Minggu, 01 November 2009

Paspampres, Taruhkan Nyawa Demi Presiden

Paspampres, Taruhkan Nyawa Demi Presiden
Jakarta tanggal 20 Oktober 2009 dihelat pelantikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono untuk periode 2009-2014. Pada saat yang bersejarah seperti ini, keamanan dan kelancaran menjadi sangat penting. Dibalik acara kepresidenan, ada barisan yang siap pasang badan, taruhkan nyawa demi keamanan Presiden dan Wakil Presiden. Mereka adalah Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden).
Laporan Ali Shodiqin
Setiap kali ada kunjungan Presiden, atau acara-acara apapun maka yang tampak adalah serangkaian seremoni yang lancar dan aman-aman saja. Jika dicermati, yang tidak kalah sibuknya adalah agen pengaman presiden. Tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk melihat kesibukan mereka, beberapa bulan yang lalu di Rembang, tepatnya di Ponpes Al Anwar Sarang kesibukan Paspampres bisa dilihat.
Beberapa hari sebelumnya, setiap lokasi yang hendak dikunjungi selalu ada Paspampres atau petugas Aju (Advance) yang survei lapangan. Mereka akan mempelajari situasi kemudian menen-tukan teknik pengamanan yang tepat.
Presiden SBY direncanakan berkun-jung ke Rembang hari Selasa. Pada hari Jumat sebelumnya, menurut Sofyan Hariyono, Kasi Protokoler Kab Rembang, beberapa personel Paspampres sudah datang ke Rembang untuk mempelajari lokasi. Rombongan Paspampres ini lantas menghubungi pihak-pihak keamanan yang ada di Rembang, tidak ketinggalan protokoler Pemkab Rembang.
Seperti panggung, harus setinggi 60 cm, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Pihak Rembang harus menurutinya dengan berbagai cara. Podium pun harus didatangkan khusus dari Jakarta. Termasuk alat-alat keamanan lain seperti pintu detector dan tongkat detector.
Selain Pasmpampres ada juga yang mengamankan dari segi makanan dan minuman yang hendak dihidangkan. Dalam hal ini yang bertugas adalah dokter khusus pula.
Pada malam kunjungan Presiden SBY ke Sarang, Pantura Pos sampai ke lokasi acara usai waktu magrib. Direncanakan SBY akan masuk lokasi kurang lebih pukul 7 malam.
Walaupun malam itu penerangan kurang memadai, masih terlihat personel keamanan dari Polisi, TNI dan sudah tentu Paspampres ada di mana-mana. Dari yang berseragam saja terlihat cukup banyak, belum lagi agen inteligen yang berbaur dengan masyarakat.
Mendekati arena acara, seumur-umur baru kali ini wartawan Pantura Pos melihat langsung pintu detector. Pintu seperti alumunium dan penuh lampu-lampu merah itu menjadi sangat mencolok di malam hari. Sebenarnya disamping pintu ada peringatan agar melewatkan HaPe lewat samping, namun penulis tidak melakukannya. Toh ada pintu detector, iseng-iseng ingin tahu apa yang terjadi.
Penulis mendekati pintu detector dan dibiarkan masuk, karena didada menggantung keplek dengan tanda pers. Tiba-tiba terdengarlah bunyi sirene dengan suara pelan dari pintu detector, dan lampu pijar pintu detector pun menyala lebih cepat. Barulah penulis tahu, ini pasti gara-gara HaPe. Dengan sigap seorang agen langsung meraba-raba badan penulis dari bawah ke atas sambil mengitari tongkat detector ke seluruh badan. Mungkin mencari senjata yang mencurigakan. 'Senjata' bawaan bayi satu-satunya milik penulis tidak disentuhnya. Tas kecil juga digeledah, dilihat dan digerayangi. Deg degan juga dibuatnya. Setelah dirasa aman, penulis dipersilahkan masuk.
Di dalam area kunjungan Presiden SBY di halaman sekolah Al Anwar Sarang ini, Pantura Pos memilih duduk disamping panggung. Dari sana bisa melihat hampir ke seluruh penjuru.
Sesekali datang pria tegap berambut cepak memeriksa panggung. Kursi-kursi di atas panggung diperiksa. Seorang pembawa acara memberi peringatan kepada pengunjung agar jika nanti presiden SBY sudah hadir agar mematikan HaPe, atau digetarkan saja. Bagi yang duduk paling depan agar tidak topang kaki dan tidak merokok. Himbuan itu disambut senyum-senyum oleh pejabat daerah yang kebetulan duduk di kursi paling depan.
Barulah sekitar pukul 8 malam Presiden SBY didampingi KH Maimun Zuber memasuki lokasi acara. Pengun-jung pun berdiri. Setelah mendekati panggung, puluhan Agen Paspampres yang mengawal Presiden dari depan, samping kanan dan kiri, dari belakang, menyebar ke sekitar panggung.
Setelah serangkaian acara terlewati, dan Presiden beserta rombongan hendak turun panggung, semburat Paspampres datang dari segala arah membuat pagar badan di kanan kiri Presiden dan rombongan. Itu dilakukan hingga sampai keluar dari arena menuju mobil kepresi-denan dengan plat nomor RI 1.
Ketika Paspampres membuka dan menutup pintu mobil untuk Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono, sesaat setelah berpamitan dengan KH Maimun Zuber, mereka masih mengelilingi mobil hingga mobil bergerak maju. Dan satu persatu personel Paspampres menghilang. Ada yang masuk mobil-mobil hitam yang mengikutinya, ada yang masuk bus besar.

Kunjungan Wapres
Sebagaimana kunjungan Presiden SBY, kunjungan Wakil Presiden Yusuf Kalla juga tidak sepi dari Paspampres. Karena kunjungan Wapres dilakukan siang hari, keberadaan Paspampres lebih nyata. Hanya saja personel mereka tidak sebanyak ketika kunjungan Presiden. Apalagi waktu itu SBY berkunjung malam hari.
Hari itu Paspampres berseragam serba hitam. Mereka tampak lebih tenang, karena suasana terang benderang. Kunjungan Wapres ke Pesantren Al Anwar Sarang dengan dua helicopter putih yang mendarat di lapangan bola yang kebetulan berada disamping sekolah.
Hebatnya, ketika Wapres hendak salat Jumat sudah ada mobil kepresi-denan dengan plat nomor RI 2. Rupanya ketika JK terbang dengan heli, mobil RI 2 juga didatangkan. Mungkin dengan pesa-wat khusus dan mendarat di Semarang, setelah itu menyusul ke Sarang.
Wapres pun salat Jumat. Di masjid sudah ada pintu detector di gerbang pintu pagar masjid. Saking hati-hatinya Paspampres, ketika JK masuk masjid, sepatunya dijaga agen. Kalau ada warga yang hendak menaruh sandal didekat sepatu Wapres, agen segera memper-silahkan dengan sopan agar pindah tempat.
Usai salat Jumat dilanjutkan pertemuan seremoni di Ponpes Al Anwar 1. Di arena pertemuan setiap pengunjung pun harus jelas statusnya. Entah itu keluarga, santri, tamu, maupun pers. Semua ada tandanya.
Paspampres mondar-mandir men-cermati suasana. Termasuk ketika JK sudah rampung pidato dan pamitan, Paspampres pun melangkah di depan, sementara lainnya mengatur agar pengunjung yang berjabat tangan dengan Wapres tidak terlalu merepotkan.
Wapres menuju mobil kepresidenan yang diparkir di pinggir jalan. Rupanya jalan pantura distop untuk umum, sehingga tidak ada sepotongpun truk dan bus lalu lalang. Setelah seluruh rombongan Wapres menuju ke helicopter dan terbang, barulah pengendara umum bisa kembali melanjutkan perjalanan.

Tameng Hidup
Entah berapa jumlah Paspampres yang mengawal Presiden SBY dan Wapres JK. Kalau ada yang memberi informasi tentang jumlah personel, pasti itu tidak benar. Karena Paspampres selalu merahasiakan segala strategi demi mengamankan Presiden.
Malam kunjungan Presiden di kanan kiri penulis saja ada sekitar 4 orang. Padahal itu baru dari satu sisi dengan seragam yang sama. Disamping panggung lain juga bertebaran agen-agen dengan jumlah yang berbeda. Belum lagi agen yang berbaur dengan masyarakat dengan dandanan ala pengunjung biasa. Belum lagi yang di luar arena, di kegelapan malam, di sekitar jalan masuk, di sepanjang jalan rute rombongan keluar, di sekitar kendaraan parkir, di mana-mana……
Keberadaan mereka mudah dikenali. Tentu bagi yang berseragam. Malam itu Paspampres banyak yang berseragam coklat mentah. Yang memakai baju hitam juga ada. Mereka cukup rapi, seperti penampilan seorang pegawai, namun tetap saja berbeda. Orang-orang ini, baik pria maupun wanita, biasanya berpenampilan khas, rambut cepak, jas warna gelap dan kacamata hitam (kalau siang). Jika berjalan, kedua lengan mereka agak tertekuk, karena di bawah ketiaknya tergantung senjata. Ada juga -ciri yang lain: peniti seragam yang tersemat di kerah mantel kiri, kabel plastik yang bergelung-gelung dari bawah kerah kemeja dan masuk ke telinga. Dibalik baju mereka seperti ada semacam benda tebal yang mengganjal. Mungkin semacam baju anti peluru.
Gerak-gerik mereka juga khas. Wajah kaku dengan mata yang selalu mengawasi ke sana kemari. Matanya seakan tak berkedip antara melihat bosnya dengan orang di sekitarnya.
Setiap agen juga dilengkapi mikrofon supermini yang diikatkan pada bergelangan tangan dan dihubungkan dengan kabel lewat lengannya ke transmiter yang terselip di ikat pinggang. Cukup berhalo-halo pada pergelangan tangannya, si agen dapat berkomunikasi dengan rekan-rekannya atau pun dengan pusat komando.
Kondisi Paspampres demikian memang sebuah tuntutan. Tugas mereka adalah mengamankan pemimpin negara. Badan dan nyawa mereka jadi taruhannya. Jika ada serangan misalnya, maka tubuh mereka menjadi tameng hidup yang siap menjadi sasaran musuh.
Kisah mereka, entah itu di Indonesia maupun di dunia barat, menjadi kisah kebanggaan yang menyulut patriotisme. Sejarah mencatat, bagaimana secara mati-matian pengawal pribadi Presiden Soekarno ketika ada tembakan saat menjalankan salat Idul Adha. Tepatnya Senin tanggal 14 Mei 1962. Mereka sampai berdarah-darah karena mengha-dang peluru yang mengarah ke Presiden. Pada masa Presiden Soekarno Pasmpampres lebih banyak mendapat cobaan, karena memang Indonesia baru saja merdeka.
Di Amerika Serikat juga punya kisah menarik tentang Paspampres. Disana Pasmpampres disebut Secret Service (maksud kurang lebihnya pengaman khusus). Saat Presiden Reagen usai pidato dan hendak masuk mobil, tiba-tiba terdengar tembakan. Secara reflek agen segera berbalik ke arah datangnya tembakan, merentangkan kedua tangan dan kakinya serta membentengi Reagan dengan tubuhnya. Tak kayal, tembakan kedua mengenai rongga perut sang agen setelah tembakan pertama meleset.

Pasmpmpres Dari Masa ke Masa
Paspampres telah mengamankan Presiden Pertama Ir. Sukarno sampai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Juga mengamankan Wakil Presiden sejak Bung Hatta hingga Yusuf Kalla. Dengan motto: “Siaga Waspada”, tugas mereka praktis 24 sehari.
Majalah Intisari menceritakan, awal mula dibentuk, pengawal Presiden belum bernama Paspampres tapi bernama Pasukan Pengawal Pribadi Presiden. Setelah terjadi peristiwa penyerangan yang dilakukan oleh musuh terhadap Presiden Soekarno saat sedang menjalankan shalat Idul Adha, maka dibentuklah pasukan khusus untuk mengamankan presiden yang kemudian lahir Resimen Cakrabirawa. Resimen Cakrabirawa dicetuskan oleh Mayor CPM Soekotjo Tjokroatmodjo setelah mela-kukan studi banding ke Jepang dan AS.
Pasukan ini gabungan dari unsur Raiders Angkatan Darat, KKO Angkatan Laut, PGT Angkatan Udara, serta Brimob Kepolisian. Sebagai komandan pertama ditunjuk Brigjen Mohamad Sabur, waktu itu ajudan senior presiden.
Perjalanan pasukan khusus yang belakangan disebut Paspampres penuh liku. Sebagai akibat dari kegagalan usaha perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Gerakan 30 September tahun 1965, pemerintahan Presiden Sukarno bebera-pa bulan kemuidan ikut jatuh. Sebagian anggota Tjakrabirawa terlibat dalam Peristiwa G30S, oleh karena itu mereka terpaksa dibubarkan. Sebagai penggan-tinya dibentuk pasukan baru, dengan nama Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD) dipimpin kolonel CPM Norman Sasono.
Surat Perintah alih tugas dari Resimen Tjakrabirawa kepada Satgas POMAD tertanggal 23 Maret 1966. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahir pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dengan motto “Setia Waspada”.
Sebelum disebut Paspampres seperti sekarang ini, Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas POMAD) sempat berganti nama dengan sebutan Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres). Paswalpres kemudian diubah menjadi Pasukan Pengaman Presiden karena dilandasi pemikiran kata pengaman lebih luas cakupannya dibanding pengawalan. Sebab dalam menjaga presiden, mereka tidak hanya sekedar menjaga keamanan dan keselamatan sasaran.
Walaupun namanya Pasukan Peng-aman Presiden, tidak lantas Paspampres hanya melulu mengaman-kan Presiden dan Wakil Presiden saja. Secara otomatis juga mengamankan istri atau suami, putra-putrinya, cucu-cucunya, serta tamu-tamu presiden dan wakilnya. Terutama tamu kenegaraan dari luar negeri. Tidak itu saja, Paspampres juga mengamankan mantan presiden dan mantan wakil presiden hingga mereka mangkat dipanggil ke haribaan Ilahi.
Maka bisa dipastikan, dimanapun berada, mantan presiden dan mantan wakil presiden tidak jauh dari mereka pasti akan ada yang mengawasi dan menjaganya. (*)

Tidak ada komentar: