Meubel Produk Arifin Diburu Pengusaha Dari Eropa
Mungkin nama Arifin (29th) kurang begitu dikenal di kota Rembang, tetapi putra daerah kelahiran desa Krikilan kecamatan Sumber tersebut justru lebih tenar di kalangan pengusaha meubel dari negara Eropa seperti Belanda, Jerman, Austria, Perancis dan lainnya. Meubel jati daur ulang produk Arifin yang dikembangkan selama 4 tahun terakhir diburu para importir Eropa karena berkualitas tinggi, 100 % orisinal berbahan jati kuno tanpa kayu campuran.
Warga RT 1–RW 1 desa Krikilan itu mengembangkan usahanya sekitar 4 tahun terakhir, usai menamatkan kuliah. Dia pulang kampung dengan awal usaha dagang kayu jati bongkaran rumah kuno. Modal pertama Rp 100 juta, sebagian pinjaman dari Bank dan bantuan dari orang tua.
Ketika habis menikah dia bermaksud mengembangkan usaha membuka warung makan untuk istrinyadan satu ketika ada pengusaha meubel dari Belanda makan ditempatnya. Saat itu si bule tengah mencari meubel berbahan jati daur ulang. “Meski tidak paham seluk beluk tentang meubel, saya menyatakan sanggup memenuhi permintaan tersebut mengingat pesanan berjumlah banyak mencapai 2 kontainer,”terang Arifin ketika ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.
Arifin lantas menghubungi pengusaha meubel kenalannya dan memesan desain yang diinginkan oleh orang Belanda tadi. Setelah semua pesanan siap segera dikirim ke alamat yang ditunjuk oleh si pemesan. Alih-alih mendapat untung, Arifin justru mengalami rugi puluhan juta rupiah. “Saat kontainer tiba di Belanda, ternyata meubel yang saya kirim banyak yang pecah. Akhirnya kena klaim hingga Rp 80 juta,”sebutnya.
Namun pengalaman itu tak membuatnya putus asa apalgi patah semangat. Kegagalan itu mencambuk dirinya untuk mempelajari seluk beluk industri meubel dan akhirnya setelah menguasai dengan benar, pada pesanan berikutnya dia menangguk untung puluhan juta rupiah.
Menurut lelaki tamatan SDN Krikilan 1 Sumber, SMPN 1 Sumber, SMAN 2 Rembang dan alumni STIE YKPN Jogyakarta (lulus 2003) itu, puncak keemasan meubel jati daur ulang terjadi pada tahun 2008. “Dalam satu minggu permintaan mencapai 3 kontainer. Bentuk pesanan campuran antara lemari, meja dan kursi, semuanya minimalis tanpa ukiran. Harga pesanan meubel per kontainer antara Rp 150-200 juta,”terangnya.
Saat melakukan tansaksi, suami Susilowati (27 th) sering tidak langsung bertatap muka dengan calon pembeli. Sebagian perjanjian jual beli melalui fasilitas teknologi informatika internet di web site yang dimilikinya (www.reclaymeteak.com). Pembayaran juga tidak secara kontan, melalui transfer antar bank. “Untuk melindungi agar tidak menjadi korban penipuan, meubel kiriman saya baru dapat dibongkar setelah pemesan menyerahkan tanda serah terima yang resmi mencantumkan tanda tangan saya bila telah menrrima transfer dari si pemesan,”tutur Arifin dengan tersenyum.
Ayah dua anak bernama Safira (4 th) dan Gina Novita (8 bl) lebih lanjut menyampaikan dia dan kolega sesama pengusah meubel daur ulang menyatakan tahun ini cuma sekedar bertahan saja. “Kami yang berkecimpung bisnis meubel jati daur ulangtahun ini hanya sekedar survive saja. Harga bahan baku terus naik tidak didukung harga beli yang meningkat,”ucapnya dengan mata menerawang jauh.
Menurutnya, harga jual tidak dinaikkan oleh pengusaha asing sementara harga bahun baku tiap tahun merambat naik. Tahun 2008 kubikasi kahu jati daur ulang seharga Rp 5,5 juta tahun ini naik menjadi Rp 6,5 juta. Sedangkan harga rumah tua berbahan jati kuno yang layak beli dahulu berkisar antara Rp 50-60 juta sekarang rata-rata seharga Rp 80 juta.
Namun anak bungsu pasangan Kasri (alm) dan Asy’ah (76 th) mengaku tidak terlalu memikirkan keuntungan seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena apabila menolak permintaan pelanggan ditakutkan berimbas pada hilangnya kepercayaan yang sudah barang tentu juga mengancam kesinambungan usaha. “Dengan memenuhi pesanan, meski kurang mendapat keuntungan namun bagi saya yakni tenaga kerja yang selama ini bekerja di perusahaan tidak kehilangan pekerjaan. Apalagi saat-saat ini lesunya dunia usaha sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat,”cetus Arifin.
Atas keberhasilan yang diraih Arifin tidak hanya dia dan keluarganya saja yang menikmatinya. Dari usaha yang dikembangkannya saat ini dia memperkerjakan 210 tenaga kerja berasal dari desa setempat dan desa-desa terdekat. Bahkan untuk memenuhi banyaknya pesanan disikapi oleh Arifin melibatkan 40 pengrajin meubel yang ada di kecamatan Sumber. “Bila pesanan melimpah saya ajak pengrajin lain bekerja sama menyelesaikan pesanan agar tepat waktu. Takut kena klaim dari pemesan,”ungkapnya.
Untuk lebih mengenalkan UD Sasana Antik nama perusahaannya, Arifin selalu mengikuti agenda tahunan pameran industri meubel tingkat Internasional di Jakarta yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha dan Industri Indonesia. “Di ajang tersbut, meubel termasuk salah satu industri yang mendapat porsi besar untuk dipamerkan dan mendapat perhatian tinggi pengunjung yang datang dari luar negeri,”kilahnya.
Saat Pantura Pos menanyakan prisnip hidupnya atau dalam berusaha, lelaki pendiam itu menjawab, nekad tetapi penuh perhitungan. Asset yang dimilkinya saat ini mobil Panther keluaran ’94 dan mobil Honda Civic keluaran ’96. Sepeda motor Hondra Mega pro keluaran ’08. Uang simpanan ratusan juta di bank tanpa mau menyebut pasti jumlahnya dan stok bahan baku kayu jati daur ulang memenuhi gudang seluas 2 hektar lebih.
Minggu, 01 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar