingin agar warga tidak kebingungan manakala musim kemarau tiba. Saat lahan pertanian kering, mereka bisa bekerja pada kami. Merawat, memanen dan merajang ketela pohon untuk dibuat gaplek,”ucap Zam tanpa nada menyombongkan diri.
Menutup petemuan, Zamzami didampingi orang tuanya menyebutkan prinsip hidup yang sejak kecil ditanamakan kepada dia dan 2 saudaranya. “Hidup mandiri, sebisa mungkin jangan bekerja pada orang lain karena kita justru harus mampu mengajak orag lain bekerja pada kita,”cetus Zamzami yang dibenarkan dua orang tuanya.
Keinginan luhur untuk membangkitkan pola pemikiran yang selama ini tidur, memanfaatkan lahan tidur, kini menjadi kenyataan. Kita tunggu saja apakah di Rembang akan muncul Zamzami lain yang di usia muda sudah mampu membawa nama tempat kelahirannya di percaturan dunia usaha skala menengah ke atas.

Dari Ajang Lomba Membatik


“Mereka berlomba membuat batik yang terbaik”
160 siswa dari 30 SD perwakilan kecamatan Lasem, Pancur, Pamotan dan Rembang yang mengajarkan muatan lokal (Mulok) membatik di sekolahnya, Senin (26/10) mengikuti lomba membatik yang diselenggarakan atas kerja sama Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Dinas Pendidikan dan Koperasi pengrajin Batik Lasem. Lomba berlangsung di showroom Batik Lasem, secara resmi dibuka Kepala Dinperindagkop dan UMKM Rembang, Drs H Waluyo MM
Waluyo dalam kesempatan tersebut menyebutkan, batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia selain patut dilestarikan, juga harus dikembangkan, sehingga peminatnya terus bertambah dan mengena di hati masyarakat, baik lokal-regional maupun manca negara. “Batik juga diharapkan mampu menjadi salah satu upaya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,”sebutnya.
Kegiatan lomba membatik sendiri, lanjut Waluyo merupakan upaya nguri-nguri yang secara rutin diagendakan setahun sekali untuk meningkatkan bibit-bibit pembatik yangbdiharapkan terus bermunculan setiap tahun. “Setelah sekolah melaksnakan mulok, kami ingin hasilnya tidak sia-sia. Maka untuk melestarikan batik Lasem sekaligus menumbuhkan minat membatik, kami akan adakan lomba serupa setiap tahun,” cetusnya.
Unsur terpenting dari penilaian lomba membatik sendiri adalah cara anak-anak memegang dan menggunakan peralatan membatik. Apabila hal dasar tersebut sudah benar, tentu hasil karya yang dibuat menjadi bagus. Hal tersebut diungkapkan Naomi salah satu anggota tim juri yang juga pengrajin batik Lasem yang cukup terkenal. “Cara membatik yang benar yakni menggerakkan canthing searah jarum jam,”papar Naomi.
Sementara itu Alfin, salah satu peserta lomba asal SD Selopuro Lasem mengaku, membatik bukanlah pekerjaan sulit. Untuk menekuni dunia batik, Siswa kelas 5 tersebut setiap seminggu sekali belajar membatik selama satu jam di sekolahnya khsususnya pada jam pelajaran mulok. “Setiap hari Selasa kami diajarkan membatik, selama satu jam. Saya sendiri sudah membuat tiga taplak meja, satu dipasang di kelas, lainnya dipasang di rumah,” ucapnya.
Terpisah, Kabid Perindustrian Dinperindagkop dan UMKM, Drs Sudirman menjelaskan panitia lomba menyediakan pola membatik yang telah ditentukan yakni melengkapi kain dasar yang sudah ada gambar motif bunga. ‘Peserta tinggal melengkapi motif tersebut sesuai dengan imajinasi dan daya kreatifitas masing-masing,” terangnya.
terima penghargaan atas upaya pelestarian batik Lasem
Upaya pemerintah kabupaten Rembang melalui Dinas Pendididikan setempat memasukkan pelajaran membatik dalam kurikulum muatan lokal belum lama ini juga telah mendapat apraesiasi dari Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan, berupa piagam penghargaan. Departemen Perindustrian dan Departemen Pendidikan memandang terobosaan memasukkan mulok dalam kurikulum merupakan bentuk kepedulian terhadap budaya asli lokal yang tidak semua daerah melakukannya. Sehingga Rembang patut memperoleh penghargaan tersebut. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Rembang, Drs Noor Effendi melalui Kabid Kurikulum, Drs Dandung Dwi Sucahyo.
“Sejak batik masuk dalam mulok memang tidak semua sekolah melaksnakannya. Mulok menyesuaikan karakteristik daerah setempat. Untuk mulok membatik hany diprioritaskan di kecamatan Lasem dan sekitarnya,”jelas Dandung.
Selama dua tahun terakhir mulai tahun pelajaran 2007-2008 hingga sekarang, menurut Dandung baru 5 kecamatan yang menyelenggarakan mulok membatik. Yakni kecamatan Rembang di 2 sekolah, Lasem 19 sekolah, Pamotan 1 sekolah, Pancur 7 sekolah dan Sluke 2 sekolah. Sedangkan sekolah yang mengadakan membatik sebagai esktra kurikuler tercatat SMP 1 dan 3 Lasem, SMA 1 Lasem dan SMA Kartini Rembang.
Ditambahkan oleh Dandung, ke-depan nanti seluruh sekolah akan diwajibkan memasukkan mulok membatik dan memasukkan ekstra kuriluker membatik. “Sehingga terus bermunculan generasi pembatik di kabupaten Rembang,”imbuhnya.

Rumah Joglo Dilestarikan Desa Pondokrejo


Disaat budaya dan adat Jawa semakin ditinggalkan, ternyata masih ada sebuah masyarakat desa yang peduli untuk nguri nguri rumah adat Jawa. Sebuah desa terpencil diatas bukit di desa Pondokrejo Bulu, yang kanan kirinya dikelilingi hutan jati.
Dari kejauhan nampak Rumah adat khas orang Jawa ini berjejer rapi, berderet deret seperti antrian kendaraan roda empat. Ciri khas rumah warga desa Pondokrejo kelihatan sekali, ketika semakin didekati. Dari tiang (soko), kuda kuda, usuk, reng, papan (gebyok) semua terbuat dari kayu jati.Menurut salah satu sesepuh di desa itu, M. Soim seorang mantan Lurah mengatakan bahwa warga Pondokrejo sejak zaman dulu selalu membuat rumah Joglo.
“ Rikala kula taksih alit, ugi jamane mbah lan buyut kula , sampun damel griya Joglo mas” katanya kepada Pantura Pos.
Bahkan menurutnya, warga pondokrejo tidak merasa membuat rumah andai belum membuat rumah Joglo.
“ Tiyang mriki dereng marem damel griya menawi dereng damel griya Joglo mas” ujarnya.
Dilain kesempatan Kades Pondokrejo Edi Subowo mengatakan, warganya seolah olah belum merasa punya rumah bila tidak membuat rumah joglo, meskipun hanya mampu membuat ukuran yang paling kecil. Sebab membuat rumah joglo ukuran bear sangat mahal sekarang ini, dapat menelan biaya diatas 40 juta. Menurutnya meski sekarang banyak pembeli rumah rumah joglo, tetapi warganya hampir tidak ada yang menjualnya.
“ Menawi wonten ingkang nyade griya joglo, biasane kepepet masalah artho, napa malih griya joglo gampang nyadene. Tapi menawi mboten kepepet, biasane mboten disade griyane.
Punapa malih ekonomi warga Pondokrejo soyo suwe tambah sae, soale kathah program ingkang diterapke saking Pemkab Rembang kados pelatihan usaha kecil dan menengah, pertanian, perkebunan lan liyane.“ Kata Kades termuda di Bulu.
Kades yang beristri Nyamiati menjelaskan, rumah Joglo sekarang ini harganya vaiartif, tergantung ketebalan dan umur kayunya. Ketebalan diatas ukuran 40 cm ada yang ditawar pembeli Rp 1 Milyar yaitu millik seorang warga desa Sendangmulyo. tetapi ukuran seperti itu sulit dicari. Harga rumah joglo ukuran biasa kisaran 30 juta lebih , sedang ukuran besar mencapai kisaran Rp 50 juta.
Menurut Edi, rumah joglo didesanya sudah berdiri sejak jaman dahulu, dan rumah joglo yang baru berdiri sekarang ini, biasanya didirikan oleh warga saat awal berumah tangga. Edi dan beberapa warga yang ditemui Pantura Pos menjelaskan, awal pendirian rumah joglo membutuhkan berbagai macam tirakat. Tradisi masyarakat Jawa masih tetap dilakukan, seperti memperkirakan posisi dan letak rumah, melakukan ritual sebelum didirikan, memasang ubo rampe( padi, kelapa dan lainya) diatap rumah, memasang uang recehan dibawah tiyang (soko). Hal ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan kepada yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
Kades Edi menambahkan , di desanya hampir semuanya berbentuk rumah joglo dengan kondisi kayu dan ukuran yang berbeda beda. Ukuran dan patokan rumah joglo adalah dengan memakai 4 tiyang penyangga(soko ), ditambah tiyang untuk pinggiran sebanyak 12 buah (biasa disebut soko rono), dan dilengkapi bagian atas ( pucuk) diberi kepala. Warga Pondokrejo aka selalu melestarikan peninggalan leluhurnya, nguri nguri kebudayaan orang Jawa meski zaman selalu berubah. Akan tetapi meskipun rumah adat Jawa termasuk tradisi baginya, bukan berarti mereka anti perubahan teknologi dan pendidikan. Jalan aspal telah melingkari desa Pondokrejo, sehingga kemudahan transportasi dapat dilakukannya.n Santoso

Minggu, 01 November 2009

Kegiatan Pramuka kedepan Sebagai Gerakan Sosial yang Profesional

Kegiatan Pramuka kedepan Sebagai Gerakan Sosial yang Profesional
Saat membacakan sambutan tertulis Ketua Kwartir Nasional Pramuka Prof. Dr. dr. H. Azrul Azwar, MPH pada peringatan hari pramuka ke-48 di alun-alun Rembang, Jum’at sore (14/8), Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Kak Salim antara lain menyebutkan semoga peringatan Hari Pramuka ke 48 dapat memacu kita untuk lebih memajukan Gerakan Pramuka. Inti pokok peningkatan fungsi Gerakan Pramuka sebagaimana yang sedang diperbarui pada saat ini adalah penetapan standar untuk tiga unsur pokok sistem pendidikan kepramukaan.
Pertama, standar keluaran yakni kompetensi yang ingin dicapai oleh para peserta didik. Ke-dua, standar proses yakni pelbagai kegiatan kepramukaan yang wajib diselenggarakan oleh gugus depan serta diikuti oleh setiap peserta didik. Ke-tiga, standar masukan utamanya aspek ketenagaan dan sarana pendidikan kepramukaan dimana para pembina, instruktur dan pelatih. Setelah standardisasi akan dilanjutkan dengan sertifikasi, registrasi dan lisensi.
Untuk aspek sarana, yakni gugus depan sebagai tempat pendidikan bagi anggota muda serta pelbagai pusat pelatihan, sebagai tempat pendidikan bagi anggota dewasa, setelah standardisasi akan dilanjutkan dengan lisensi dan akreditasi. “Di masa depan direncanakan gugus depan yang diizinkan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan harus memiliki lisensi dan telah terakreditasi serta didukung tenaga pembina yang telah ter-registrasi saja,”sebutnya.
Sementara itu Ketua Kwartir Cabang Rembang Kak Djumali sendiri ditemui usai upacara saat disinggung tentang perubahan mendasar dari gerakan kepramukaan yang cenderung mengampu manajemen modern menjelaskan, hal tersebut sesuai dengan Munas Pramuka belum lama ini dimana telah ditetapkan kedepan nanti gerakan pramuka selain beraspek sosial pendidikan juga harus profesional.
“Tetapi tidak meninggalkan hakekat dasar pendidikan kepramukaan yakni meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan Satya dan Darma Pramuka kepada seluruh peserta didik sehingga mereka dapat dipersiapkan menjadi kader pimpinan bangsa yang tangguh di masa depan,”ujarnya.

Rembang Terima Alokasi PNPM-MP Rp 26,9 M

Rembang Terima Alokasi PNPM-MP Rp 26,9 M
Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) tahun 2009, Kabupaten Rembang menerima alokasi sebanyak Rp.26,9 milyar untuk 12 kecamatan. Dengan rincian Rp 21,5 milyar bersumber dari DIPA-APBN, dan Rp 5,4 milyar bersumber dari APBD Kabupaten Rembang tahun 2009. Demikian dikatakan Bupati Rembang H Moch Salim dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asisten Pemerintahan Supraja SH pada launching Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Kabupaten Rembang 2009 baru-baru ini di pendopo Kabupaten.
Disebutkan, PNPM Mandiri mempunyai sinergitas dengan 4 pilar program strategis Kabupaten Rembang. Oleh karena itu pihaknya meminta, akselerasi pengentasan kemiskinan dan pengangguran dapat lebih memperoleh peluang untuk dapat diwujudkan, utamanya dengan adanya Gerakan Pengembangan Ekonomi Lokal (Gerbang Elok).
”Gerbang Elok memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat Rembang untuk dapat mengembangkan kewira-mitrausahaan dalam rangka meningkatkan produktifitasnya, sehingga akan mengurangi pengangguran,”sebut Supraja.
Lebih lanjut dibacakanoleh Supraja, sikap Pemkab Rembang terhadap kemiskinan dan pengangguran adalah tegas dan mempunyai komitmen yang tinggi. Yakni Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) adalah pedoman guna merancang berbagai program untuk saudara-saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan, dengan pendekatan pro-poor dalam merumuskan budgeting. ”Sehingga secara sistimatis angka penurunan kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Rembang dapat turun secara signifikan,”ucapnya.
Sementara itu Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Prof Dr Singgih Tri Sulistyono MA pada kesempatan tersebut mengatakan, pendidikan kewirausahaan perlu diberikan kepada generasi muda sedini mungkin. Sebagaimana pendidikan etika, kewirausahaan tidak harus selalu diberikan dalam bentuk teoritik tetapi menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian, keperwiraan, kewirausahaan dalam kehidupan.
Kegiatan tersebut dihadiri Kepala SKPD se-Kabupaten Rembang, Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Rembang, PJOK PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Rembang, UPK PNPM Mandiri Perdesaan dari Kecamatan Wonosalam Kab. Demak, Fasilitator PNPM serta tamu undangan.

Dinas Sosial Prop Jateng Kucurkan 2 Milyar Bagi KK Miskin di Kabupaten Rembang
Dinas Sosial Propinsi Jawa tengah pada Program Pemberdayaan fakir miskin (P2FM) di kabupaten Rembang tahun 2009 ini mengucurkan anggaran sebesar Rp 2 Milyar bagi 1.000 KK miskin. Semuanya merupakan wargamiskin yang tergabung dalam 100 kelompok usaha bersama (KUBE) di wilayah kecamatan Kaliori dan Bulu. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Rembang, Pandu Marhaendra Bhakti Prasetya pada acara pemantapan KUBE di balai desa Babadan kecamatan Kaliori belum lama ini.
Pandu menyebutkan, program P2FM merupakan upaya untuk mengentaskan masyarakat miskin dari keterpurukan ekonomi. Dana yang dibagikan bagi kelompok nantinyadiperuntukkan usaha ekonomi produktif seperti penggemukan sapi, peternakan sapi, maupun peternakan kambing. Pencairan Program P2FM kabupaten Rembang bagi 1000 KK di wilayah kecamatan kaliori dan Bulu rencananya akan dicairkan pada bulan Oktober mendatang. “Dana sifatnya bergulir, setelah dikelola satu kelompok, selanjutnya harus diberikan kepada kelompok KUBE lainnya,”kilahnya..
Sementara itu Kepala Seksi Pemberdayaan Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah Wibowoyang hadirpada kegiatan tersebut mengungkapkan, sebelumnya pada tahun 2008 kabupaten Rembang juga mendapatkan program pemberdayaan masyarakat miskin bagi 400 KK miskin di kecamatan Sulang dan kecamatan Sumber. Sehingga pada tahun ini diberikan pada dua kecamatan lain yang mempunyai warga miskin banyak yang memenuhi kriteria menerima bantuan yakni kecamatan Bulu dan Kaliori.


Bengkok Sekdes Harus Dikembalikan
Sekertaris Desa yang telah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil harus mengembalikan tanah bengkok. Ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/1303/SJ tanggal 16 April 2009 Perihal Kedudukan Keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa di Seluruh Indonesia, dimana dinyatakan bahwa Sekretaris Desa ketika SK Pengangkatan menjadi PNS sudah diterima maka terhitung sejak Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) secara otomatis penerimaan penghasilan tetap dari tanah bengkok diberhentikan. Demikan ditegaskan Sekretaris Daerah kabupaten Rembang, Hamzah Fatoni SH MKn.
Menurut Hamzah fatoni, pengembalian tanah bengkok bagi Sekdes PNS juga diatur dalam Peraturan Bupati Rembang Nomor 25 Tahun 2009. Keterangan ini juga sekaligus sebagai tanggapan pernyataan salah satu Sekdes di kecamatan Sulang, Budi Purwanto bahwa Perbup Nomor 25 terlalu dipaksakan dan diduga cacat hukum.
Hamzah Fatoni mengatakan, Perbup Nomor 25 Tahun 2009 tidak cacat hukum baik dilihat dari prosedur pembuatannya maupun substansinya. “Bagi yang meragukannya kami persilahkan menguji secara material Perbup yang dimaksud,”cetusnya.
Kepada beberapa Sekdes PNS yang belum bersedia mengembalikan tanah bengkok, Hamzah Fatoni menghimbau untuk segera mengembalikannya. Karena Sekdes PNS terikat dengan PP No 30 Tahun1980 Tentang Peraturan Disiplin PNS. “Mereka yang tidak mau mengembalikan bisa dikenai pasal pelanggaran disiplin PNS, namun diharapkan secara sadar mereka segera memenuhi ketentuan sehingga tidak ada dampak hukum,”tambahnya.
Selanjutnya status tanah bengkok tesebut menjadi kekayaan desa dan dikelola oleh Pemerintah Desa guna mendukung penyelenggaraan pemerintah desa.


Ratusan barang kadaluwarsa disita dan dimusnahkan
Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Tim gabungan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Dinas Kesehatan, Satuan Polisi pamong Praja, Badan Ketahanan Pangan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) mulai tanggal 7 - 14 September melakukan operasi makanan dan minuman kadaluwarsa di sejumlah pertokoan dan pasar tradisional. Tim dibagi 3 kelompok, secara terjadwal mengadakan razia di tiap kecamatan sesuai dengan jadwal yang disusun.
Kepala DKK Rembang Sutedjo melalui Kabid Farmasi, Makanan dan Minuman Eni Hindarti menjelaskan, operasi rutin dilakukan oleh tim guna mengawasi peredaran makanan dan minuman kadaluwarsa yang masih tetap dijual menjelang hari raya iedul firtri. Menurutnya meski tiap tahun dilakukan razia nampaknya para pedagang masih tidak jera juga.
“Ini terbukti masih ditemukannya makanan dan minuman kadaluwarsa yang masih beredar di pasaran,”ungkapnya.
Eni menyebutkan, saat tim menemukan makanan kadaluwarsa hanya melsakukan tindakan persuasif. Pedagang diperingatkan, temuan barang kadaluwarsa disita atau dimusnahkan ditempat.
“Langkah ini diambil karena saat razia yang dilakukan tahun lalu barang sitaan dikembalikan ke distributor ternyata tidak dimusnahkan. Justru diganti kemasan baru diedarkan kembali, oleh karena itu tim terpaksa berlaku tegas, memusnahkan barang sitaan,”tukasnya. Ditambahkan oleh Eni, hingga operasi berakhir ditemukan ratusan makanan, minuman dan bahan pakan kadaluwarsa masih beredar di pasaran. Tentunya hal tersebut sangat membahayakan masyarakat yang kurang jeli dalam membeli produk-produk tersebut.


Pemudik berkurang, pendapatan kru Bus susut drastis
Jumlah pemudik tahun ini yang menumpang angkutan umum bus baik antar kota dalam propinsi (AKDP) maupun antar kota antar propinsi (AKAP) ternyata jauh berkurang dibanding tahun sebelumnya. Imbasnya, pengusaha bus menarik pulang armadanya yang terlanjur dikeluarkan karena sepinya penumpang.
Para kru bus sendiri mengeluhkan turunnya jumlah penumpang karena pendapatan yang diharapkan meningkat justru turun drastis. Seperti yang disebutkan Sugiarto, kru bus Sinar Mandiri Mulia Jurusan Surabaya-Semarang. Turunnya jumlah penumpang cukup signifikan, hingga 40 %.
“Ini saya perkirakan karena faktor kesulitan ekonomi, menyebabkan masyarakat banyak yang tidak mudik pada lebaran tahun ini,”ungkap Sugiarto.
Sementara itu, Kasturi dan Subiyanto staff Dinas Perhubungan di terminal Rembang menjelaskan, dari 38 unit bus AKDP-50 bus AKAP dan 55 bus pedesaan, yang masuk terminal Rembang, selama arus mudik dan balik ternyata tidak ada separuhnya.
“Interval antar bus pada hari biasa sekitar lima menit saat mudik dan balik mencapai 10 menit. Ini menjadikan penumpang menumpuk di terminal,”jelas mereka ber-dua..



”Lomban harus mendapat perhatian khusus”
Saat membuka kegiatan pesta tradisi kupatan di halaman Dampo Awang Beach Tempat Rekreasi Pantai Kartini (DABTRPK), Bupati Rembang H Moch Salim mengingatkan panitia penyelenggara agar serius mengelola kegiatan pesiar laut atau biasa disebut lomban. kegiatan wisata laut mengitari gugusan pulau karang di perairan Rembang tersebut penuh resiko dan rawan kecelakaan. “Sehingga harus diupayakan seminim mungkin adanya kecelakaan,”pesannya.
H Moch Salim selanjutnya menghimbau SKPD terkait agar ke depan tempat wisata yang selama ini mangkrak harus dioptimalkan. Dikelola secara serius menggandeng pihak ke-tiga dengan agenda kegiatan terjadwal.
“Sehingga menambah keaneka ragaman perayan tradisi kupatan yang digemari selain oleh warga Rembang sendiri juga dari luar kota,”sebutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayan-Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Sadono, dalam laporannya antara lain menyampaikan sebagai antisipasi kepadatan pengunjung tradisi kupatan tahun ini pihaknya mengurangi jumlah kaveling hingga 50 % “Dibanding perayaan tahun lalu, dari 700-an menjadi 300 kapling baik yang berada di dalam dan halaman parkir DABTRPK serta jalan Kartini. Barang dagangan meliputi hasil kerajinan, produk UKM dan IKM, busana, jasa boga dan lainnya,”terangnya.
Usai membuka secara resmi tradisi kupatan, Bupati Rembang didampingi Muspida/ dan undangan lainnya berkeliling di DABTRPK, melihat stand dan menyapa beberapa penjual dan pembeli.

Tak tolerir keberadaan 3P
Selama berlangsungnya perayan tradisi kupatan, pengelola Dampo Awang Beach Taman Rekreasi Pantai Kartini (DABTRPK) berusaha membuat pengunjung merasa aman dan senyaman mungkin. Selain lokasi wisata terus diupayakan bersih, keberadaan pemabuk, pengemis dan pengamen (3P) juga tidak ditolerir.
Pengelola DABTRPK, Sriyono, menyebutkan untuk mengantisipasi lokasi wisata bebas dari 3P pihaknya menggandeng jajaran Kodim 0720/Rembang sebagai tim keamanan dan mengamankan perayaan tradisi kupatan. “Tim bertugas sejak DABTRPK buka hingga tutup,”sergahnya.
Terpisah, Komandan Kodim 0720/Rembang Letkol Inf. Djoko Nugroho menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan anak buahnya bila dalam menangani 3P menggunakan metode persuasif. “Diberi peringatan secara halus dan diupayakan menyingkir dari lokasi DABTRPK,”cetusnya.
Menurut Dandim Rembang, selama ini keberadaan 3P sering dikeluhkan pengunjung sehingga pada perayaan tradisi kupatan tahun ini mendapat perhatian serius dari pengelola DABTRPK. Karena seiring dengan bertambahnya wahana hiburan diharapkan menarik perhatian calon pengunjung datang ke lokasi wisata kebanggan warga Rembang.
“Sehingga pengunjung dapat menikmati aneka hiburan dengan rasa aman dan nyaman tanpa adanya gangguan dari para pengamen, pengemis dan pemabuk,tandasnya.


Puncak kupatan dihadiri puluhan ribu orang
Tradisi kupatan dan larung kapal sedekah laut kegiatan sedekah bumi desa Tasikagung dan sekitarnya seolah seperti magnet berkekuatan tinggi. Dalam hitungan jam mampu menyedot puluhan ribu orang datang ke DABTRPK dan pantai desa Tasikagung, menyaksikan agenda tahunan sepekan setelah berlangsungnya hari raya Iedul Fitri. Sesaat sebelum kapal berisi sesaji dilarung, dikirab menyusuri wilayah desa setempat.
Puluhan ribu orang berdiri berjejer di pinggir jalan desa dan jalan Diponegoro rute yang dilalui kirab kapal sesaji. Aneka atribut dan seni tradisonal ikut tampil menjadi hiburan tersendiri bagi warga Rembang dan sekitarnya yang sejak pagi mencari posisi ingin menyaksikan prosesi kirab dan larung kapal.
Sesaat sebelum melepas rombongan melakukan kirab, Bupati Rembang, H Moch Salim berpesan ke-depan nanti agar tradisi kupatan dan larung kapal sesaji menjadi icon wisata Rembang pasca perayaan hari raya Idul Fitri.
“Saya instruksikan Dinas Pariwisata dan Dinas Perikanan dan kelautan agar bekerja sama menata kawasan pesisir, memberdayakan pulau-pulau kecil sebagai wisata laut,”pesannya.
Khusus untuk sedekah laut dan bumi desa Tasik agung/ selain larung kapal sesaji/ panitia mengagendakan aneka hiburan secara gratis kepada warga Rembang, seperti keseniam tradisonal barongan dan reog, musik dangdut, lomba nyanyi karaoke serta lomba makan gratis berhadiah.
Terpisah, Kepala Desa Tasikagung, Supolo mengatakan tasyakuran sedekah laut dan bumi membuat para nelayan melupakan sejenak segala beban hidup, terutama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. “Mereka ingin menunjukkan, susah atau senang, manusia harus tetap bersyukur,"katanya.
Menurut Supolo, biaya penyelenggaraan perayaan tahun ini sebesar Rp 340 juta, diperoleh dari bantuan sejumlah donatur dan uang yang mereka kumpulkan secara patungan, Rp 100.000/kapal setiap kali mendarat ke Pelabuhan Pendaratan Ikan Tasikagung.
Peraturan patungan tersebut dikhususkan bagi nelayan kapal tangkap ikan muatan besar, jenis cantrang, milik warga desa Tasikagung. “Saat ini, kapal yang dikelola sejumlah juragan tersebut berjumlah 85 unit,”jelasnya.
Ditambahkan oleh Supolo, biaya tasyakuran tahun ini lebih murah ketimbang biaya tasyakuran pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 400 juta. Alasannya, jumlah uang patungan para nelayan lebih sedikit lantaran hasil tangkapan nelayan pada tahun ini turun.
"Pada 2008, satu kapal nelayan membawa pulang hampir 70 ton ikan per kapal. Namun, pada 2009, rata-rata hanya 60 ton ikan per kapal. Penyebabnya adalah nelayan terkendala surat izin melaut dan menangkap ikan, larangan menggunakan sejumlah jaring, dan cuaca,"ungkapnya.


Tradisi Tawuran Sega, Saling Lempar Nasi Berharap Berkah
Pundhen desa Pelemsari kecamatan Sumber yang dikelilingi areal sawah yang hampir kering pada hari itu terlihat beberapa pemuda desa menghamparkan selembar deklit biru tepat di bawah pohon jati besar yang tumbuh sendirian di kawasan yang dianggap sakral oleh warga setempat.
Kemudian satu per satu perempuan desa keluar dari rumah membawa satu bakul nasi, dumbeg, sebungkus ketan dan tape. Barang bawaan dikumpulkan oleh pemuda pemuda dalam dua buah karung, sedangkan satu bakul nasi ditumpahkan di atas deklit.
Sluruh perempuan desa di desa yang dihuni 422 KK semua telah mengumpulkan nasi di atas deklit dan Kepala Desa (Kades) Pelemsari Surento taklama kemudian menggelar doa sejenak di sumur dekat tanah punden. Begitu ada tanda-tanda kades menggelar doa, puluhan pemuda langsung menyerbu nasi yang sudah mengunung di atas deklit.
Setelah berhasil menggengam nasi, pemuda-pemuda itu langsung melemparkan nasi ke tubuh teman mereka yang juga tengah berusaha untuk meraih nasi yang ditumpuk di deklit. Setengah jam aksi saling lempar nasi pun terjadi di tanah punden yang dikeramatkan itu dan baru berakhir manakala nasi diatas deklit telah habis.
Tradisi tawuran sega, merupakan ritual tahunan yang digelar warga desa Pelemsari. Mereka tak ada yang tahu mengnapa harus saling melemparkan nasi ke tubuh temannya. Hanya saja, salah satu sesepuh desa Sumangat alias Mbah Dongkol (64) mengutarakan, warga mempercayai tradisi tawuran sega bisa menghindarkan desa dari segala macam kesusahan.
Dia menerangkan, tahun 1955 warga desa sempat sekali lupa menggelar tawuran sega. ”Pada tahun itu juga, seluruh sawah yang ada di desa gagal panen. Padahal desa tetangga sebelah semua panen,”jelasnya.
Dipaparkannya, nasi bekas tawuran yang berceceran ditanah dianggap sebagai sebuah berkah oleh warga. ”Nasi yang sudah berceceran di tanah digunakan untuk makanan ternak. Warga percaya ternak yang makan nasi sisa tawuran itu akan dijauhkan dari penyakit,”ungkap Mbah Dongkol.
Ditambahkannya, tawuran sego merupakan tradisi ratusan tahun yang dilaksanakan secara turun-temurun tiap satu tahun sekali dalam rangka sedekah bumi. ”Tawur Sega sesuai tradisi dilaksanakan bersamaan dengan sedekah bumi setelah panen,”paparnya.
Wardi, salah satu warga desa Pelemsari menjelaskan, tidak ada rasa sakit hati atau dendam dari peserta tawuran itu. Justru sebaliknya, warga sangat bersemangat setelah mengikuti acara tersebut. ”Kita merasa sangat senang. Setelah saling tawur nasi, kami justru tambah akrab,”kilahnya.
Menurut rencana, pihak kecamatan Sumber akan lebih memberdayakan tradisi tersebut sebagai aset wisata. Camat Sumber, Ir Dwi Purwanto yang hadir dalam acara itu mengutarakan tahun depan pihaknya akan lebih menata tradisi itu agar lebih bernilai budaya. “Dengan demikian kami harapkan mampu menarik pengunjung dari luar daerah,”cetusnya.


Kabupaten Rembang Terima Bagi Hasil Cukai Rp 2,7 M
Data dari Dinas Perkebunan Propinsi Jawa tengah,dari 3.961 industri rokok nasional 1.802 diantaranya terdapat di jateng. Pada tahun 2008 penghasilan negara atas cukai mencapai Rp 44 tyrilyun, tahun 2009 ditarget naik menjadi Rp 46 trilyun dan tahun 2010 ditarget sekitar Rp 50 trilyun. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2009, untuk kabupaten Kota di Jawa tengahtermasuk Rembang menerima alokasi dana bagi hasil atas cukai. Hanya saja niominal yang diterima masing-masing kabupaten/ kota nilainya tidak sama. Hal tersebut disampaikan Kepala Bagian Dokumentasi Sosialisasi Hukum Setda propinsi Jawa tengah, Sukarim SH pada sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang cukai di Balai Kartini,Selasa (11/8).
Menurut Sukarmin, kabupaten Rembang dalam alokasi dana bagi hasil cukai menerima Rp 2,5 milyar. Dana bagi hasil ini tergolong kecil dibandingkan kabupaten kota lain di Jateng, sementara kabupaten Kudus memperoleh pailng banyak yaitu Rp 70,8 milyar.
Sukarmin lebih lanjut menyebutkan, sebelumnya ada 5 propinsi yang menerima dana bagi ahsil cukai yakni Sumatera barat, Jawa barat, Jawa tengah, DIY dan Jawa timur. Namun dalam perkembangannya atas gugatan gubernur NTB tentang dana bagi hasil cukai termasuk daerah penghasil tembakau harus mendapatkan, maka pada tahun 2010 jumlah penerima bertambah menjadi 14 propinsi.
Dipaparkan oleh Sukarmin, dari data yang ada diDinas KesehatanPropinsi Jateng, konsumsi rokok per tahun tingkat dunia, tertinggi yakni negara China sekitar 1,786 trilyun batang, disusul AS-Rusia-Jepang-Indonesia-Jerman-Turki-Brazilia-Italia dan Spanyol.
Adapun skala nasional, tertinggi propinsi Gorontalo-Jawa barat-Lampung-Sumatera barat-Bengkulu-Banten-Sumatera selatan-Sulawesi tengah-Riau dan NTB.
Kabag Hukum Setda Rembang, Agus Salim saat ditemui menjelaskan, sosialisasi perundang undangan tentang cukai diikuti SKPD terkait, aparat penegak hukum, LSM, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, pedagang, distributor dan pengusaha rokok. Menghadirkan nara sumber dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kantor Wilayah Jawa tengah dan DIY, Kepolisian Daerah Jawa tengah, Biro Hukum Setda Propinsi Jawa tengah, Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jatengah serta Perguruan Tinggi.



Setahun Lebih Pengepul Rajungan Alih Komoditi
Saat krisis global melanda dunia hingga sekarang berjalan satu tahun lebih cukup berpengaruh pada para pengepul rajungan. Selain ekspor sempat macet total, sekarang permintaan dari relasi di luar negeri juga tidak didukung harga yang memadai. Sempat para pengepul berpikir berhenti usaha, namun mereka memutuskan harus tetap eksis karena tempat usahanya menjadi gantungan hidup karyawan yang telah setia puluhan tahun bekerja kepada mereka.
Dimas Gautama (47th), warga desa Sumberjo kecamatan Rembang kota, salah seorang pengepul rajungan menyebutkan, meski saat ini sudah ada relasi yang meminta kiriman rajungan namun harga yang ditawarkan jauh dibanding sebelum krisis. Dahulu rajungan kupas mereka jual per kilo seharga Rp 180-200 ribu, sekarang hanya dipatok Rp 150 ribu.
Menurut Dimas, andaikata dia memaksakan memenuhi permintaan tersebut justru akan mengalami rugi. Karena beberapa bulan terakhir ini di perairan Rembang dan sekitarnya hanya dijumpai rajungan kecil-kecil, satu kilogram isi 16 ekor itupun hanya tersedia sekitar 5-6 kwintal. ”Jauh dari kebutuhan perusahan kita sekitar 7-8 ton/bulan itupun yang size 6-8 ekor/kg,”ujarnya.
Meski harga beli bahan baku rajungan size 16 lebih murah hanya Rp 30 ribu dibanding size 6-8 seharga Rp 50 ribu, namun perusahaan harus mengeluarkan biaya operasional lebih dari semetinya karena jumlah rajungan yang dkupas juga lebih banyak. ”Terpaksa permintan kami tolak,”tegasnya.
Memenuhi keinginan agar tidak mem-PHK karyawan, diputuskan alih komoditi hasil laut lain yakni teri nasi. Tetapi baru sekitar dua bulan usaha baru dijalani kembali terkendala oleh bahan baku. Hingga akhirnya beralih pada produksi gereh pindang. ”Perusahaan membangun jaringan relasi baru dan untungnya permintaan pasar cukup tinggi,”imbuhnya.
Saat ini sedikitnya setiap bulan dikirim 5 kwintal gereh pindang ke daerah Sumatera dan Kalimantan. Satu pak ukuran 5 kilogram dibanderol harga Rp 60 ribu. ”Berkat alih usaha inilah kami dan karyawan sedikit bernapas lega, karena sama-sama dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing,”tandasnya.



Yayasan Danamon Bantu Mengolah Sampah Pasar Menjadi Kompos
Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Risa Bhinekawati mengemukakan, dalam dua tahun terakhir, pihaknya membantu program pengolahan sampah pasar tradisional menjadi pupuk organik atau kompos berkualitas tinggi di 31 kabupaten/kota di Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Di Jateng sendiri meliputi Rembang, Sragen, Jepara, Semarang dan Kabupaten Grobogan. Bantuan itu berbentuk pelatihan manajemen, desain proyek, bangunan, operasional pembuatan kompos, modal kerja selama satu bulan, uji laboratorium, pemantauan dan evaluasi. “Tahun 2008-2009, kami menginventasikan dana sekitar Rp 4,7 miliar untuk merealisasikan bantuan proyek pengolahan sampah pasar tradisional menjadi pupuk organik atau kompos berkualitas tinggi. Investasi sosial tersebut kami anggap cukup strategis. Karena selain membantu secara signifikan mengatasi persoalan sampah pasar tradisonal, juga dalam rangka penyediaan pupuk organik bagi para petani,” ujar Risa dalam pers realease bersamaam dengan penyerahan proyek pembuatan kompos di Desa Sumberjo, Rembang, Kota, Selasa (28/7).
Risa selaku Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli menyerahkan proyek tersebut kepada Bupati Rembang HM Salim. Kapasatas mesin pengolahan kompos Sumberjo Rembang yang diserahkan itu mencapai 1,1 ton/hari. Bahan baku utamanya adalah sampah pasar induk Rembang Kota. Sedang investasi proyek itu mencapai Rp 114 juta lebih. “Kami berharap Pemkab Rembang menjaga kesinambungan proyek ini, baik dalam penyediaan tenaga, bahan baku maupun pemasaran produksi, sehingga benar-benar bisa membantu petani,” ujar Risa.
Dijelaskannya, pupuk kompos berbahan baku sampah pasar sudah di uji di laboratorium Pertanian Bogor, sehingga kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan. Yang terpenting sekarang adalah, merubah paradigma dan perilaku para petani dalam menggunakan pupuk. Selana ini para oetani masih sxangat fanatik menggunakan pupuk nonorganik atau urea. Pada hal penggunaan pupuk jenis itu secara terus-menerus bisa berakibat kurang baik terhadap tanah dan produktivitas pertanian. “Karenanya kita semua tidak boleh bosen-bosen melakukan sosialisasi penggunaan pupuk organik kepada masyarakat,”cetusnya.
Bupati Rembang HM Salim pada kesempatan yang sama menyambnut gembira program bantuan dari Yayasan Danamon Peduli tersebut. Saat itu juga dia minta kepada jajaran Pertanian dan DPUK untuk membantu sepenuhnya agar proyek ini berjalan dengan baik. ”Saya minta pak Ratmin dari Pertanian pak Muyoko dari PUK untuk membantu kelangsungan proyek ini. Selain itu jangan bosan-bosannya melakukan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan pupuk organik,”sebut HM Salim.
Dia mengatakan, selama ini para petani selalu bengok-bengok kekurangan pupuk. ”Yang kurang itu pupuk yang mana. Pada hal sekarang banyak alternatif pupuk untuk bisa dipergunakan memupuk tanaman baik padi maupun polowijo. Para petani hendaknya sadar bahwa penggunaan pupuk nonorganik seperti urea, lama kelamaan akan merusak tanah dan mengurangi produktifitas,” ujarnya.




Berjalan 2 Kilometer Untuk Air Bersih Satu Jun
Musim kemarau ini jelas berdampak pada menurunnya debit air seluruh sumber mata air di manapun berada. Tak kecuali di desa Ngargomulyo yang terletak di pucuk gugusan pegungungan Lasem. Sendang Ngeblek satu-satunya sumber mata air desa setempat di musim kemarau ini debit air menyusut lebih dari 60 %.
Bagi warga yang tinggal di pedukuhan sejajar dengan sumber Ngeblek bukan masalah karena jarak rumahnya dekat, sehingga cukup berjalan ratusan meter guna mengambil air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun bagi yang tinggal di pedukuhan lereng bukit desa setempat, setidaknya harus berjalan 2 kilometer untuk mendapatkan air bersih. Itupun dilakukan diluar musim kemarau.
Misnah, wanita lansia umur 67 tahun bersama 6 lansia sebayanya yang tingal di pedukuhan atas lereng bukit desa Ngargomulyo menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak harus dicukupinya dari mengambil air bersih di sendang Ngeblek. ”Mendet toya sampun kulo lampahi wiwit umur wolung tahun. Mendetke toya kangge masak emak, lha sakniki kulo nggee piyambak,”terang Misnah yang tak bisa berbahasa Indonesia itu.
Terpisah, sesepuh desa Ngargomulyo, Samudi (91 th) menjelaskan, keberadaan sendang Ngeblek diperkirakan berusia ratusan tahun. Karena waktu kakeknya kecil, sumber mata air tersebut menjadi tempat mandi-mencuci dan diambil airnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. ”Umure sendang kok kadose atusan taun. Jaman mbah buyut kulo taksih gesang, adus, umbah-umbah kalih ngangsu toya ngeeeh saking mriku,”ungkap Samudi dalam bahasa Jawa medhok
Saat desa Ngargomulyo menjadi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Program Pengentasan kemiskinan Perkotaan (PNPM-P2KP), atas persetujuan berasama, mayoritas dana digunakan untuk membeli pompa air dan membangun bak tandon di 3 dari 4 pedukuhan yang ada di desa Ngargomulyo. Distribusi air dijadwal sesuai jam dan alokasi masing-masing penerima. Tiap warga mendapat jatah 1 jerigen isi 20 liter untuk kebutuhan 2 hari.
Namun sayang untuk warga yang tinggal di pedukuhan atas lereng bukit desa Ngargomulyo tidak dapat menikmati sistem tersebut karena air tak mampu dialirkan, sehingga mereka tetap harus jalan kaki sepanjang 2 kilometer untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.


Pasaran Lesu, Pengrajin Genteng Hemat Biaya Hidup
Sekitar 2 tahun terakhir pengrajin genteng di desa Karang asem kecamatan Bulu harus mensiasati hidup dengan cara berhemat. Mereka terkadang hanya makan 2 kali sehari bahkan banyak pula yang mengalihkan makanan pokok dari beras ke ubi-ubian. Hal itu dipicu lesunya pasar sehingga produk mereka hanya menumpuk di gudang, sedangkan biaya opersional hingga jutaan rupiah telah dikeluarkan.
Sardiyanto (48 th) warga RT 1-RW 1 desa Karang asem salah satu pengrajin menuturkan, dia dan teman-temannya sesama pengrajin tidak dapat berbuat mengatasi berkurangnya permintaan kiriman genteng. Sebagai solusinya mereka terpaksa menjual genteng kepada para pengepul meski dibayar dibawah harga pasaran.
Ketika disinggung untuk alih profesi, suami Suwati itu menjawab, para pengrajin kebanyakan tidak memilki lahan pertanian, selain itu mereka sejak kecil hanya mengenal pekerjaan memprroduksi genteng sehingga merasa percuma berganti pekerjaan karena juga tidak akan mendapat hasil berlebih. “Rata-rata pengarjin tidak punya lahan pertanuian. Bila berganti pekerjaan tanggung karena modal sudah terlanjur kami gelontorkan untuk membuat genteng dan bekerja lain juga belum tentu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup,”ungkap ayah dua anak itu.
Sementara itu Aris salah satu pemilik usaha rumahan genteng ‘UD Wijaya Putra’ berdomisili di desa yang sama menerangkan, berdasar pertimbangan kemanusaiaan, banyak pemilik usaha yang kemudian memberlakukan sistem kerja baru dengan cara kontrak. “Tenaga kerja yang semula dibayar bulanan akhirnya diberi keleluasaan mengelola usaha dengan sistem sewa,”sebutnya.
Para pekerja yang kemudian menggabungkan modal, mengontrak lahan, alat pres dan tobong pembakar. Tiap membakar 1.000 biji genteng ditarik ongkos Rp 40.000 dan biasanya proses pembakaran genteng dilakukan apabila jumlahnya telah mencapai 10.000 biji dengan rentang waktu dikerjakan selama 3 bulan.
Untuk harga genteng sendiri di pasaran saat ini cenderung turun. Jenis kodokan jumlah 1.000 biji semula Rp 400 ribu menjadi Rp 365 ribu, jenis mantili dari Rp 450 ribu menjadi 400 ribu dan garuda dari Rp 500 ribu menjadi Rp 425 ribu.
Para pengrajin sendiri mengaku mengeluarkan uang cukup banyak untuk menutup kebutuhan usaha dan hidup sehari-hari. Untuk membakar 10.000 biji genteng campuran 3 jenis dikeluarkan biaya sekitar Rp 1,5 juta. Biaya hidup sehari-hari (makan, transportasi sekolah anak, dll) mencapai Rp 900 ribu Dalam 1 bulan, hasil produksi paling banyak laku 3 ribu (campuran), dahulu mencapai 5 ribu-an.

Perlu Kepedulian Bersama Untuk Pemenuhan Hak Dasar

Perlu Kepedulian Bersama Untuk Pemenuhan Hak Dasar Anak
Kesinambungan setelah Pemkab Rembang menetapkan 30 desa di 5 kecamatan sebagai pelaksana tahap awal Perbup Desa/Kelurahan Ramah Anak, ditindak lanjuti oleh Bappeda Rembang bekerja sama dengan Bernard Van Leer Foundatiom dan yayasan Kusuma Buana, selama 3 hari Selasa (4/8) hingga Kamis (6/8) mengadakan Seminar dan Lokakarya Multi Stakeholder Program “Early Childhood Care for Development (EECD) atau asuhan untuk tumbuh kembang anak usia dini. Kegiatan digelar di aula Bappeda diikuti 72 peserta meliputi SKPD, Depag, Camat, LSM Pendidikan dan Organisasi Masyarakat lainnya. Nara sumber pada kegiatan tersebut Kepala Bappeda Rembang Ir Hari Susanto MSi, DKK diwakili staff Titik Wahyuni SKM, Dinas Pendidikan diwakili Winaryu SPd BPMKB diwakili Rusmiyati BA, Depag diwakili Drs Jasim sedangkan dari Yayasan Kusuma Buana diwakili dr Agustini E Raintung.
Kepala Bidang Pemerintahan, Sosial dan Budaya Bappeda Sri Wahyuni SH MSi saat membuka kegiatan antara lain menyampaikan, strategi EECD memang relatif masih baru yang dikembangkan berdasarkan faktor saling berinteraksi. Faktor tersebut yakni kesehatan, gizi, perkembangan fisik, intelektual, psiko-sosial, emosional dan spritiual, ekonomi dan budaya, serta lingkungan fisik dan manusia dimana anak dibesarkan.
Semua upaya yang diterapkan dalam strategi EECD dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup anak, menjamin agar setiap anak mendapat perlindungan dan pengasuhan yang memadai untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal sejak lahir hingga berusia 8 tahun.
Menurut Yuni, maksud dan tujuan diselenggarakannya seminar dan lokakarya multi stakeholder yakni untuk meningkatkan kesadaran bersama akan arti pentingnya menginvestasikan berbagai sumber daya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Memperoleh komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengimplementasikan program yang holistik dan terpadu untuk anak usia dini.
“Kegiatan ini diharapkan mampu menghasilkan sebuah rencana aksi daerah dapat menciptakan implementasi program anak usia dini yang bersifat holistik dan terpadu sebagai upaya untuk pemenuhan hak-hak dasar anak,”sebutnya.
Sementara itu Ketua Tim Pengegrak PKK Kabupaten Rembang Ny Umy Jazilah Salim dalam kata sambutannya di acara tersebut antara lain menyebutkan, pengembangan anak usia dini merupakan hal yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. “Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan tumbuh kembang anak usia dini,”ucapnya.
Menurut Ny Umy, masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses yang berharga untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian dari direktorat PAUD tahun 2004 bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. “Untuk itu perhatian terhadap tumbuh kembang untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan atau stimulasi dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak,”ungkap Ny Umy.
Ditambahakannya, selanjutnya adalah siapakah yang berperan dan sebagai pemangku kewajiban untuk melakukan proses pengasuhan tumbuh kembang anak usia dini? Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan tumbuh dan kembang anak usia dini adalah pemerintah (negara), masyarakat dan keluarga. “Keluarga adalah institusi pertama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak. Disanalah pertama kali dasar-dasar kepribadian anak dibangun dan budi pekerti juga akan didapat anak dari keteladanan sikap dari keseharian orangtua. Keluarga juga merupakan awal anak diajarkan untuk memilih kalimat-kalimat yang baik, sikap sopan santun, kasih sayang terhadap saudara dan orang lain. Didalam keluargalah proses pembangunan potensi dasar untuk membentuk generasi berkualitas mulai dipersiapkan,’papar Ny Umy.
Sementara itu lanjutnya, masyarakat juga mempunyai peran yang besar dalam tumbuh dan kembang potensi anak. Masyarakat sebagai lingkungan anak menjalani aktivitas sosialnya mempengaruhi baik buruknya proses tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun biologis. Masalah-masalah yang dihadapi anak ketika berinteraksi dalam masyarakat sedapat mungkin perkara negatif yang akan menjerumuskan anak akan dicegah bersama.
Disinilah peran masyarakat sebagai kontrol sosial untuk terwujudnya generasi ideal. Masyarakat yang menjadi lingkungan hidup generasi tidak saja para tetangganya tetapi juga termasuk sekolah dan masyarakat dalam satu negara. “Karena itu para tetangga, para pendidik dan juga pemerintah sebagai penyelenggara urusan negara bertanggung jawab dalam proses pendidikan generasi penerus,”kata Ny Umy.
Dari seluruh pihak yang mempunyai tanggungjawab dalam penyiapan generasi penerus suatu bangsa, tentu negaralah yang mempunyai peran terbesar dan terpenting dalam menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang anak sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa. Di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 telah dengan sangat jelas dan tegas, bahwa negara bertanggung jawab atas kegiatan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada Amandemen UUD pasal 28 b ayat 2, yaitu negara menjamin kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan. Tentu hal itu membawa pada konsekuensi komitmen yang mesti diupayakan pemenuhannya.
Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) sejak tahun 1980. Program BKB merupakan upaya pemberdayaan anggota keluarga sehingga mereka dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan rangsangan positif guna menunjang proses tumbuh kembang balita secara optimal. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengeluarkan program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun demikian belum menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Di dalam laporan UNESCO 2005 mengenai Pendidikan Untuk Semua, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara terendah di ASEAN dengan angka partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) baru sebesar 20%, ini masih lebih rendah dari Fhilipina (27%), bahkan negara yang baru saja merdeka Vietnam (43%), Thailand (86%) dan Malaysia (89%).
Hadirin yang berbahagia,
Permasalahan utama terkait pengembangan anak usia dini adalah tentang terbatasnya cakupan layanan. Khususnya cakupan layanan bagi tumbuh kembang anak yang mengarah pada layanan pemenuhan kebutuhan anak secara holistik dan integrasi, yang mencakup kesehatan, gizi, pendidikan dan pengasuhan. “Karena itu perlu dukungan nyata berbagai dinas terkait dan peran serta stakeholder yang intensif,”tegsanya.
Pihaknya sendiri sangat apresiasi terhadap partisipasi dari para pihak yang turut mengembangan program PAUD di Kabupaten Rembang, baik oleh Pemerintah melalui Instansi/SKPD dan mitra-mitranya maupun Lembaga Non Pemerintah seperti Organisasi Kemasyarakatan dan Pihak Swasta, selanjutnya melalui pertemuan ini alangkah lebih baiknya jika Kabupaten Rembang mempunyai sebuah Rencana Strategis Program Pengembangan Anak Usia Dini secara holistik dan terintegrasi sehingga Visi dan Misi dari Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini yaitu untuk memenuhi Hak Akan Tumbuh dan Kembang Anak menjadi lebih efektif dan efisien. “Melalui forum seminar dan Lokakarya ini, kami berharap kedepan akan ada sebuah keterpaduan dan sinergisitas Program Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Rembang, yaitu Sebuah Kerjasama, Sharing Peran dan tidak ada ego sektoral diantara berbagai pihak pengelola maupun mitra dalam pengembangan Program PAUD,”imbuh Ny Umy. .
Beberapa waktu yang lalu juga telah diadakan workshop serupa di Kabupaten Rembang, dalam wokshop tersebut telah dilakukan komunikasi awal dalam penggalian gagasan untuk pengelolaan PAUD yang holistik dan terintegrasi. Kegiatan kali ini diharapkan makin menajamkan apa yang telah dicapai pada wokshop terdahulu, untuk lebih lanjut dapat dikembangkan rencana strategis dan model diterapkannya program anak usia dini yang holistik dan terpadu.Karena didukung oleh calon mitra lagi yang hadir memfasilitasi seminar dan workshop yaitu Lembaga Non Pemerintah (NGO) Internasional Bernard van Leer Foundation bekerja sama dengan Yayasan Kusuma Buana dan Project Concern International (PCI) Indonesia. (Antok)

Balai Konservasi Borobudur Teliti Metode Rekonstruksi Perahu Kuno

Balai Konservasi Borobudur Teliti Metode Rekonstruksi Perahu Kuno
5 peneliti dari Balai Konservasi Borobudur selama 3 hari/ Sabtu hingga Senin. (15-17/8) melakukan penelitian lokasi temuan perahu kuno yang oleh para arkeolog dinamakan Situs Punjulharjo. Kali ini penelitian dilakukan sebagai persiapan rekonstruksi perahu kuno yang dalam waktu dekat segara dilaksanakan.
Yustinus Sunarto, salah satu tim peneliti yang memiliki bidang khusus seluk beluk tentang kayu, saat ditemui dilokasi menjelaskan, kegiatan tim antara mengambil sampel seluruh bagian kapal untuk diteliti tingkat kelapukannya. Kemudian diperiksa di laboratorium dan hasilnya dibahas bersama dengan tim arekolog.
Yustinus mengisyaratkan bahan perahu kuno sebagai kayu sakit sehingga diperlukan formula khusus untuk membuatnya kuat ketika nanti diangkat guna keperluan konservasi. ”Ibaratnya kayu perahu ini adalah barang sakit. Sehingga perlu diteliti tingkat kelapukannya, dicarikan formula agar membuatnya kuat, agar tidak pecah ketika nanti diangkat untuk penelitian lebih lanjut,”terangnya.
Sementara itu memberikanketerangan terpisah, penelitilain bernama Iskandar, sehari-hari bertugas Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Borobudur menjelaskan, untuk konservasi diperlukan instrumen pendukung lain hasil analisis klimatologi. Antara lain arah angin, tingkat kadar garam air, daya serap tanah dan semua hal yang berkaitan lingkungan situs perahu. “Semua menjadi catatan penting, karena langkah rekonstruksi selain mengutamakan kondisi perahu juga bergantung pada lingkungan sekitar situs,”ungkapnya.
Sementara Heni Kusumawati selaku ketua tim peneliti saat ditemui menegaskan, upaya rekonstruiksi perahu nantinya melibatkan berbagai ahli disiplin ilmu. Semua membuat analisis untuk dipadukan. Kemudian dirumuskan bersama guna menentukan metode pengangkatan perahu. “Dua opsi yang mungkin dilakukan ke-depan terkait temuan perahu yakni kapal diangkat kemudian dilakukan rekonstruksi menggunakan kayu tambahan sejenis atau diangkat dibiarkan dalam kondisi semula, kemudian dibuat replikanya,”papar Heni.

Tunggu pengungkapan sejarah situs punjulharjo
Sekretaris Daerah Kabupaten Rembang,H Hamzah Fatoni SH MKn sendirisaat dikonfirmasi perkembangan penelitian situs Punjulharjo menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti adalah sebagai persiapan rekonstruksi perahu kuno dalam waktu dekat ini. Pemkab Rembang sangat apresiasitif kepada tenaga ahli atau peneliti yang membantu mengungkap berbagai identifikasi situs yang dibutuhkan bagi kepentingan masyarakat, khususnya Rembang dan Indonesia pada umumnya.
Pemkab Rembang berharap pengungkapan fakta sejarah situs Punjulharjo yang sekarang terus dilakukan, tidak hanya berhenti pada motif perahu saja melainkan sampai latar belakang keberadannya di kawasan Punjulharjo. “Pengungkapan latar belakang adanyaperahu di Punjulharjoa sangat penting untuk diketahui guna mengungkap apakah kapal terdampar atau sengaja merapat.. Atau dimungkinkan Rembang memiliki sebuah tempat yang dituju, seperti pusat pemerintahan- perdagangan atau budaya,”cetus Sekda Rembang.
Banyaknya cerita kesejarahan dilepas pantai Rembang, selain ditemukan kapal perang karam di dasar laut, penemuan situs Punjulharjo dan barang bersejarah lainnya menambah keyakninan bahwa di perairan Rembang masih banyak peninggalan lain yang belum diketahui dan diketemukan. .

Meubel Produk Arifin Diburu Pengusaha Dari Eropa

Meubel Produk Arifin Diburu Pengusaha Dari Eropa
Mungkin nama Arifin (29th) kurang begitu dikenal di kota Rembang, tetapi putra daerah kelahiran desa Krikilan kecamatan Sumber tersebut justru lebih tenar di kalangan pengusaha meubel dari negara Eropa seperti Belanda, Jerman, Austria, Perancis dan lainnya. Meubel jati daur ulang produk Arifin yang dikembangkan selama 4 tahun terakhir diburu para importir Eropa karena berkualitas tinggi, 100 % orisinal berbahan jati kuno tanpa kayu campuran.
Warga RT 1–RW 1 desa Krikilan itu mengembangkan usahanya sekitar 4 tahun terakhir, usai menamatkan kuliah. Dia pulang kampung dengan awal usaha dagang kayu jati bongkaran rumah kuno. Modal pertama Rp 100 juta, sebagian pinjaman dari Bank dan bantuan dari orang tua.
Ketika habis menikah dia bermaksud mengembangkan usaha membuka warung makan untuk istrinyadan satu ketika ada pengusaha meubel dari Belanda makan ditempatnya. Saat itu si bule tengah mencari meubel berbahan jati daur ulang. “Meski tidak paham seluk beluk tentang meubel, saya menyatakan sanggup memenuhi permintaan tersebut mengingat pesanan berjumlah banyak mencapai 2 kontainer,”terang Arifin ketika ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Arifin lantas menghubungi pengusaha meubel kenalannya dan memesan desain yang diinginkan oleh orang Belanda tadi. Setelah semua pesanan siap segera dikirim ke alamat yang ditunjuk oleh si pemesan. Alih-alih mendapat untung, Arifin justru mengalami rugi puluhan juta rupiah. “Saat kontainer tiba di Belanda, ternyata meubel yang saya kirim banyak yang pecah. Akhirnya kena klaim hingga Rp 80 juta,”sebutnya.
Namun pengalaman itu tak membuatnya putus asa apalgi patah semangat. Kegagalan itu mencambuk dirinya untuk mempelajari seluk beluk industri meubel dan akhirnya setelah menguasai dengan benar, pada pesanan berikutnya dia menangguk untung puluhan juta rupiah.
Menurut lelaki tamatan SDN Krikilan 1 Sumber, SMPN 1 Sumber, SMAN 2 Rembang dan alumni STIE YKPN Jogyakarta (lulus 2003) itu, puncak keemasan meubel jati daur ulang terjadi pada tahun 2008. “Dalam satu minggu permintaan mencapai 3 kontainer. Bentuk pesanan campuran antara lemari, meja dan kursi, semuanya minimalis tanpa ukiran. Harga pesanan meubel per kontainer antara Rp 150-200 juta,”terangnya.
Saat melakukan tansaksi, suami Susilowati (27 th) sering tidak langsung bertatap muka dengan calon pembeli. Sebagian perjanjian jual beli melalui fasilitas teknologi informatika internet di web site yang dimilikinya (www.reclaymeteak.com). Pembayaran juga tidak secara kontan, melalui transfer antar bank. “Untuk melindungi agar tidak menjadi korban penipuan, meubel kiriman saya baru dapat dibongkar setelah pemesan menyerahkan tanda serah terima yang resmi mencantumkan tanda tangan saya bila telah menrrima transfer dari si pemesan,”tutur Arifin dengan tersenyum.
Ayah dua anak bernama Safira (4 th) dan Gina Novita (8 bl) lebih lanjut menyampaikan dia dan kolega sesama pengusah meubel daur ulang menyatakan tahun ini cuma sekedar bertahan saja. “Kami yang berkecimpung bisnis meubel jati daur ulangtahun ini hanya sekedar survive saja. Harga bahan baku terus naik tidak didukung harga beli yang meningkat,”ucapnya dengan mata menerawang jauh.
Menurutnya, harga jual tidak dinaikkan oleh pengusaha asing sementara harga bahun baku tiap tahun merambat naik. Tahun 2008 kubikasi kahu jati daur ulang seharga Rp 5,5 juta tahun ini naik menjadi Rp 6,5 juta. Sedangkan harga rumah tua berbahan jati kuno yang layak beli dahulu berkisar antara Rp 50-60 juta sekarang rata-rata seharga Rp 80 juta.
Namun anak bungsu pasangan Kasri (alm) dan Asy’ah (76 th) mengaku tidak terlalu memikirkan keuntungan seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena apabila menolak permintaan pelanggan ditakutkan berimbas pada hilangnya kepercayaan yang sudah barang tentu juga mengancam kesinambungan usaha. “Dengan memenuhi pesanan, meski kurang mendapat keuntungan namun bagi saya yakni tenaga kerja yang selama ini bekerja di perusahaan tidak kehilangan pekerjaan. Apalagi saat-saat ini lesunya dunia usaha sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat,”cetus Arifin.
Atas keberhasilan yang diraih Arifin tidak hanya dia dan keluarganya saja yang menikmatinya. Dari usaha yang dikembangkannya saat ini dia memperkerjakan 210 tenaga kerja berasal dari desa setempat dan desa-desa terdekat. Bahkan untuk memenuhi banyaknya pesanan disikapi oleh Arifin melibatkan 40 pengrajin meubel yang ada di kecamatan Sumber. “Bila pesanan melimpah saya ajak pengrajin lain bekerja sama menyelesaikan pesanan agar tepat waktu. Takut kena klaim dari pemesan,”ungkapnya.
Untuk lebih mengenalkan UD Sasana Antik nama perusahaannya, Arifin selalu mengikuti agenda tahunan pameran industri meubel tingkat Internasional di Jakarta yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha dan Industri Indonesia. “Di ajang tersbut, meubel termasuk salah satu industri yang mendapat porsi besar untuk dipamerkan dan mendapat perhatian tinggi pengunjung yang datang dari luar negeri,”kilahnya.
Saat Pantura Pos menanyakan prisnip hidupnya atau dalam berusaha, lelaki pendiam itu menjawab, nekad tetapi penuh perhitungan. Asset yang dimilkinya saat ini mobil Panther keluaran ’94 dan mobil Honda Civic keluaran ’96. Sepeda motor Hondra Mega pro keluaran ’08. Uang simpanan ratusan juta di bank tanpa mau menyebut pasti jumlahnya dan stok bahan baku kayu jati daur ulang memenuhi gudang seluas 2 hektar lebih.

Kopi Oktober

Kopi

Paspampres, Taruhkan Nyawa Demi Presiden

Paspampres, Taruhkan Nyawa Demi Presiden
Jakarta tanggal 20 Oktober 2009 dihelat pelantikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono untuk periode 2009-2014. Pada saat yang bersejarah seperti ini, keamanan dan kelancaran menjadi sangat penting. Dibalik acara kepresidenan, ada barisan yang siap pasang badan, taruhkan nyawa demi keamanan Presiden dan Wakil Presiden. Mereka adalah Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden).
Laporan Ali Shodiqin
Setiap kali ada kunjungan Presiden, atau acara-acara apapun maka yang tampak adalah serangkaian seremoni yang lancar dan aman-aman saja. Jika dicermati, yang tidak kalah sibuknya adalah agen pengaman presiden. Tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk melihat kesibukan mereka, beberapa bulan yang lalu di Rembang, tepatnya di Ponpes Al Anwar Sarang kesibukan Paspampres bisa dilihat.
Beberapa hari sebelumnya, setiap lokasi yang hendak dikunjungi selalu ada Paspampres atau petugas Aju (Advance) yang survei lapangan. Mereka akan mempelajari situasi kemudian menen-tukan teknik pengamanan yang tepat.
Presiden SBY direncanakan berkun-jung ke Rembang hari Selasa. Pada hari Jumat sebelumnya, menurut Sofyan Hariyono, Kasi Protokoler Kab Rembang, beberapa personel Paspampres sudah datang ke Rembang untuk mempelajari lokasi. Rombongan Paspampres ini lantas menghubungi pihak-pihak keamanan yang ada di Rembang, tidak ketinggalan protokoler Pemkab Rembang.
Seperti panggung, harus setinggi 60 cm, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Pihak Rembang harus menurutinya dengan berbagai cara. Podium pun harus didatangkan khusus dari Jakarta. Termasuk alat-alat keamanan lain seperti pintu detector dan tongkat detector.
Selain Pasmpampres ada juga yang mengamankan dari segi makanan dan minuman yang hendak dihidangkan. Dalam hal ini yang bertugas adalah dokter khusus pula.
Pada malam kunjungan Presiden SBY ke Sarang, Pantura Pos sampai ke lokasi acara usai waktu magrib. Direncanakan SBY akan masuk lokasi kurang lebih pukul 7 malam.
Walaupun malam itu penerangan kurang memadai, masih terlihat personel keamanan dari Polisi, TNI dan sudah tentu Paspampres ada di mana-mana. Dari yang berseragam saja terlihat cukup banyak, belum lagi agen inteligen yang berbaur dengan masyarakat.
Mendekati arena acara, seumur-umur baru kali ini wartawan Pantura Pos melihat langsung pintu detector. Pintu seperti alumunium dan penuh lampu-lampu merah itu menjadi sangat mencolok di malam hari. Sebenarnya disamping pintu ada peringatan agar melewatkan HaPe lewat samping, namun penulis tidak melakukannya. Toh ada pintu detector, iseng-iseng ingin tahu apa yang terjadi.
Penulis mendekati pintu detector dan dibiarkan masuk, karena didada menggantung keplek dengan tanda pers. Tiba-tiba terdengarlah bunyi sirene dengan suara pelan dari pintu detector, dan lampu pijar pintu detector pun menyala lebih cepat. Barulah penulis tahu, ini pasti gara-gara HaPe. Dengan sigap seorang agen langsung meraba-raba badan penulis dari bawah ke atas sambil mengitari tongkat detector ke seluruh badan. Mungkin mencari senjata yang mencurigakan. 'Senjata' bawaan bayi satu-satunya milik penulis tidak disentuhnya. Tas kecil juga digeledah, dilihat dan digerayangi. Deg degan juga dibuatnya. Setelah dirasa aman, penulis dipersilahkan masuk.
Di dalam area kunjungan Presiden SBY di halaman sekolah Al Anwar Sarang ini, Pantura Pos memilih duduk disamping panggung. Dari sana bisa melihat hampir ke seluruh penjuru.
Sesekali datang pria tegap berambut cepak memeriksa panggung. Kursi-kursi di atas panggung diperiksa. Seorang pembawa acara memberi peringatan kepada pengunjung agar jika nanti presiden SBY sudah hadir agar mematikan HaPe, atau digetarkan saja. Bagi yang duduk paling depan agar tidak topang kaki dan tidak merokok. Himbuan itu disambut senyum-senyum oleh pejabat daerah yang kebetulan duduk di kursi paling depan.
Barulah sekitar pukul 8 malam Presiden SBY didampingi KH Maimun Zuber memasuki lokasi acara. Pengun-jung pun berdiri. Setelah mendekati panggung, puluhan Agen Paspampres yang mengawal Presiden dari depan, samping kanan dan kiri, dari belakang, menyebar ke sekitar panggung.
Setelah serangkaian acara terlewati, dan Presiden beserta rombongan hendak turun panggung, semburat Paspampres datang dari segala arah membuat pagar badan di kanan kiri Presiden dan rombongan. Itu dilakukan hingga sampai keluar dari arena menuju mobil kepresi-denan dengan plat nomor RI 1.
Ketika Paspampres membuka dan menutup pintu mobil untuk Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono, sesaat setelah berpamitan dengan KH Maimun Zuber, mereka masih mengelilingi mobil hingga mobil bergerak maju. Dan satu persatu personel Paspampres menghilang. Ada yang masuk mobil-mobil hitam yang mengikutinya, ada yang masuk bus besar.

Kunjungan Wapres
Sebagaimana kunjungan Presiden SBY, kunjungan Wakil Presiden Yusuf Kalla juga tidak sepi dari Paspampres. Karena kunjungan Wapres dilakukan siang hari, keberadaan Paspampres lebih nyata. Hanya saja personel mereka tidak sebanyak ketika kunjungan Presiden. Apalagi waktu itu SBY berkunjung malam hari.
Hari itu Paspampres berseragam serba hitam. Mereka tampak lebih tenang, karena suasana terang benderang. Kunjungan Wapres ke Pesantren Al Anwar Sarang dengan dua helicopter putih yang mendarat di lapangan bola yang kebetulan berada disamping sekolah.
Hebatnya, ketika Wapres hendak salat Jumat sudah ada mobil kepresi-denan dengan plat nomor RI 2. Rupanya ketika JK terbang dengan heli, mobil RI 2 juga didatangkan. Mungkin dengan pesa-wat khusus dan mendarat di Semarang, setelah itu menyusul ke Sarang.
Wapres pun salat Jumat. Di masjid sudah ada pintu detector di gerbang pintu pagar masjid. Saking hati-hatinya Paspampres, ketika JK masuk masjid, sepatunya dijaga agen. Kalau ada warga yang hendak menaruh sandal didekat sepatu Wapres, agen segera memper-silahkan dengan sopan agar pindah tempat.
Usai salat Jumat dilanjutkan pertemuan seremoni di Ponpes Al Anwar 1. Di arena pertemuan setiap pengunjung pun harus jelas statusnya. Entah itu keluarga, santri, tamu, maupun pers. Semua ada tandanya.
Paspampres mondar-mandir men-cermati suasana. Termasuk ketika JK sudah rampung pidato dan pamitan, Paspampres pun melangkah di depan, sementara lainnya mengatur agar pengunjung yang berjabat tangan dengan Wapres tidak terlalu merepotkan.
Wapres menuju mobil kepresidenan yang diparkir di pinggir jalan. Rupanya jalan pantura distop untuk umum, sehingga tidak ada sepotongpun truk dan bus lalu lalang. Setelah seluruh rombongan Wapres menuju ke helicopter dan terbang, barulah pengendara umum bisa kembali melanjutkan perjalanan.

Tameng Hidup
Entah berapa jumlah Paspampres yang mengawal Presiden SBY dan Wapres JK. Kalau ada yang memberi informasi tentang jumlah personel, pasti itu tidak benar. Karena Paspampres selalu merahasiakan segala strategi demi mengamankan Presiden.
Malam kunjungan Presiden di kanan kiri penulis saja ada sekitar 4 orang. Padahal itu baru dari satu sisi dengan seragam yang sama. Disamping panggung lain juga bertebaran agen-agen dengan jumlah yang berbeda. Belum lagi agen yang berbaur dengan masyarakat dengan dandanan ala pengunjung biasa. Belum lagi yang di luar arena, di kegelapan malam, di sekitar jalan masuk, di sepanjang jalan rute rombongan keluar, di sekitar kendaraan parkir, di mana-mana……
Keberadaan mereka mudah dikenali. Tentu bagi yang berseragam. Malam itu Paspampres banyak yang berseragam coklat mentah. Yang memakai baju hitam juga ada. Mereka cukup rapi, seperti penampilan seorang pegawai, namun tetap saja berbeda. Orang-orang ini, baik pria maupun wanita, biasanya berpenampilan khas, rambut cepak, jas warna gelap dan kacamata hitam (kalau siang). Jika berjalan, kedua lengan mereka agak tertekuk, karena di bawah ketiaknya tergantung senjata. Ada juga -ciri yang lain: peniti seragam yang tersemat di kerah mantel kiri, kabel plastik yang bergelung-gelung dari bawah kerah kemeja dan masuk ke telinga. Dibalik baju mereka seperti ada semacam benda tebal yang mengganjal. Mungkin semacam baju anti peluru.
Gerak-gerik mereka juga khas. Wajah kaku dengan mata yang selalu mengawasi ke sana kemari. Matanya seakan tak berkedip antara melihat bosnya dengan orang di sekitarnya.
Setiap agen juga dilengkapi mikrofon supermini yang diikatkan pada bergelangan tangan dan dihubungkan dengan kabel lewat lengannya ke transmiter yang terselip di ikat pinggang. Cukup berhalo-halo pada pergelangan tangannya, si agen dapat berkomunikasi dengan rekan-rekannya atau pun dengan pusat komando.
Kondisi Paspampres demikian memang sebuah tuntutan. Tugas mereka adalah mengamankan pemimpin negara. Badan dan nyawa mereka jadi taruhannya. Jika ada serangan misalnya, maka tubuh mereka menjadi tameng hidup yang siap menjadi sasaran musuh.
Kisah mereka, entah itu di Indonesia maupun di dunia barat, menjadi kisah kebanggaan yang menyulut patriotisme. Sejarah mencatat, bagaimana secara mati-matian pengawal pribadi Presiden Soekarno ketika ada tembakan saat menjalankan salat Idul Adha. Tepatnya Senin tanggal 14 Mei 1962. Mereka sampai berdarah-darah karena mengha-dang peluru yang mengarah ke Presiden. Pada masa Presiden Soekarno Pasmpampres lebih banyak mendapat cobaan, karena memang Indonesia baru saja merdeka.
Di Amerika Serikat juga punya kisah menarik tentang Paspampres. Disana Pasmpampres disebut Secret Service (maksud kurang lebihnya pengaman khusus). Saat Presiden Reagen usai pidato dan hendak masuk mobil, tiba-tiba terdengar tembakan. Secara reflek agen segera berbalik ke arah datangnya tembakan, merentangkan kedua tangan dan kakinya serta membentengi Reagan dengan tubuhnya. Tak kayal, tembakan kedua mengenai rongga perut sang agen setelah tembakan pertama meleset.

Pasmpmpres Dari Masa ke Masa
Paspampres telah mengamankan Presiden Pertama Ir. Sukarno sampai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Juga mengamankan Wakil Presiden sejak Bung Hatta hingga Yusuf Kalla. Dengan motto: “Siaga Waspada”, tugas mereka praktis 24 sehari.
Majalah Intisari menceritakan, awal mula dibentuk, pengawal Presiden belum bernama Paspampres tapi bernama Pasukan Pengawal Pribadi Presiden. Setelah terjadi peristiwa penyerangan yang dilakukan oleh musuh terhadap Presiden Soekarno saat sedang menjalankan shalat Idul Adha, maka dibentuklah pasukan khusus untuk mengamankan presiden yang kemudian lahir Resimen Cakrabirawa. Resimen Cakrabirawa dicetuskan oleh Mayor CPM Soekotjo Tjokroatmodjo setelah mela-kukan studi banding ke Jepang dan AS.
Pasukan ini gabungan dari unsur Raiders Angkatan Darat, KKO Angkatan Laut, PGT Angkatan Udara, serta Brimob Kepolisian. Sebagai komandan pertama ditunjuk Brigjen Mohamad Sabur, waktu itu ajudan senior presiden.
Perjalanan pasukan khusus yang belakangan disebut Paspampres penuh liku. Sebagai akibat dari kegagalan usaha perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Gerakan 30 September tahun 1965, pemerintahan Presiden Sukarno bebera-pa bulan kemuidan ikut jatuh. Sebagian anggota Tjakrabirawa terlibat dalam Peristiwa G30S, oleh karena itu mereka terpaksa dibubarkan. Sebagai penggan-tinya dibentuk pasukan baru, dengan nama Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD) dipimpin kolonel CPM Norman Sasono.
Surat Perintah alih tugas dari Resimen Tjakrabirawa kepada Satgas POMAD tertanggal 23 Maret 1966. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahir pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dengan motto “Setia Waspada”.
Sebelum disebut Paspampres seperti sekarang ini, Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD) sempat berganti nama dengan sebutan Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres). Paswalpres kemudian diubah menjadi Pasukan Pengaman Presiden karena dilandasi pemikiran kata pengaman lebih luas cakupannya dibanding pengawalan. Sebab dalam menjaga presiden, mereka tidak hanya sekedar menjaga keamanan dan keselamatan sasaran.
Walaupun namanya Pasukan Peng-aman Presiden, tidak lantas Paspampres hanya melulu mengaman-kan Presiden dan Wakil Presiden saja. Secara otomatis juga mengamankan istri atau suami, putra-putrinya, cucu-cucunya, serta tamu-tamu presiden dan wakilnya. Terutama tamu kenegaraan dari luar negeri. Tidak itu saja, Paspampres juga mengamankan mantan presiden dan mantan wakil presiden hingga mereka mangkat dipanggil ke haribaan Ilahi.
Maka bisa dipastikan, dimanapun berada, mantan presiden dan mantan wakil presiden tidak jauh dari mereka pasti akan ada yang mengawasi dan menjaganya. (*)