
“Mereka berlomba membuat batik yang terbaik”
160 siswa dari 30 SD perwakilan kecamatan Lasem, Pancur, Pamotan dan Rembang yang mengajarkan muatan lokal (Mulok) membatik di sekolahnya, Senin (26/10) mengikuti lomba membatik yang diselenggarakan atas kerja sama Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Dinas Pendidikan dan Koperasi pengrajin Batik Lasem. Lomba berlangsung di showroom Batik Lasem, secara resmi dibuka Kepala Dinperindagkop dan UMKM Rembang, Drs H Waluyo MM
Waluyo dalam kesempatan tersebut menyebutkan, batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa Indonesia selain patut dilestarikan, juga harus dikembangkan, sehingga peminatnya terus bertambah dan mengena di hati masyarakat, baik lokal-regional maupun manca negara. “Batik juga diharapkan mampu menjadi salah satu upaya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,”sebutnya.
Kegiatan lomba membatik sendiri, lanjut Waluyo merupakan upaya nguri-nguri yang secara rutin diagendakan setahun sekali untuk meningkatkan bibit-bibit pembatik yangbdiharapkan terus bermunculan setiap tahun. “Setelah sekolah melaksnakan mulok, kami ingin hasilnya tidak sia-sia. Maka untuk melestarikan batik Lasem sekaligus menumbuhkan minat membatik, kami akan adakan lomba serupa setiap tahun,” cetusnya.
Unsur terpenting dari penilaian lomba membatik sendiri adalah cara anak-anak memegang dan menggunakan peralatan membatik. Apabila hal dasar tersebut sudah benar, tentu hasil karya yang dibuat menjadi bagus. Hal tersebut diungkapkan Naomi salah satu anggota tim juri yang juga pengrajin batik Lasem yang cukup terkenal. “Cara membatik yang benar yakni menggerakkan canthing searah jarum jam,”papar Naomi.
Sementara itu Alfin, salah satu peserta lomba asal SD Selopuro Lasem mengaku, membatik bukanlah pekerjaan sulit. Untuk menekuni dunia batik, Siswa kelas 5 tersebut setiap seminggu sekali belajar membatik selama satu jam di sekolahnya khsususnya pada jam pelajaran mulok. “Setiap hari Selasa kami diajarkan membatik, selama satu jam. Saya sendiri sudah membuat tiga taplak meja, satu dipasang di kelas, lainnya dipasang di rumah,” ucapnya.
Terpisah, Kabid Perindustrian Dinperindagkop dan UMKM, Drs Sudirman menjelaskan panitia lomba menyediakan pola membatik yang telah ditentukan yakni melengkapi kain dasar yang sudah ada gambar motif bunga. ‘Peserta tinggal melengkapi motif tersebut sesuai dengan imajinasi dan daya kreatifitas masing-masing,” terangnya.
terima penghargaan atas upaya pelestarian batik Lasem
Upaya pemerintah kabupaten Rembang melalui Dinas Pendididikan setempat memasukkan pelajaran membatik dalam kurikulum muatan lokal belum lama ini juga telah mendapat apraesiasi dari Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan, berupa piagam penghargaan. Departemen Perindustrian dan Departemen Pendidikan memandang terobosaan memasukkan mulok dalam kurikulum merupakan bentuk kepedulian terhadap budaya asli lokal yang tidak semua daerah melakukannya. Sehingga Rembang patut memperoleh penghargaan tersebut. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Rembang, Drs Noor Effendi melalui Kabid Kurikulum, Drs Dandung Dwi Sucahyo.
“Sejak batik masuk dalam mulok memang tidak semua sekolah melaksnakannya. Mulok menyesuaikan karakteristik daerah setempat. Untuk mulok membatik hany diprioritaskan di kecamatan Lasem dan sekitarnya,”jelas Dandung.
Selama dua tahun terakhir mulai tahun pelajaran 2007-2008 hingga sekarang, menurut Dandung baru 5 kecamatan yang menyelenggarakan mulok membatik. Yakni kecamatan Rembang di 2 sekolah, Lasem 19 sekolah, Pamotan 1 sekolah, Pancur 7 sekolah dan Sluke 2 sekolah. Sedangkan sekolah yang mengadakan membatik sebagai esktra kurikuler tercatat SMP 1 dan 3 Lasem, SMA 1 Lasem dan SMA Kartini Rembang.
Ditambahkan oleh Dandung, ke-depan nanti seluruh sekolah akan diwajibkan memasukkan mulok membatik dan memasukkan ekstra kuriluker membatik. “Sehingga terus bermunculan generasi pembatik di kabupaten Rembang,”imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar